Rabu, 18 Juni 2014

Legenda Ikan Terubuk





SYAIR IKAN TERUBUK 


Dikutip dari: Antologi Syair Simbolik dalam sastra Indonesia Lama (Depdikbud, Jakarta: 1980)




Bismillah itu permulaan kalam
Dengan nama Allah Khalik Al-‘alam
Melimpahkan rahmat siang dan malam
Kepada segala mukmin dan Islam

Mula dikarang ikan terubuk
Lalai memandang ikan di lubuk
Hati dan jantung bagai serbuk
Laksana kayu dimakan bubuk

Asal terubuk ikan puaka
Tempatnya konon dilaut Malaka
Siang dan malam berhati duka
Sedikit tidak menaruh suka

Pagi dan petang duduk bercinta
Berendam dengan airnya mata
Kalbunya pekat menderita
Karena mendengar kabar berita

Pertama mula terubuk merayu
Berbunyilah guruh mendayu-dayu
Senantiasa berhati sayu
Terkenang putri ikan puyu-puyu

Putri puyu-puyu konon namanya
Didalam kolam konon tempatnya
Cantik majelis barang lakunya
Patutlah dengan budi bahasanya

Kolam tu konon di tanjung padang
Disanalah tempatnya terubuk bertandang
Tempat putri berparas gemilang
Hancurlah hati terubuk memandang

Putih kuning tubuhnya tentu 
Seperti emas sepuluh mutu 
Bertautan dengan tingkahnya laku 
Mata memandang tidaklah jemu

Kecil molek pinggangnya lampai 
Rambutnya seperti mayang mengurai 
Berpatutan pula dengannya perangai 
Sembarang kerja ianye pandai

Pinggangnya rampai dadanya bidang 
Apatah lagi lehernya jenjang 
Pipinya seperti pauh dilayang 
Siapa melihat berhati sayang

Dahinya bagai sehari bulan 
Sangatlah manis sembarang kelakuan 
Sangatlah elok member rawan 
Patutlah dengan asalnye badan

Telinganya seperti taruh angsoka 
Seperti kuntum hidungnya juga 
Siapa melihat berhati duka 
Orang memandang berhati suka

Matenya bulat terlalu manis 
Siapa melihat kasihnye habis 
Laksana Galuh Ratna Wilis 
Lengannya lentik sangatlah majlis

Giginya putih sangat bercahaya 
Siape melihat kasihkan dia 
Lakunye manja sangat bergaya 
Dengannya tuan padanlah dia

Bibirnya manis amat dermawan 
Lalai melihat laki-laki perempuan 
Patut dipujuk di dalam pangkuan 
Seperti anakan turun di awan

Pahanya seperti paha belalang 
Siapa melihat berhati walang 
Duduk bercerita pagi dan petang 
Di dalam tidur rasanye datang

Betisnya bagai batangnya padi 
Berpatutan pula dengannya jari 
Kukunya kecil seperti tali 
Makin dipandang bertambah berahi

Tumitnya bagai telurnye burung 
Laki perempuan heran termenung 
Patut ditimang serta didukung 
Tiade berbanding di dalam kampung

Jikalau ia melakukan senyum 
Laksana buah masaknye ranum 
Parasnye seperti ratanya Anom 
Seperti syarabat akan diminum

Jikalau ia mengeluarkan kata 
 Halus manis jangan dikata  
Tiadalah janggal dipadang mata
 Patutlah duduk di dalam kota 

Muda menentang dari saujana
Melihat putri terlalu lena
Hati di dalam bimbang gulana
Duduk bercinta tiada semena

Gundah gulana tidak ketahuan
Lalulah pulang muda bangsawan
Setelah sampai ke tanjung tuan
Siang dan malam igau-igauan

Tunduk menyembah si lumba-lumba 
Tuanku jangan berhati hiba 
Daripada bunda sampai ke hamba 
Sekali ini patikkan cuba

Pendendang sudah ia berkata 
Lalulah pulang ia nan serta 
Tinggal terubuk duduk bercinta 
Berendam dengan air mata

Sangat bercinta ikan terubuk 
Berahikan puyu di dalam lubuk 
Hati dan jantung bagai ditumbuk 
Laksana bulan dimakan bubuk

Selama muda duduk bercinta 
Berendam dengan airnye mata 
Berahi mendengar kabar berita 
Seperti melihat denganye mata

Kepada masa terubuk merayu 
Mendengar guruh dayu-mendayu 
Siang dan malam berhati sayu 
Terkenangkan puteri ikan puyu-puyu

Birahinya tidak lagi terkira 
Seperti duduk di atasnya bara 
Siang dan mala berhura-hura 
Hendak bertemu dengan segera

Hatinye mabuk diharu setan 
Sudahlah dengan takdirnya Tuhan 
Siang dan malam igau-igauan 
Nafsu tak dapat lagi ditahan

Duduk bercinta siang dan malam 
Terkenangkan puteri di dalam kolam 
Siangatlah banyak ikan di dalam  
Bertangkap-tangkapan timbul tenggelam   
  
Membawa sepohon batangnya pulai
Datangnya dari Tanjung Balai
Eloknya tidaklah ternilai
Puteri melihat hairan terlalai

Pulainya rendang dengan rampaknya
Di tengah kolam terdiri dianya
Sampailah waktu dengan janjinya
Puteri melompat ke atas pucuknya

Terubuk berenang lalu ke laut
Sekalian ikan ramai yang mengikut
Hati di di dalam terlalu kusut
Bagaikan datang rasanya takut

Hati di dalam sangatlah hiba 
Tuan puteri hendak diriba 
Sudahlah masuk ke dalam rimba 
Siapalah lagi dilawan bersoba

Kehendak tiada Allah sampaikan 
Siang dan malam berhati rawan 
Seperti pungguk merindukan bulan 
Siang dan malam igau-igauan

Demikian muda sangatlah sayu 
Bagai kembang dipukul bayu 
Terkenangkan puteri si puyu-puyu 
Sudah naik ke puncak pulai

Setelah hari hampirkan senja
Puteri bersiap hendak memuja
Jika sungguh asalku raja
Disampaikan Allah barang disaja

Selang tidak berapa antara
Turunlah ribut dengan segera
Kilat dan petir tidak terkira
Datuk nenek turun dari udara

Tidaklah dapat berpandang mata 
Hilang seperti disambar bêta 
Dudukah muda dengan bercinta 
Apalah lagi hendak dikata 

Kehendak Allah sudah dilakukan 
Meskipun sampai dapat dimakan 
Dengan seketika tiada kelihatan 
Akhirnya kelak jadi keampunan



Syair Ikan Terubuk sebuah sastra Melayu, sebuah karya sastra yang tidak diketahui siapa penciptanya (anonim) pada abad ke-19 hanya berupa media lisan dimasyarakat pada masa itu. Terdiri dari 285 bait, karya besar  ini membentangkan kehidupan habitat ikan didalam air, baik air laut maupun air tawar secara lengkap. Syair Ikan Terubuk menjadi sangkakala mantra dalam upacara Semah Laut di Bengkalis yang dilakukan secara turun-temurun, yaitu sebuah upacara mengundang ikan-ikan terubuk melalui cara supernatural sampai berpengaruh ke daerah Labuhan Bilik di Muara Sungai Barumun Labuhan Batu. Dimana masyarakat Labuhan Bilik sekitarnya mempercayai bahwa ikan terubuk yang terdapat disana adalah karena dibawa Pangeran dari Siak (Bengkalis) sebagai tanda persahabatan dengan Kerajaan Panai.

Kisah Syair Ikan Terubuk ini menceritakan tentang dua kerajaan yang memerintah di sekitar kawasan kerajaan air asin (Malaka) dan air tawar (Pagaruyung). Kerajaan air asin diwakili oleh ikan terubuk dan kerajaan air tawar diwakili oleh ikan puyu-puyu. Ikan terubuk dikatakan seolah-oleh ikan puaka yang berasal dari laut di Malaka. Perkataan “puaka” bisa dikaitkan dengan ancaman musuh dan perseteruan. Ikan terubuk sangat tertarik dengan ikan puyu-puyu. Namun ikan puyu-puyu tidak sedikitpun menyukai ikan terubuk.
Dendam rindu menginginkan ikan puyu-puyu sangat mendalam dan terubuk sering merindu siang dan malam. Lalu terubuk sering menyeru dan memuja puyu-puyu. Dikatakan bahwa ikan puyu-puyu itu sangat cantik dan sangat berbudi bahasa.
 
Asal puyu-puyu dikatakan di Tanjung Padang. Ada pendapat mengatakan daerah ini adalah Pagaruyung Minangkabau di Sumatera Barat, sementara ikan terubuk berasal dari Tanjung Tuan (Malaka). Diceritakan juga gambaran rupa paras tuan puteri yang menyerupai puyu-puyu. Terubuk sangat tertarik dan sering membayangkan keayuan wajah puyu-puyu.

Asal usul puyu dikatakan keturunan raja, untuk itu ia meminta dan berdoa kepada Tuhan agar pinta dan doanya akan dikabulkan untuk mengelakkan ancaman terubuk yang tidak disenanginya.

Puyu-puyu mendapat pertolongan Tuhan, doanya dikabulkan. Pertolongan tersebut telah menyelamatkan dirinya daripada ancaman terubuk yang sangat menginginkan dirinya. Lalu dengan berkat datuk neneknya, maka datanglah pertolongan. Pertolongan telah datang dengan perwujudan sebatang pohon pulai yang rindang. Puyu dapat melompat keluar daripada kolam ke pucuk batang pulai. Maka selamatlah puyu daripada incaran ikan terubuk.

Kehilangan puyu-puyu akhirnya diketahui terubuk. Berita kehilangannya telah menyebabkan tuanku bersedih dan mengarahkan supaya segera mencari puyu-puyu. Hajat terubuk ingin bertemu puyu-puyu tidak kesampaian lalu kembalilah terubuk ke laut semula dalam keadaan kecewa.

2 komentar:

  1. Saya sangat senang membaca cerita ini, jd tahu kisah ikan terubuk yg jatuh hati kepada ikan puyu-puyu 😭😭 pada hal terubuk juga ikan yg gagah, tampan dan baik..

    BalasHapus
  2. Saya sangat senang membaca cerita ini, jd tahu kisah ikan terubuk yg jatuh hati kepada ikan puyu-puyu 😭😭 pada hal terubuk juga ikan yg gagah, tampan dan baik..

    BalasHapus