Senin, 12 Mei 2014

Tanjungbalai si Kota Korang



KOTA KORANG

Sejak dahulu Tanjungbalai dikenal masyarakat Sumut dan sekitarnya sebagai syurga kuliner bahari (Seafood). Tanjungbalai dikenal dengan sebutan Kota Kerang, karena dahulu nelayan-nelayan pencari kerang “pakorang” banyak tinggal di pinggiran-pinggiran sungai di Tanjungbalai seperti Sungai Asahan (mulai SS. Denki sampai Teluk Nibung), Sungai Silau (sisi kiri : mulai dari bondang sampai bangsal, sisi kanan : mulai dari Bandar Jopang sampai Lorong Pucuk), Sungai Pante Burung yang bermuara ke Sungai Silau (mulai dari Pante Burung sampai Gang Turang), Sungai Dua Sijambi (kala itu masih bisa dilalui perahu-perahu kecil melalui Selat Lancang dan Pulau Simardan sampai ke Sungai Asahan (Tanjung Medan), Sungai Tualang Raso di Kapias yang bermuara ke Sungai Asahan, Sungai Marbau yang bermuara ke Sungai Asahan (mulai dari Lubuk Palas sampai Arkat), Sungai Teluk Nibung yang bermuara ke Sungai Asahan (mulai dari Pematang Pasir sampai Teluk Nibung).

Kala itu kerang dan kepah sangat mudah di dapat di beting Kuala Bagan. Menempuh perjalanan 1-2 jam dari Tanjungbalai menggunakan perahu kecil berpendayung kayu ditambah layar kecil bilamana angin berembus bagus. Biasanya para nelayan mau berangkat ke laut “iler” terlebih dahulu melihat pasang surut air dan arah angin berembus. Bila hendak “iler” biasanya saat air sungai mulai surut karena arus akan membantu mereka menuju ke laut. Bila hendak pulang “batambat” biasanya saat air sungai mulai naik pasang karena arus dari laut akan menuju ke hulu. Sekarang ini para nelayan apalagi nelayan modern sudah tidak bergantung lagi pada alam. Mesin dan peralatan komunikasi seakan menisbikan hubungan manusia dan alam.

Pakorang tradisional kala itu masih menggunakan alat tangkap yang sangat sederhana berupa penggaruk dari besi berbatang kayu. Ekosistem dan biota laut sangat terjaga dan dilindungi. Hasil melimpah dan mudah diambil, semua tergantung kemauan dan tenaga saja.

Hasil tangkapan para “pakorang” dan “pakopah” ditampung oleh tokeh-tokeh untuk di jual di Pasar Tanjungbalai di Jl. Veteran (Pajak Ikan) atau dikirim ke daerah lain menggunakan truk. Masa itu belum ada ekspor hasil laut dari Tanjungbalai ke negeri seberang. Untuk kepah yang sudah dikupas ataupun berkulit yang dikemas dimasukkan dalam sumpit-sumpit pandan ada juga di jual eceran dan parti kecil yang dikemas dalam botol-botol, sentranya masa itu berada di Lorong Pucuk. Sebagian kepah ini diolah oleh masyarakat sebagai “pekasam kepah”. 

Hasil yang melimpah ini tanpa diimbangi pasar yang baik dilihat oleh para pedagang dan tokeh-tokeh non pribumi sebagai peluang. Mulailah sejak saat itu timbul pengolahan kerang kupas dan kepas kupah kering yang tahan lama dan dapat dipasarkan jauh bahkan ke Pulau Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar