Dikutip dari: Antologi Syair Simbolik dalam sastra Indonesia
Lama (Depdikbud, Jakarta: 1980)
Bismillah itu permulaan kalam
Dengan nama Allah Khalik Al-‘alam
Melimpahkan rahmat siang dan malam
Kepada segala mukmin dan Islam
Mula dikarang ikan terubuk
Lalai memandang ikan di lubuk
Hati dan jantung bagai serbuk
Laksana kayu dimakan bubuk
Asal terubuk ikan puaka
Tempatnya konon dilaut Malaka
Siang dan malam berhati duka
Sedikit tidak menaruh suka
Pagi dan petang duduk bercinta
Berendam dengan airnya mata
Kalbunya pekat menderita
Karena mendengar kabar berita
Pertama mula terubuk merayu
Berbunyilah guruh mendayu-dayu
Senantiasa berhati sayu
Terkenang putri ikan puyu-puyu
Putri puyu-puyu konon namanya
Didalam kolam konon tempatnya
Cantik majelis barang lakunya
Patutlah dengan budi bahasanya
Kolam tu konon di tanjung padang
Disanalah tempatnya terubuk
bertandang
Tempat putri berparas gemilang
Hancurlah hati terubuk memandang
Putih kuning tubuhnya tentu
Seperti emas sepuluh mutu
Bertautan dengan tingkahnya
laku
Mata memandang tidaklah jemu
Kecil molek pinggangnya lampai
Rambutnya seperti mayang
mengurai
Berpatutan pula dengannya
perangai
Sembarang kerja ianye pandai
Pinggangnya rampai dadanya
bidang
Apatah lagi lehernya jenjang
Pipinya seperti pauh dilayang
Siapa melihat berhati sayang
Dahinya bagai sehari bulan
Sangatlah manis sembarang
kelakuan
Sangatlah elok member rawan
Patutlah dengan asalnye badan
Telinganya seperti taruh angsoka
Seperti kuntum hidungnya juga
Siapa melihat berhati duka
Orang memandang berhati suka
Matenya bulat terlalu manis
Siapa melihat kasihnye habis
Laksana Galuh Ratna Wilis
Lengannya lentik sangatlah majlis
Giginya putih sangat bercahaya
Siape melihat kasihkan dia
Lakunye manja sangat bergaya
Dengannya tuan padanlah dia
Bibirnya manis amat dermawan
Lalai melihat laki-laki
perempuan
Patut dipujuk di dalam
pangkuan
Seperti anakan turun di awan
Pahanya seperti paha belalang
Siapa melihat berhati walang
Duduk bercerita pagi dan
petang
Di dalam tidur rasanye datang
Betisnya bagai batangnya padi
Berpatutan pula dengannya jari
Kukunya kecil seperti tali
Makin dipandang bertambah berahi
Tumitnya bagai telurnye burung
Laki perempuan heran termenung
Patut ditimang serta didukung
Tiade berbanding di dalam kampung
Jikalau ia melakukan senyum
Laksana buah masaknye ranum
Parasnye seperti ratanya Anom
Seperti syarabat akan diminum
Jikalau ia mengeluarkan kata
Halus manis jangan dikata
Tiadalah janggal dipadang mata
Patutlah duduk di dalam kota
Muda menentang dari saujana
Melihat putri terlalu lena
Hati di dalam bimbang gulana
Duduk bercinta tiada semena
Gundah gulana tidak ketahuan
Lalulah pulang muda bangsawan
Setelah sampai ke tanjung tuan
Siang dan malam igau-igauan
Tunduk menyembah si lumba-lumba
Tuanku jangan berhati hiba
Daripada bunda sampai ke hamba
Sekali ini patikkan cuba
Pendendang sudah ia berkata
Lalulah pulang ia nan serta
Tinggal terubuk duduk bercinta
Berendam dengan air mata
Sangat bercinta ikan terubuk
Berahikan puyu di dalam lubuk
Hati dan jantung bagai
ditumbuk
Laksana bulan dimakan bubuk
Selama muda duduk bercinta
Berendam dengan airnye mata
Berahi mendengar kabar berita
Seperti melihat denganye mata
Kepada masa terubuk merayu
Mendengar guruh dayu-mendayu
Siang dan malam berhati sayu
Terkenangkan puteri ikan puyu-puyu
Birahinya tidak lagi terkira
Seperti duduk di atasnya bara
Siang dan mala berhura-hura
Hendak bertemu dengan segera
Hatinye mabuk diharu setan
Sudahlah dengan takdirnya
Tuhan
Siang dan malam igau-igauan
Nafsu tak dapat lagi ditahan
Duduk bercinta siang dan malam
Terkenangkan puteri di dalam
kolam
Siangatlah banyak ikan di dalam
Bertangkap-tangkapan timbul
tenggelam
Membawa sepohon batangnya pulai
Datangnya dari Tanjung Balai
Eloknya tidaklah ternilai
Puteri melihat hairan terlalai
Pulainya rendang dengan rampaknya
Di tengah kolam terdiri dianya
Sampailah waktu dengan janjinya
Puteri melompat ke atas pucuknya
Terubuk berenang lalu ke laut
Sekalian ikan ramai yang mengikut
Hati di di dalam terlalu kusut
Bagaikan datang rasanya takut
Hati di dalam sangatlah hiba
Tuan puteri hendak diriba
Sudahlah masuk ke dalam rimba
Siapalah lagi dilawan bersoba
Kehendak tiada Allah sampaikan
Siang dan malam berhati rawan
Seperti pungguk merindukan
bulan
Siang dan malam igau-igauan
Demikian muda sangatlah sayu
Bagai kembang dipukul bayu
Terkenangkan puteri si
puyu-puyu
Sudah naik ke puncak pulai
Setelah hari hampirkan senja
Puteri bersiap hendak memuja
Jika sungguh asalku raja
Disampaikan Allah barang disaja
Selang tidak berapa antara
Turunlah ribut dengan segera
Kilat dan petir tidak terkira
Datuk nenek turun dari udara
Tidaklah dapat berpandang mata
Hilang seperti disambar bêta
Dudukah muda dengan bercinta
Apalah lagi hendak dikata
Kehendak Allah sudah dilakukan
Meskipun sampai dapat dimakan
Dengan seketika tiada
kelihatan
Akhirnya kelak jadi keampunan
Syair Ikan Terubuk sebuah sastra Melayu, sebuah karya sastra yang tidak diketahui siapa penciptanya (anonim) pada abad ke-19 hanya berupa media lisan dimasyarakat pada masa itu. Terdiri dari 285 bait, karya besar ini membentangkan
kehidupan habitat ikan didalam air, baik air laut maupun air tawar secara
lengkap. Syair Ikan Terubuk menjadi sangkakala mantra dalam upacara Semah
Laut di Bengkalis yang dilakukan secara turun-temurun, yaitu sebuah upacara mengundang ikan-ikan terubuk melalui
cara supernatural sampai berpengaruh ke daerah Labuhan Bilik di Muara Sungai Barumun Labuhan Batu. Dimana masyarakat Labuhan Bilik sekitarnya mempercayai bahwa ikan terubuk yang terdapat disana adalah karena dibawa Pangeran dari Siak (Bengkalis) sebagai tanda persahabatan dengan Kerajaan Panai.
Kisah Syair Ikan Terubuk ini menceritakan tentang dua kerajaan yang memerintah di sekitar kawasan kerajaan air asin (Malaka) dan air tawar (Pagaruyung). Kerajaan air asin diwakili oleh ikan terubuk dan kerajaan air tawar diwakili oleh ikan puyu-puyu. Ikan terubuk dikatakan seolah-oleh ikan puaka yang berasal dari laut di Malaka. Perkataan “puaka” bisa dikaitkan dengan ancaman musuh dan perseteruan. Ikan terubuk sangat tertarik dengan ikan puyu-puyu. Namun ikan puyu-puyu tidak sedikitpun menyukai ikan terubuk.
Dendam rindu menginginkan ikan puyu-puyu sangat mendalam dan terubuk sering merindu siang dan malam. Lalu terubuk sering menyeru dan memuja puyu-puyu. Dikatakan bahwa ikan puyu-puyu itu sangat cantik dan sangat berbudi bahasa.
Kisah Syair Ikan Terubuk ini menceritakan tentang dua kerajaan yang memerintah di sekitar kawasan kerajaan air asin (Malaka) dan air tawar (Pagaruyung). Kerajaan air asin diwakili oleh ikan terubuk dan kerajaan air tawar diwakili oleh ikan puyu-puyu. Ikan terubuk dikatakan seolah-oleh ikan puaka yang berasal dari laut di Malaka. Perkataan “puaka” bisa dikaitkan dengan ancaman musuh dan perseteruan. Ikan terubuk sangat tertarik dengan ikan puyu-puyu. Namun ikan puyu-puyu tidak sedikitpun menyukai ikan terubuk.
Dendam rindu menginginkan ikan puyu-puyu sangat mendalam dan terubuk sering merindu siang dan malam. Lalu terubuk sering menyeru dan memuja puyu-puyu. Dikatakan bahwa ikan puyu-puyu itu sangat cantik dan sangat berbudi bahasa.
Asal puyu-puyu dikatakan di Tanjung Padang. Ada pendapat mengatakan daerah ini
adalah Pagaruyung Minangkabau di Sumatera Barat, sementara ikan terubuk berasal dari Tanjung Tuan (Malaka). Diceritakan juga gambaran
rupa paras tuan puteri yang menyerupai puyu-puyu. Terubuk sangat tertarik dan
sering membayangkan keayuan wajah puyu-puyu.
Asal usul puyu dikatakan keturunan raja, untuk itu ia meminta dan berdoa kepada Tuhan agar pinta dan doanya akan dikabulkan untuk mengelakkan ancaman terubuk yang tidak disenanginya.
Puyu-puyu mendapat pertolongan Tuhan, doanya dikabulkan. Pertolongan tersebut telah menyelamatkan dirinya daripada ancaman terubuk yang sangat menginginkan dirinya. Lalu dengan berkat datuk neneknya, maka datanglah pertolongan. Pertolongan telah datang dengan perwujudan sebatang pohon pulai yang rindang. Puyu dapat melompat keluar daripada kolam ke pucuk batang pulai. Maka selamatlah puyu daripada incaran ikan terubuk.
Kehilangan puyu-puyu akhirnya diketahui terubuk. Berita kehilangannya telah menyebabkan tuanku bersedih dan mengarahkan supaya segera mencari puyu-puyu. Hajat terubuk ingin bertemu puyu-puyu tidak kesampaian lalu kembalilah terubuk ke laut semula dalam keadaan kecewa.
Asal usul puyu dikatakan keturunan raja, untuk itu ia meminta dan berdoa kepada Tuhan agar pinta dan doanya akan dikabulkan untuk mengelakkan ancaman terubuk yang tidak disenanginya.
Puyu-puyu mendapat pertolongan Tuhan, doanya dikabulkan. Pertolongan tersebut telah menyelamatkan dirinya daripada ancaman terubuk yang sangat menginginkan dirinya. Lalu dengan berkat datuk neneknya, maka datanglah pertolongan. Pertolongan telah datang dengan perwujudan sebatang pohon pulai yang rindang. Puyu dapat melompat keluar daripada kolam ke pucuk batang pulai. Maka selamatlah puyu daripada incaran ikan terubuk.
Kehilangan puyu-puyu akhirnya diketahui terubuk. Berita kehilangannya telah menyebabkan tuanku bersedih dan mengarahkan supaya segera mencari puyu-puyu. Hajat terubuk ingin bertemu puyu-puyu tidak kesampaian lalu kembalilah terubuk ke laut semula dalam keadaan kecewa.
Saya sangat senang membaca cerita ini, jd tahu kisah ikan terubuk yg jatuh hati kepada ikan puyu-puyu 😭😭 pada hal terubuk juga ikan yg gagah, tampan dan baik..
BalasHapusSaya sangat senang membaca cerita ini, jd tahu kisah ikan terubuk yg jatuh hati kepada ikan puyu-puyu 😭😭 pada hal terubuk juga ikan yg gagah, tampan dan baik..
BalasHapus