Rabu, 09 Juli 2014

Partisipasi Kesebelasan Indonesia Dalam Sejarah Piala Dunia



KESEBELASAN INDONESIA DALAM SEJARAH PIALA DUNIA





Menurut sejarah Piala Dunia, Indonesia pernah berpartisipasi dalam pentas sepakbola terbesar itu. Mengusung nama Dutch East Indies (Hindia Belanda). Indonesia bermain untuk pertamakalinya pada Piala Dunia di Perancis Tahun 1938.
Para pemain asli Indonesia maupun warga Tionghoa dan Belanda bergabung dalam tim Hindia Belanda itu. Mereka diantaranya ; Anwar Sutan, Achmad Nawir, Mo Heng, Hong Djien, Henk Zomers, dan G Van Den Burg. Nama-nama mereka mungkin saja masih kurang akrab di telinga kita dibanding skuad tim Olimpiade Melbourne 1956 seperti Djamiat Dalhar, Thio Him Tjiang, Kiat Sek, Ramang, atau LH Tanoto (Tan Liong Houw) yang hingga kini masih melegenda.

 Achmad Nawir (berkacamata), Kapten Timnas Hindia Belanda
 
1.    Achmad Nawir (Kapten Timnas Hindia-Belanda)
Lahir pada 1 Januari 1911 – meninggal pada bulan April 1995 pada umur 84 tahun, merupakan seorang mantan pemain sepak bola Indonesia yang berposisi sebagai gelandang. Ia bermain di tim HBS Soerabaja dan untuk tim nasional Hindia-Belanda.

2.    Anwar Sutan (Vios Batavia). Posisi: Gelandang
3.    Frans Hukon (Sparta Batavia). Posisi: Belakang
4.    Frans Meeng (SVB Batavia). Posisi: Gelandang
5.    Hans Taihuttu (Jong Ambon Batavia). Posisi: Penyerang


Pemain secara keseluruhan di TimNas Hindia-Belanda, Perancis 1938:
Pemain utama:

- Achmad Nawir
- Mo Heng Tan
- Hong Djien Tan
- Frans Meeng
- Tjaak Pattiwael
- Hans Taihuttu
- Suvarte Soedermadji
- Anwar Sutan
- Henk Zomers
- Frans Hu Kon
- Jack Samuels

Cadangan:
- J. Harting
- Mo Heng Beng
- Dorst
- Teilherber
- G. Faulhaber
- R. Telwe
- Se Han Tan
- G. Van Den Burg


Hindia Belanda tampil di Piala Dunia atas dasar penunjukan FIFA karena Jepang mengundurkan diri. Kehadiran Dutch East Indies tetap tercatat dalam sejarah sebagai negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia. Timnas Indonesia langsung lolos ke babak final Piala Dunia di Prancis 1938, tanpa harus melewati babak kualifikasi, karena menggantikan posisi Jepang yang mengundurkan diri  tak jadi berangkat karena faktor transportasi.

Untuk memenuhi undangan tersebut, Hindia Belanda membentuk skuat yang terdiri dari perpaduan antara warga lokal suku Jawa, Maluku, warga etnis Tiongkok plus Indo-Belanda. Johannes Christoffel van Mastenbroek (Belanda) ditunjuk untuk menangani tim nasional Hindia Belanda. Sang pelatih lahir 5 Juli 1902 dan dibesarkan dibesarkan di Dordrecht, Belanda bagian Selatan. Skuat Hindia Belanda diketahui berangkat ke Prancis tanpa mendapat restu dari PSSI yang berdiri pada tahun 1930. Para pemain dan staf kepelatihan diberangkatkan oleh sebuah organisasi bentukan pemerintah kolonial Belanda, Nederlandcshe Indische Voetbal Unie (NIVU). FIFA lebih mengakui NIVU daripada PSSI.
Tim Indonesia yang dibawa itu memang bukan yang terbaik. Pasalnya pemain sekelas Djawad, Jazid, Moestaam atau Maladi tak dilibatkan. Boleh jadi bila mereka tergabung dalam skuad Dutch East Indies bisa lain ceritanya. Organisasi PSSI yang masih belum rapi sebelum Indonesia merdeka kemungkinan menjadi penyebab Belanda melakukan sistem asal-asalan dalam hal perekrutan pemain.

Hingga 1945 tercatat ada dua badan yang mengendalikan sepakbola Indonesia yakni PSSI dan Nederland Indische Voetbaal Unie (NIVU). Baru pada tahun 1949, pemerintah Indonesia menetapkan nama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). 
Pada pertandingan perdananya tim Hindia Belanda sudah harus menghadapi tim favorit pada masa itu, Hungaria dengan sistem gugur. Sedikitnya 9.000 penonton yang memenuhi Stade Velodrome Municipal di kota Reims, Perancis, 5 Juni 1938, sore hari itu menyaksikan tim bagaimana tim Hindia Belanda dikandaskan 0 – 6 (0 – 4) oleh Hungaria. Achmad Nawir dkk. harus mengakui bahwa mereka kalah kelas dari Hungaria yang diperkuat bintang-bintang pada zamannya, seperti Gyorgy Sarosi dan Gyula Zsengeller

Gawang Hindia Belanda yang dijaga Mo Heng harus bobol sebanyak enam kali tanpa balas oleh tendangan Gyorgy Sarosi, Gyula Zsengeller maupun Kohut Vilmos dan Geza Toldi. Sarosi dan Zsengeller bahkan kemudian masuk daftar 3 besar pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 1938. Kendati demikian prestasi tim Hindia Belanda yang diasuh Johannes Van Mastenbroek itu tetap patut diberi acungan jempol, karena tim sekelas Swedia pun dibantai Hungaria di babak semifinal dengan skor telak 0 – 5. Dan Hungaria-lah yang kemudian tampil sebagai runner up di kejuaran tahun 1938 tersebut, setelah Hungaria menyerah 2 – 4 pada Italia di babak final.

Wasit Roger Conrie (asal Prancis) memimpin pertandingan yang digelar pada 5 Juni 1938 itu. Ia didampingi hakim garis Carl Weingartner (Jerman) dan Charles Adolphe Delasalle (Prancis), memimpin dua tim yang masuk ke dalam lapangan hijau.



 
Tim Hindia Belanda dilaporkan oleh BBC bermain dengan mengenakan kaos oranye berkerah putih, celana pendek selutut berwarna putih dan kaos kaki berwarna biru muda. Sedangkan tim Hungaria memakai kostum serba putih.

Kapten tim Hindia Belanda Achmad Nawir seorang dokter memakai kacamata dalam bermain. Wartawan olahraga Belanda, CJ Goorhoff dari Time, berkesempatan meliput pertandingan Hindia Belanda vs Hungaria secara langsung di stadion yang kini berganti nama jadi Stadion Auguste Delaune. Dalam laporannya, seperti dikutip dari BBC, permainan tim Hindia Belanda kurang mampu mengembangkan permainan. Namun di babak kedua permainan mereka menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar