RIWAYAT HIDUP KYAI HAJI BAHAUDIN MUDHARY
(1920-1979)
(1920-1979)
sumber : Penerbit Kiblat Centre Jakarta 1981
Lahir di Sumenep 23 April 1920 dan berpulang ke Rahmatullah
4 Desember 1979 di Surabaya. Meski ia belum pernah mereguk pendidikan alam
pesantren, namun kadar kebesarannya mengalir dari pengaruh kuat ayahandanya (KH.
Ahmad Sufhansa Mudhary) seorang ulama dan teman berbincang dari kakaknya alm.
K.H. Abdul Hamid Mudhary. Beliau adalah seorang ulama yang sama sekali tidak
pernah mengenyam sekolah formal ataupun Pesantren, kecuali belajar dan menimba
ilmu kepada ayahandanya saja. Sampai, beliau mampu mereguk ilmu keislaman
disamping mahir bahasa Arab, Belanda dan Jepang.
Jabatan yang pernah diembannya antara lain,
Komandan Sudanco, Ketua Muhammadiyah, Ketua Masyumi, Wedana di Bangkalan serta
ketua Perserikatan Muslim Tionghoa di Madura (sekarang PITI).
Almarhum dalam kesehariannya sangat sederhana lagi
bersahaja. Ia juga humoris dengan petuah yang penuh warna “parigan” (sesemon
Madura). Ada pesan menjelang akhir hayatnya yang hingga kini menjadi pegangan
putra dan cucu-cucunya; “Jangan sesekali meninggalkan sholat, selalu rukun dan
memelihara tali silaturahim serta jangan berebut harta pusaka, usahakan setiap
malam sholat lail (tahajjud).”
Seusai menamatkan Kweek School Muhammadiyah di
Yogjakarta tahun 1940, tokoh ulama jawa timur ini terus menimba ilmu sambil
menekuni buku literatur berbahasa Arab, Inggris, Jerman, Belanda, Perancis,
Cina dan Jepang, teristimewa yang erat kaitannya dengan filsafat dan
kerohanian.
Ulama ahli metafisika yang memiliki “kasyf”
tersebut juga amat terampil memafhumi hampir seluruh alat musik mulai
petik,gesek, tiup sampai tuts piano. Muasal kelangkaan ilmunya, alhasil orang
menyebut “Tera Ta Adamar” (bhs Madura) bermakna benderang tanpa pelita,
lantaran bertumpu pijak yang berkhidmat pada ladang spiritual terutama ibadah
sholat sebagai mi’rajnya kaum muslimin menuju titik sumbu Rabbul Izzati. Itulah
sebabnya hakikat ilmu letaknya bukan di kepala tetapi di hati.
Semasa hayatnya diamalkan untuk pendidikan dan
dakwah Islamiyah. Tahun 1947 memangku sebagai Komandan Resimen Hizbullah, dua
tahun kemudian mendirikan Yayasan Pesantren Sumenep. Selama perjuangan fisik
bersama-sama rekan-rekannya setahun lebih meringkuk di Penjara Kalisosok
Surabaya. Berikutnya tahun 1954 Ketua Muhammadiyah cabang Sumenep, Kepala SMA
Yayasan Pesantren, mengajar bahasa Jerman dan Perancis di SMA Sumenep sekitar
tahun 1960-1965 serta dosen di IKIP Negeri dan pernah mendirikan Akademi
Metafisika. Hingga akhir hayatnya, selain mengasuh Pesantren Kepanjin Sumenep
juga menjabat Kepala Kantor Departemen Agama Sumenep, Ketua Umum GUPPI Jawa
Timur, Ketua MUI Jawa Timur dan anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur. Banyak buah
penanya, senantiasa mewarnai langgam kehidupan rohaninya yang mapan.
Berikutnya adalah salah satu
sumbangsihnya terpopuler terhadap perkembangan wawasan Islam di Indonesia, yaitu Dialog Islam-Kristen
AWAL PERTEMUAN
Pada
malam selasa tanggal 9 Maret 1970, salah seorang santri dari Pesantren Sumenep
Sdr. Marzuki mengadakan sekadar selamatan Tahun Baru Islam (1 Muharram tahun
Hijriah) yang dihadiri oleh beberapa santri lainnya. Beberapa saat kemudian
datang dua orang saudara bernama Markam dan Antonius Widuri (keduanya adalah
tim akuntan) yang oleh kantornya Di Jakarta ditugaskan di PN. Garam Kalianget.
Saudara Markan berasal dari Padang beragama Islam dan Saudara antonius Widuri
berasal dari Jogjakarta beragama Kristen sejak kecil dan memang dari keluarga
Kristen Katolik Roma.
Kedatangan saudara Markam dan Antonius Widuri pada selamatan
tersebut ingin menemui Kyai Bahaudin Mudhari yang memang sudah dikenal
sebelumnya. Oleh kawan-kawan, terutama oleh saudara Marzuki selaku tuan rumah,
kedatangan dua saudara ini disambut dengan ramah tamah dan rasa gembira.
Kemudian saudara Markam menerangkan kedatangannya dari Kalianget
ke Sumenep menyertai saudara Antonius Widuri, sengaja untuk menemui Kyai
Bahaudin Mudhari, berhubung dengan keinginannya yang sudah lama terkandung
untuk membandingkan tentang masalah Ketuhanan dalam agama Kristen dan Islam.
Juga soal yang berhubungan dengan i’tikat, kepercayaan diantara kedua agama
tersebut
Menurut saudara Markam, karena bapak Kyai sedang tidak berada di
sini, kalau bisa di lain waktu saja untuk menemui beliau. Akan tetapi sekiranya
bapak Kyai dan Tuan Rumah serta saudara-saudara disini tidak berkeberatan,
minta supaya diperkenankan untuk menguraikan isi hatinya agar saudara-saudara
tidak salah paham, karena hal tsb, hanya dari hai-kehati saja, yakni soal
keyakinan pribadi semata-mata.
Kawan-kawan tidak berkeberatan asalkan berkisar soal agama saja,
dan tidak ada kata-kata singgungan terhadap siapapun. jadi hanya merupakan soal
jawab antara pribadi dengan pribadi saja.
Bapak Kyai Bahaudin menerangkan, sekiranya soal jawab antar
pribadi ini tidak selesai malam ini juga, apakah akan dilanjutkan pada malam
yang lain. Oleh saudara Markam dan Antonius dijawab bahwa yang penting adalah
kepuasan, walaupun memerlukan waktu lama baik siang maupun malam. Kalau begitu
menurut Kyai Bahaudin Mudhary, kita dapat menamakan pertemuan ini adalah pertemuan
pertama. Dengan catatan pertemuan pribadi semata bukan pertemuan dengan
undangan.
Perlu diterangkan dalam soal jawab ini nama-namanya disingkatkan.
Huruf: “BM” untuk bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan huruf “AW” untuk Antonius
Widuri atau Sdr. Markam, karena saudara Markam sering ikut menjelaskan
keterangan saudara Antonius.
SEMBILAN MALAM MENCARI TUHAN
Malam
Pertama
‘PERSETUJUAN BERSAMA’
BM : Sebelum diadakan pertemuan, saya pandang perlu menentukan
sesuatu yang dirasa penting yang patut kita atur terlebih dahulu.
AW : Hal itu kita serahkan saja kepada bapak Kyai bagaimana
baiknya pertemuan kita ini.
BM : Apakah tidak sebaiknya pertemuan kita ini dicatat saja
dan bila perlu kita gunakan tape recorder untuk
dijadikan kenang-kenangan.
AW : Baiklah, kita setuju pendapat bapak Kyai.
BM : Kalau begitu saya akan minta bantuan kepada seorang
saudara untuk mencatat pembicaraan kita masing-masing. Dan apakah saudara tidak
keberatan hasil pembicaraan kita nanti sekiranya panjang perlu untuk diketahui
umum juga, sebaiknya kita jadikan buku (dibukukan).
AW : Buat saya tidak keberatan asal membawa manfaat untuk
umum.
BM : Jadi saudara setuju.
AW : Ya sangat setuju.
BM : Terima kasih, sekarang saya ingin menanyakan maksud
saudara menemui saya. Dan tadi saudara menyebut tentang agama Kristen dan
Islam.
AW : Begini Pak Kyai, secara terus terang dengan hati ikhlas
saya sampaikan bahwa saya adalah seorang yang beragama Kristen Katolik.
Seringkali juga saya membaca buku-buku agama Islam, dan majalah-majalah Islam,
terutama majalah Kiblat yang terbit di Jakarta.
Dengan membaca buku-buku dan majalah-majalah tsb, lalu timbul keinginan saya
untuk mempelajari dan meneliti agama Islam. Akan tetapi keinginan itu selalu
saya sembunyikan saja.
BM : Dimanakah saudara mendapat buku-buku Islam dan majalah
Kiblat?
AW : Secara tidak sengaja, saya sering menemukan di meja
kawan. Mula-mula saya tidak menghiraukan, karena buku dan majalah tersebut
berlainan dengan keyakinan saya. Pada suatu malam saya tidak bisa tidur,
padahal saya ingin istirahat, lalu saya mondar-mandir
di kamar tidur, keluar masuk kamar, lalu saya lihat majalah Kiblat di atas
meja, mungkin kepunyaan kawan yang ketinggalan waktu bertamu ketempat saya.
Secara tidak sengaja saya ambil majalah tsb, tanpa kesadaran saya bawa ketempat
tidur, lalu saya buka-buka lembaran, mungkin ada bacaan atau cerita-cerita yang
dapat mendorong saya tidur. Kemudian pada suatu halaman, saya menjadi terkejut
melihat suatu artikel tentang “Kristen,” tanpa pikir saya membacanya. Mula-mula
hati saya selaku seorang Kristen merasa tersinggung, akan tetapi seolah-olah
ada daya tarik yang memerintahkan saya supaya terus membacanya pada saat itulah
secara tiba-tiba muncul dorongan hati saya untuk berpikir dan meneliti
kebenaran keyakinan saya. Entah karena apa saya lantas ingin membaca buku-buku
Islam dan majalah-majalah islam. Malah seringkali saya cari-cari pinjaman
majalah Kiblat pada kawan-kawan yang berlangganan. Makin lama, bertambah timbul
dorongan hati saya untuk meneliti ajaran Islam dan Kristen, dan ingin
membandingkan tentang ketuhanan antara dua agama tersebut Secara diam-diam saya terus membaca-baca buku Islam
disamping membaca kitab Injil yang menjadi keharusan saya selaku pemeluk agama
Kristen.
BM : Apakah saudara telah mempelajari Kitab Injil cukup
mendalam?
AW : Menurut perasaan saya, Kitab Injil itu telah saya
pelajari dan saya anggap cukup mendalam. Ini hanya menurut ukuran kemampuan
yang ada pada saya saja. Entah dalam penilaian orang lain.
BM : Kemudian bagaimana kelanjutan keinginan saudara?
AW : Setelah saya meneliti buku-buku Islam dan Kristen yang
saya temui maka dorongan hati saya untuk melepaskan keinginan saya tak dapat
saya tahan. Lalu saya mulai tanya-tanya tentang agama Islam pada beberapa orang
yang saya temui, tetapi keterangannya itu belum ada yang memuaskan hati saya.
BM : Kepada siapa saja saudara bertanya tentang ajaran Islam?
AW : Kepada siapa saja yang saya temui, disamping pembicaraan
lain. Jadi saya bertanya-tanya merupakan selingan-selingan dari pada yang
menjadi pokok pembicaraan. Jadi tidak secara langsung.
BM : Setelah itu adakah suatu pengaruh pada saudara?
AW: Ya, anehnya saya mulai tidak rajin lagi pergi ke gereja.
Mungkin inilah pengaruhnya.
BM: Kemudian bagaimana?
AW: Oleh karena saya tidak merasa puas dari orang-orang yang
memberikan keterangan tentang Islam, lalu saya bicarakan kepada saudara Markan.
Oleh saudara Markan saya diajak kerumah bapak Kyai Baha. Maka saya perlukan
datang kemari diantar oleh saudara Markan.
BM: Mungkin saudara belum mendalam mempelajari kitab Injil.
Apakah tidak sebaiknya saudara meneliti kembali ajaran-ajaran agama Kristen
sebelum diadakan pertemuan lebih lanjut.
AW: Kalau begitu apakah orang yang bukan pemeluk Islam tidak
dibolehkan mempelajari agama Islam?
BM: Bukan begitu, maksud saya agama Islam itu bersikap
toleransi terhadap semua agama dan pemeluknya. Memang para pemeluk Islam
diwajibkan berdakwah kepada siapa saja yang mau menerimanya. Tetapi Islam
melarang pemaksaan pada orang lain untuk memeluk agama Islam.
AW: Akan tetapi, saya pun memeluk agama Kristen bukan karena
ikut-ikutan. Pendirian saya setiap orang bebas memilih agama menurut
keyakinanya dan berpindah agama menurut keyakinannya pula, yang tentu
sebelumnya didahului oleh penelitian dan pertimbangan-pertimbangan yang
mendalam sesuai dengan kemampuannya, baik dengan perantaraan buku-buku,
Kitab-kitab, maupun soal jawab (diskusi) atau lainnya.
BM: Betul akan tetapi asalkan dengan cara yang wajar sehingga
tidak menimbulkan salah penafsiran antara pemeluk suatu agama dan penganut
agama yang lain.
AW: Itulah yang saya maksudkan agar kedatangan saya kepada
bapak Kyai tidak sampai timbul sangka-sangka dan dugaan-dugaan yang tidak wajar
melainkan dengan tujuan mencari kebenaran dalam memeluk suatu agama diatas
dasar penelitian dari segi rasio maupun ilmu jiwa, dari segi ilmiah, sehingga
menimbulkan keyakinan yang kokoh dalam jiwa saya. Keyakinan yang teguh dan
kokoh tentunya tidak mungkin menjadi ikut-ikutan.
BM: Memang seharusnya demikian.
AW: Ada saya jumpai, penganut suatu agama disebabkan karena
keturunan karena ayah dan ibunya menganut suatu agama, karena pengaruh
pergaulan, lingkungan, pengaruh keadaan atau bisa jadi maksud untuk berlindung
atau lainnya. Oleh karenanya saya berani bersumpah bahwa saya tidak termasuk
pada orang-orang yang saya sebutkan diatas.
BM: Saya hargai pendirian saudara.
AW: Oleh karena itulah saya menemui bapak Kyai untuk
menguraikan isi hati saya yang telah lama saya
kandung. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya bapak Kyai memberikan waktu kepada
saya. Terserah menurut kesempatan bapak Kyai, karena sekarang sudah tengah
malam. Akan tetapi sebisa-bisanya secepat mungkin.
BM: Baik, besok malam saja saudara datang lagi, dengan
catatan tidak usah memberitahukan dulu pada orang lain. Saya usahakan
tempatnya.
AW: Akan tetapi bagaimanakah kalau ada orang yang datang
ingin mendengarkan saja.
BM: Pokoknya pertemuan kita usahakan supaya tidak sampai
diketahui orang lain, tetapi kalau dipandang perlu saya kira boleh saja,
daripada hasil pertemuan kita beritahukan. Sekiranya besok malam ada orang
datang hanya ingin mendengarkan, hal itu terserah kepada mereka sendiri,
pokoknya kita tidak mengundang mereka dan mereka tidak mengganggu ketertiban
dan kelancaran dalam pertemuan kita.
AW: Baiklah, semoga pertemuan kita dapat diatur antara
pribadi dengan pribadi bukan untuk umum.
BM: Memang demikianlah rencana saya dan supaya
saudara-saudara yang ada disini tahu.
AW: Saya setuju pendapat bapak Kyai.
BM: Adakah saudara mempunyai kitab Injil.
AW: Ya, saya mempunyai kitab: Perjanjian Lama, Perjanjian
Baru dan yang berbahasa Inggris “The Holy Bible” dan ada juga kitab bahasa
Belanda “Bijbellezingen voor het Huisgezin” dan ada juga “Alkitab” terbitan
tahun 1968 dan yang terbitan tahun 1970 dan kitab “Zabur.”
BM: Saya harap kitab-kitab yang saudara sebutkan itu dibawa
semuanya besok malam.
AW: Ya saya akan bawa semuanya. Apakah bapak Kyai juga
mempunyai kitab tersebut
BM: Dulu pernah mempelajarinya, tetapi dipinjam oleh kawan
yang sampai sekarang belum dikembalikan, namun saya telah membacanya.
AW: Kalau begitu saya akan bawa semua kitab-kitab Kristen
yang ada pada saya.
BM: Harapan saya memang demikian
Malam Kedua
‘MASALAH
KETUHANAN YESUS’
BM: Sejak kapan saudara beragama Kristen?
AW: Sejak saya dilahirkan.
BM: Apakah saudara benar-benar mempelajari bahwa agama
Kristen itu suatu agama yang paling benar?
AW: Ya, memang saya
menyadari.
BM: Apakah saudara berkeyakinan bahwa Kitab Injil itu suci?
AW: Ya, saya yakin sekali.
BM: Dari siapakah pengertian saudara bahwa Bibel itu dari
Tuhan Yang Maha Suci?
AW: Guru saya menerangkan bahwa Bibel adalah Kitab Suci
berisi pengajaran Tuhan Yesus, yang dicatat oleh Rasul-Rasul Matius, Lukas,
Yohanes dan Rasul Markus.
BM: Apakah yang dimaksud suci pada Bibel itu mempunyai arti
bahwa Bibel Bersih dari pada kesalahan-kesalahan.
AW: Betul demikian. Tetapi kesalahan yang bagaimana yang
bapak maksudkan.
BM: Misalnya: Pada suatu saat ada orang mengabarkan pada
saudara si A sakit, sedangkan orang lain memberitahukan bahwa pada saat itu si
A tidak sakit. Kedua berita itu apakah benar semuanya atau salah semuanya, atau
salah satunya yang benar?
AW: Di antara keduanya itu
tentu salah satu yang benar atau keduanya salah dan mustahil kedua-duanya
benar.
BM: Satu misal lain, si A
mempunyai 3 orang anak dan orang lain mengatakan si A mempunyai 10 anak. Apakah
dua perkataan itu benar semuanya atau salah semuanya atau salah satu yang
benar?
AW: Tidak mungkin benar semuanya, melainkan salah satunya
yang benar atau salah semuanya.
BM: Kalau saya mengatakan benar semuanya, bagaimana pendapat
saudara?
AW: Itu adalah mustahil, karena ternyata ada perselisihan
diantara keduanya.
BM: Andaikata ada suatu kitab suci, akan tetapi ayat-ayat
didalamnya diantara yang satu dengan yang lain terdapat perselisihan, apakah
kitab itu akan dinamakan Kitab suci?
AW: Tentu bukan kitab suci, karena yang dinamakan kitab suci
itu adalah ilham (wahyu) dari Tuhan, yang mustahil terdapat kesalahan atau
perselisihan.
BM: Jadi kalau begitu bukan Kitab suci lagi?
AW: Betul, kesuciannya telah batal.
BM: Kalau demikian, tentu isinya tidak dapat dipercaya,
kesuciannya atau kebenarannya, karena diantara ayat-ayatnya terdapat
perselisihan.
AW: Yang jelas diantara ayat-ayatnya pasti bukan dari Tuhan,
atu sudah dicampur adukkan dengan karangan manusia, sehingga kesuciannya
ternoda. Ringkasnya sudah tidak suci lagi.
BM: Kalau misalnya Bibel terdapat selisih antara satu ayat
dengan ayat lain apakah saudara masih berkeyakinan Bibel itu kitab suci?
AW: Saya tidak yakin kalau Kitab Bibel tidak suci. Terkecuali
kalau ada bukti-bukti nyata yang menunjukkan ayat-ayatnya berselisih antara
yang satu dengan yang lain, yang dapat menimbulkan keraguan saya tentang
kesuciannya. Menurut penelitian bapak, apakah ayat-ayat Bibel ada yang berselisih?
BM: Ya, banyak yang berselisih.
AW: Di Perjanjian Lama atau
Perjanjian Baru.
BM: Dua-duanya terdapat beberapa perselisihan antara satu
ayat dengan ayat yang lain.
AW: Di bab apa dan pasal serta ayat berapa?
BM: Supaya berurutan saya atur dalam beberapa pasal: Pertama
soal Ketuhanan Yesus, karena soal ketuhanan adalah termasuk kepercayaan pokok
pada tiap-tiap agama. Jadi soal ini perlu
sekali didahulukan. Sesudah itu kita berpindah kepada soal yang lain yang
berhubungan dengan soal agama Kristen yang termaktub dalam kitab Bibel.
Bagaimana pendapat saudara?
AW: Baik, saya menyetujui pendapat bapak.
BM: Sekarang saya ingin bertanya, apakah alasan saudara bahwa
Yesus menjadi anak Tuhan?
AW: Dalam “Matius,” pasal 3 ayat 17 menyebutkan demikian:
“Maka suatu suara dari langit mengatakan: “Inilah anakku yang kukasihi.
Kepadanya aku berkenan.” Juga di Lukas pasal 4 ayat 41, bahwa “Yesus itu anak
Allah.”
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 5 ayat 9.
AW: Baik. Dalam pasal dan ayat itu menyebutkan: “Berbahagialah
segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak
Allah.”
BM: Berdasarkan ayat tersebut yang dimaksudkan ” Anak Allah”
itu ialah orang yang dihormati seperti Nabi. Kalau Yesus dianggap anak Allah,
maka semua orang yang mendamaikan manusia pun menjadi anak-anak Allah juga.
Jadi bukan Yesus saja Anak allah tetapi ada terlalu banyak.
AW: Dalam “Yohanes” pasal 14 ayat 9 disebutkan “Siapa yang
sudah tampak Aku, ia sudah tampak Bapa,” dan di ayat 10 disebutkan: “tiadakah engkau
percaya bahwa aku ini didalam Bapa, dan Bapapun didalam Aku? Segala perkataan
yang aku ini katakan kepadamu, bukanlah Aku katakan dengan kehendak sendiri,
melainkan Bapa itu yang tinggal didalam Aku. Ia mengadakan segala perbuatan
itu.”
BM: Baiklah. Silahkan saudara periksa “Yohanes” pasal 17 ayat
23.
AW: Baik. Di pasal ini disebutkan bahwa: “Aku di dalam mereka
itu, dan Engkau didalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.”
BM: Perhatikan di ayat ini ada tersusun kata “Aku di dalam mereka.”
Kata “mereka” di ayat ini ialah sahabat Yesus. Sedang yang dimaksudkan “dengan
aku” ialah Yesus. Jadi kata “AKU” beserta mereka artinya Yesus beserta
sahabat-sahabatnya. Jadi Tuhan itu beserta Yesus dan para sahabatnya. Kalau
saudara percaya hal kesatuan Yesus dengan Bapa maka saudara pun harus percaya
tentang kesatuan Bapa itu dengan semua sahabat Yesus yang berjumlah 12 orang
itu. Jadi bukan Yesus dan Roh suci saja yang menjadi satu dengan
Tuhan,melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau
Tuhan persatuan bukan hanya Tritunggal tetapi 15-tunggal. Jadi berdasarkan
perselisihan ayat-ayat tsb, yang manakah yang benar. Tiga menjadi Tunggal atau
15 menjadi Tunggal. Ayat manakah yang akan saudara yakini, yang tiga menjadi
tunggal ataukah yang 15 itu?
AW: Tunggu dulu Pak, ini agak membingungkan saya.
BM: Tentu akan lebih membingungkan saudara kalau saya
tunjukkan ayat yang lain. silahkan periksa “Yohanes” pasal 17 ayat 3.
AW: Baik! Disini menyebutkan: “Inilah hidup yang kekal, yaitu
supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa dan Yesus Kristus yang telah
Engkau suruhkan itu.”
BM: Di ayat ini menyebutkan Tuhan adalah Esa. Dalam Kamus
bahasa Indonesia oleh E. St. Harahap, cetakan ke II disebutkan bahwa Esa itu
berarti satu, pertama (tunggal) dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Yesus
Kristus adalah Pesuruh Allah (Utusan/Rasul). Kalau demikian, manakah yang
benar. Di satu ayat menyebutkan Tuhan dengan Yesus menjadi satu di lain ayat 15
menjadi satu dan yang lain lagi Tuhan itu Tunggal, sedangkan di ayat itu pula
menyebutkan bahwa Yesus itu pesuruh Allah bukan Tuhan. Menurut pengakuan
saudara suatu Kitab suci yang kandungan ayat-ayatnya bertentangan antara yang
satu dengan yang lain tentu sulit sekali dipercaya kesuciannya, karena yang
disebut suci itu bersih dari kekeliruan dan perselisihan.
AW: Masih adakah ayat yang menyebutkan demikian?
BM: Ayat yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Ayat yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal),
bukan tiga menjadi satu.
BM: Silahkan buka di “Ulangan” pasal 4 ayat 35.
AW: Baik. Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka
kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah,
dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Jelas di dalam Bibel sendiri menerangkan bahwa Tuhan itu
Esa, Tunggal.
AW: Tetapi itu di dalam Kitab Perjanjian Lama. Apakah
terdapat juga di Perjanjian Baru?
BM: Saudara minta di Perjanjian Baru, baiklah. Silahkan
saudara buka Markus pasal 12 ayat 29.
AW: Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka jawab
Yesus kepadanya. hukum yang terutama ialah: Dengarlah olehmu hai Israel, adapun
Allah Tuhan kita ialah Tuhan yang Esa.”
BM: Periksa lagi di Perjanjian Lama di “Ulangan” pasal 6 ayat
4.
AW: Baik, di sini disebutkan: “Dengarlah olehmu hai Israel,
sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya.”
BM: Apakah belum jelas bahwa Bibel sendiri yang menjadi Kitab
Sucinya Orang Kristen menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan itu tunggal,
bukan tiga menjadi satu atau satu menjadi tiga. Taruh kata di Bibel ada ayat
yang menyebutkan Tuhan itu tiga menjadi satu, saya ingin bertanya yang manakah
di antara kedua ayat itu yang benar, yang Tunggalkah atau yang tiga menjadi
Tunggal. Jadi salah satu dari dua ayat tersebut pasti ada yang benar, karena sudah
jelas dua ayat itu tidak sama. Kalau salah satu atau dua-duanya salah, maka
kandungan Kitab suci itu ada yang salah; jadi bukan Kitab suci namanya.
AW: Betul, salah satu pasti salah atau kedua-duanya salah.
BM: Kalau demikian apakah dapat diyakini kebenarannya sebagai
kitab suci, kalau kitab suci itu mengandung kesalahan atau tidak benar isinya.
AW: Ya, yang disebut kitab suci itu harus bersih dari
kesalahan-kesalahan kalau tidak demikian maka batallah kesucian kitab suci itu.
BM: Menurut kepercayaan saudara, apakah Yesus bersatu dengan
Allah?
AW: Ya demikian.
BM: Kalau demikian tentu Yesus adalah selalu bersama Allah
dan Allah selalu bersama Yesus?
AW: Betul demikian sebagaimana tersebut dalam “Yohanes” 10,
30 yang bunyinya sebagai berikut: “Aku dan Bapa itu satu adanya.” Demikian juga
Roh suci sebab Roh suci itu menjadi satu dengan Yesus, sebagaimana tersebut
dalam injil, ialah setelah Yesus berumur 30 tahun turun roh suci kepadanya dan
dibaptiskan oleh pembaptis yaitu Yohanes. Jadi jelas bahwa Yesus, Roh suci,
Tuhan adalah Tunggal.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Matius” pasal 27 ayat 46.
AW: Baik, dipasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka
sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya:
“Eli, Eli lama sabaktani,” artinya “Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau
meninggalkan Aku.”
BM: Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas bahwa Yesus
tidak bersatu dengan Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus, waktu akan
disalibkan. Mestinya kalau Tuhan menjadi satu dengan Yesus, disaat itulah saat
tepat untuk menolong Yesus, tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan
Yesus sehingga Yesus sendiri minta tolong.
AW: Tetapi Yesus itu hidupnya memang untuk disalib guna
menebus dosa manusia.
BM: Kalau hidupnya Yesus memang untuk disalib, mengapa Yesus
tidak bersedia dan menolak untuk disalib. Buktinya ia berseru dengan suara
nyaring minta tolong pada Tuhan agar ia terlepas dari disalibkan. Dengan kata
lain Yesus tidak bersedia selaku penebus dosa.
AW: Betul, saya lantas tidak mengerti mengapa ayat-ayat Bibel
itu ada simpang siur.
BM: Dari sebab itulah mengapa saudara menyembah Yesus selaku
Tuhan yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri, malah minta tolong.
Pantaskah ada Tuhan demikian. Dan saya lanjutkan pertanyaan, apakah
manusia-manusia yang menyalibkan Yesus itu dilaknat?
AW: Pasti dilaknat.
BM: Mestinya tidak dilaknat, malah Yesus harus berterima
kasih kepada mereka yang menyalibkan dia, bahkan mereka itu seharusnya
mendapatkan ganjaran, karena menurut keterangan saudara, kehidupan Yesus itu
harus disalib untuk menebus dosa-dosa. Jika tidak ada manusia yang bersedia
menyalibkan Yesus, maka dosa-dosa manusia tentu tidak ada yang menebusnya. Jadi
manusia-manusia yang telah menyalib Yesus itu berjasa kepada Yesus dan
penganut-penganut kristen. Akan tetapi mereka yang sudah terbukti berjasa itu
malah dilaknat. Mestinya mereka itu masuk surga dan dipuji-puji atas jasanya.
AW: Ini memang tidak masuk akal atau sekurang-kurangnya
memang sulit dimengerti; akan tetapi Roh Tuhan bersatu dengan Yesus itu tidak
mustahil. Sebagaimana banyak manusia yang kesurupan hantu, jin malaikat atau
makhluk-makhluk halus lainnya, sehingga tindakan tindakan dan perbuatannya
menurut kehendak makhluk halus tersebut. Demikian juga ada yang kemasukan Roh
suci seperti roh malaikat sehingga tindakan-tindakan dan perbuatannya adalah
suci.
BM: Kalau demikian baiklah saya bikin pertanyaan; Manusia
yang bersatu (kesurupan) jin itu apakah dia disebut jin.
AW: Tidak!
BM: Yesus yang bersatu (menerima) Roh Tuhan itu apakah ia disebut
Tuhan?
AW: Mestinya tidak juga.
BM: Seharusnya begitu. Jadi jelas bahwa Yesus yang menerima
Roh ketuhanan tentunya bukan Tuhan. Manusia yang menerima wahyu Tuhan itu bukan
Tuhan melainkan adalah utusan (pesuruh) Tuhan. Sessuai dengan pengakuan Yesus
sendiri sebagaimana tersebut dalam “Yohanes’ pasal 17 ayat 3 yang berbunyi:
“Supaya mereka itu mengenal Engkau. Allah Yang Maha Esa dan Benar, dan Yesus
Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
AW: Saya lantas tambah tidak mengerti tentang Ketuhanan Yesus
itu.
BM: Menurut keterangan saudara tadi, bahwa manusia yang
bersatu dengan (kesurupan) makhluk halus seperti roh-roh, jin dan malaikat,
maka tindakan dan perbuatannya pasti menurut kehendak atau menyerupai perbuatan
makhluk-makhluk halus itu?
AW: Benar begitu.
BM: Kalau demikian maka Yesus yang saudara akui bersatu
dengan Tuhan mestinya tindakan-tindakan dan perbuatannya menyerupai perbuatan
Tuhan.
AW: Mestinya begitu.
BM: Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Tuhan tidak
tidur tetapi Yesus tidur, Tuhan tidak makan tetapi Yesus makan, Tuhan tidak
sakit tetapi Yesus sakit, Tuhan tidak menyembah kepada siapapun tetapi Yesus
menyembah Tuhan. Tuhan tidak mati tetapi Yesus mati, walaupun menurut Doktrin
Kristen hidup kembali tetapi ia mati.
AW: Menurut anggapan orang Kristen salah satu yang
mneyebabkan Yesus bersatu dengan Tuhan, karena ia mengetahui yang gaib.
BM: Kalau begitu silahkan buka “Markus” pasal 13 ayat 31, 32.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Sesungguhnya langit dan bumi
akan lenyap tetapi perkataanku kekal. Tetapi akan harinya atau ketikanya itu
tidak diketahui oleh seorang juapun, baik segala malaikat yang di sorgapun
tidak, anak itu pun tidak, hanyalah Bapa saja.”
BM: Jelas di Bibel sendiri tertulis, Yesus sendiri mengaku
tidak ada yang tahu kapan hari kiamat, melainkan hanya Tuhan sendiri. Jadi
tegas Yesus sendiri tidak mengetahui waktunya hari kiamat, yang termasuk suatu
yang gaib. Yang tidak tahu itu pasti bukan Tuhan.
AW: Tetapi Yesus menyebutkan dirinya di ayat ini dengan kata:
“Anak,” yang berarti ia anak Tuhan.
BM: Silahkan buka “Matius” pasal 1 ayat 16.
AW: Baik. Disitu disebutkan: “dan Yakub memperanakkan Yusuf,
yaitu suami Maria; ialah yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.”
BM: Jelas bahwa yang diperanakkan itu pasti bukan Tuhan sebagaimana
tersebut dalam ayat tersebut Silahkan periksa lagi “Keluaran” pasal 4 ayat 22.
AW: Baik. Di situ disebutkan: “Maka pada masa itu hendaklah
katamu kepada Fir’aun demikian: ‘Inilah firman Tuhan: Bahwa Israil itulah
anakku laki-laki,yaitu anakku yang sulung’.”
BM: Di ayat ini disebutkan bahwa Israil adalah anak tuhan
yang sulung, sedangkan Yesus tidak disebutkan anak yang keberapa. silahkan buka
lagi “Yeremia” pasal 31 ayat 9.
AW: Ayat ini menyebutkan, “Akulah bapak bagi Israil; dan
Afraim itulah anak yang sulung.”
BM: Jelas sekali bahwa berdasarkan Bibel sendiri Anak Tuhan
itu banyak,bukan Yesus saja, padahal sebenarnya yang dimaksudkan dengan “Anak”
dalam ayat itu ialah mereka yang dikasihi oleh Tuhan, termasuk Yesus jadi bukan
anak yang sebenarnya.
AW: Tetapi dalam “Matius,” pasal 1 ayat 18, menyebutkan
sebagai berikut: “Adapun kelahiran Yesus Kristus demikian adanya: Tatkala
Maria, yaitu ibunya, bertunangan dengan Yusuf, sebelum keduanya bersetubuh,
maka nyatalah Maria itu hamil dari pada roh kudus.” Roh kudus artinya Roh
Tuhan.
Oleh karenanya maka
Yesus itu adalah anak Tuhan, sebagaimana juga di “Matius” pasal 1 ayat 20
menyebutkan: “Yusuf bermimpi seorang Malaikat, Tuhan berkata: “Hai Yusuf, anak
Daud janganlah engkau kuatir menerima Maria itu menjadi istrimu karena
kandungan itu terbitnya dari pada Roh kudus.”
BM: Kalau begitu silahkan buka: “Kisah Rasul,” pasal 6 ayat
5.
AW: Baik, ayat itu menyebutkan: “Maka perkataan ini
diperkenankan oleh sekalian orang banyak itu, lalu memilih Stephanus, yaitu
seorang yang penuh dengan iman, dan Roh kudus, dan lagi Philippus, dan
Prokhorus dan Nikanor dan Simion dan Parmenas dan Nikolaus yaitu mualaf asalnya
dari negeri Antiochia.”
BM: Jadi berdasarkan ayat Bibel sendiri menunjukkan bahwa Roh
Kudus itu bukan pada Yesus saja. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu Roh Suci,
atau Roh Kesucian yang maksudnya roh yang bersih dari roh-roh kotor, bukan
seperti roh setan atau hantu. Sebagaimana halnya para Nabi lainnya dengan roh
sucinya. Menurut Al-Qur’an, Roh Kudus (roh suci) itu berarti “Jibril.” Di Bibel
sendiri menyebutkan bahwa para nabi yang terdahulu adalah Kudus.
AW: Di Bibel pasal berapa menyebutkan demikian?
BM: Silahlan periksa surat petrus yang kedua pasal 3 ayat 2.
AW: Baik. pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu ingat
perkataan yang sudah disabdakan, dahulu oleh nabi yang kudus dan akan hukum
Tuhan lagi juru Selamat, dengan jalan rasul-rasul yang disuruhkan kepadamu.”
BM: Jelas di Bibel sendiri menyebutkan bahwa Roh Kudus itu
bukan Tuhan dengan kata lain bahwa Yesus dalam kandungan Maria itu bukan Tuhan
atau Roh Tuhan, melainkan adalah roh bersih, suci, dengan izin atau perintah
Allah yang dikaruniakan kepada hamba yang dikehendakinya. Lebih jelas harap
saudara periksa dalam “Kisah Rasul,” pasal 5 ayat 32.
AW: Ayat tsb menyebutkan: “Dan kami inilah saksi atas segala
perkara itu,” demikian juga Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada sekalian
orang yang menurut Dia.”
BM: Silahkan periksa lagi dalam ‘Lukas’, pasal 1 ayat 41.
AW: Pasal ini menyebutkan bahwa: “Maka berlakulah tatkala
Elisabet mendengar salam Maria itu, meloncatlah kanak-kanak yang didalam
rahimnya itu dan Elisabet penuh roh kudus.”
BM: Sudah jelas sekali bahwa arti Roh kudus adalah Roh Suci
yang dikaruniakan oleh Allah kepada siapapun yang dikehendakinya. Kalau
sekiranya Roh Kudus itu diartikan dengan Allah atau Roh Allah maka bukan Yesus
saja menjadi Tuhan atau anak Tuhan, melainkan segala orang yang taat kepada
Tuhan, para Nabi dan Elisabet (istri Zakaria) pun mestinya Tuhan juga.
AW: Yesus dianggap Tuhan oleh karena ia mempunyai ro
Ketuhanan, terbukti dengan pangkat Ketuhannnya sehingga ia dapat menghidupkan
orang mati. Inilah kesamaan Allah dengan Yesus.
BM: Kalau begitu, silahkan periksa di “Kitab Raja-raja yang
kedua” pasal 13 ayat 21.
AW: Baik, disini ada menyebutkan: “Maka sekali peristiwa
apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan
lalu dicampakkannya orang mati itu kedalam kubur Elisa, maka baru orang mati
itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu, maka hiduplah orang itu
pula, lalu bangun berdiri.”
BM: Disini menyebutkan malah tulang-tulang Elisa dapat
menghidupkan orang mati. Jadi bukan Yesus saja dapat menghidupkan orang mati
bahkan tulang-tulang Elisa dapat menghidupkan orang mati. Yang berarti
tulang-tulang Elisa adalah tulang-tulang ketuhanan. Kalau Yesus di waktu
hidupnya dapat menghidupkan orang mati, akan tetapi Elisa di waktu tak
bernyawa, malah hanya dengan tulang-tulangnya, yang di dalam kubur dapat
menghidupkan orang mati. Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib maka Elisa lebih
ajaib dari pada Yesus. Jadi seharusnya Ilyaspun dianggap Tuhan juga. Periksa
lagi di “Kitab Raja-Raja yang pertama,” pasal 17 ayat 22.
AW: Ya, disini menyebutkan:
“Maka didengar akan
Do’a Elisa itu, lalu kembalilah nyata kanak-kanak itu kedalamnya sehingga
hiduplah ia pula.”
BM: Kalau secara adil, seharusnya Elisa dianggap Tuhan juga.
AW: Tetapi Yesus dapat menyembuhkan orang buta sehingga
melihat.
BM: Kalau begitu periksa “Kitab Raja-Raja yang kedua,” pasal 6
ayat 17 dan 30.
AW: Ya di pasal itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa
dapat menyembuhkan orang buta, sehingga dapat melihat.
BM: Kalau begitu, Elisa pun harus diangap tuhan juga, karena
menyamai Yesus dan menyamai sifat Tuhan.
AW: Sekali lagi Yesus dapat menyembuhkan penyakit lepra
(penyakit kusta).
BM: Silahkan periksa kitab Raja-Raja yang kedua pasal 5 ayat
10 dan 11.
AW: Baik. Di pasal dan ayat itu menyebutkan yang maksudnya
bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang sakit kusta bernama Naaman.
BM: Jadi Elisa pun dapat menyembuhkan orang buta dan penyakit
kusta malah dapat menghidupkan orang mati. Mengapa tidak diangkat juga menjadi
Tuhan?
AW: Akan tetapi pasal kejadian Yesus tanpa pencampuran
laki-laki dengan istrinya. Inilah kelebihan rohnya Yesus daripada rohnya Elisa.
BM: Asal kejadian Nabi Adam tanpa bapak dan ibu. Mengapa Adam
tidak dianggap Tuhan. Juga Hawa asal kejadiannya tanpa ibu, iapun bisa dianggap
juga Tuhan Wanita.
AW: Tetapi Adam dan Hawa kedua-duanya berdosa.
BM: Kalau begitu Yesuspun berdosa, karena Yesus keturunan
Maria, sedang Maria keturunan Adam dan Hawa. Yesus sendiri pernah dibawa oleh
Iblis ke puncak gunung. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis.
AW: Dimana cerita itu disebutkan?
BM: Di Bibel. Silahkan saudara periksa”Lukas” pasal 4 ayat 5.
AW: Baik. Disitu menyebutkan: “Maka Iblis pun membawa dia ke
puncak gunung.”
BM: Nah, suatu kejadian aneh, Tuhan dibawa iblis yang berarti
ia tunduk kepada kemauan iblis.
AW: Walaupun demikian Yesus tetap suci daripada dosa.
BM: Para Nabi lainnya pun suci dari pada dosa. Akan tetapi
mereka tidak menganggap dirinya selaku Tuhan, malah Yesus sendiripun tidak juga
mengaku Tuhan, sedangkan pengikut-pengikutnya mempertuhankan dia.
AW: Tidak demikian, Nabi-nabi berbuat dosa tetapi Yesus
tidak.
BM: Nabi-nabi yang berbuat dosa atau kesalahan itu telah
bertobat, lalu diberi ampun oleh Tuhan, sebagaimana juga Yesus pernah minta
ampun dan diberi ampun oleh Tuhan. Mereka para Nabi diberi ampun, artinya
dosanya telah habis karenanya, lalu mereka disebut bersih dari dosa dan
kesalahan-kesalahan.
AW: Dimanakah menyebutkan bahwa Yesus merasa ia minta ampun
kepada Tuhan?
BM: Silahkan saudara periksa sendiri di “Matius” pasal 6 ayat
12.
AW: Baik, di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Dan
ampunilah kiranya kami segala kesalahan kami, seperti kami ini sudah mengampuni
orang yang berkesalahan kepada kami.”
BM: Jelas Yesus sendiri meminta ampun akan kesalahannya. Jadi
dia pernah berbuat kesalahan.
AW: Tetapi di ayat ini juga ada menyebutkan bahwa Yesus suka
memberikan ampun semua kesalahan orang kepadanya.
BM: Kalau hanya begitu, kitapun bisa. Kitapun bersedia
memberikan ampun kepada orang-orang yang berbuat kesalahan kepada kita.
AW: Tetapi tidak ada manusia selain Adam yang dilahirkan
kedunia ini tanpa Bapak, melainkan Yesus saja. Jadi masih dapat dibenarkan
kalau Yesus disebut “Putera Tuhan” atau “Tuhan Anak.”
BM: Kalau misalnya ada seorang manusia yang dilahirkan tanpa
Bapak dan Ibu, maka orang itu pasti akan diakui oleh saudara bahwa ia lebih
berhak menduduki jabatan Tuhan daripada Yesus dilahirkan tanpa Bapak saja.
AW: Tetapi dalam sejarah manusia belum pernah ada, dan
mustahil adanya.
BM: Kalau kiranya ada, maka yang manakah diantara keduanya
yang lebih tinggi derajat Ketuhanannya antara Yesus yang dilahirkan hanya tanpa
bapak saja dengan manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu.
AW: Menurut akal tentunya manusia yang dilahirkan tanpa Bapak
dan Ibu itu lebih tinggi derajat ketuhanannya. Oleh karena ia dilahirkan lebih
ajaib keadaannya dari pada kelahiran Yesus.
BM: Benarkah demikian pendapat Saudara?
AW: Ya, saya akui, manusia yang demikian lebih ajaib dari
pada Yesus; akan tetapi saya minta supaya Bapak tunjukkan di Kitab; dan Bapak
harus mengambil dari Kitab yang terkenal, bukan dari buku-buku dongengan atau
ceritera-ceritera khayalan saja.
BM: Supaya lekas beres urusan ini, silahkan saudara periksa
di Kitab Bibel atau Injil, Kitab Suci saudara sendiri.
AW: Di Bab dan pasal berapakah ada menyebutkan?
BM: Silahkan saudara periksa di “Ibrani” pasal 7 ayat 1, 2
dan 3.
AW: Baik, di pasal dan ayat ini menyebutkan seperti berikut:
“Adapun Melkisedek itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah taala, yang sudah
berjumpa dengan Ibrahim tatkala Ibrahim kembali daripada menewaskan raja-raja,
lalu diberkatinya Ibrahim.”
“Kepadanya juga Ibrahim
sudah memberi bahagian sepuluh Esa. Makna Melkisedek itu kalau diterjemahkan,
pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem, yaitu raja
damai.” Yang tiada berbapak dan tiada beribu dan tiada bersilsilah, dan tiada
berawal.”
BM: Cukup, saudara telah membaca di kitab suci saudara
sendiri, bahwa Melkisedek seorang raja di Salem tanpa Bapak dan Ibu, malah
tiada silsilahnya. Sesuai dengan pendapat saudara, apakah cerita yang
disebutkan dalam kitab suci saudara ini berupa dongengan atau cerita-cerita
khayalan. Kalau dikatakan dongeng atau cerita khayalan, maka apakah saudara
akan terima kalau ada yang mengatakan bahwa kitab suci saudara ada mengandung
cerita-cerita khayalan atau dongengan yang dibuat-buat. Dan kalau saudara masih
mempertahankan kesucian kitab saudara itu mengapakah saudara tidak mengangkat
Melkisedek menjabat Tuhan juga, malah jabatan ketuhanannya tentunya lebih
tinggi daripada Yesus. Dan berpegang dengan pendirian saudara sendiri bahwa
kelahiran Melkisedek itu lebih ajaib dari Yesus, oleh karena Yesus dilahirkan
tanpa Bapak sedangkan Melkisedek dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu. Selain itu
Melkisedek masih mempunyai kelebihan lagi daripada Yesus, oleh karena Yesus
dilahirkan dengan bersilsilah, yaitu dari Maria, sedangkan menurut Bibel
sendiri Melkisedek dilahirkan tanpa silsilah sama sekali. Apakah saudara masih
akan mempertahankan ketuhanan Yesus?
AW: Saya lantas tidak mengerti dan menjadi bingung!!
BM: Tidak mengerti itu tidak apa-apa, dan bingung sebenarnya
tidak apa-apa, karena kalau sudah mengerti rasa bingung akan lenyap dengan
sendirinya.
AW: Ya, saya membenarkan keterangan Bapak. Tetapi dalam kitab
Injil Johanes pasal 1 ayat 1 dan 2 menyebutkan: “Maka pada mulanya ada itu
Kalam maka Kalam itu, serta dengan Allah, dan Kalam itu Allah, dan kalau itu
Allah. Ia itu pada mulanya serta dengan Allah.” Kata “Ia” di ayat ini maksudnya
ialah “Yesus.” Jadi Yesus beserta dengan Allah.
BM: Dalam susunan ayat tersebut di atas ada kata penghubung
ialah: “Serta” atau beserta. Kalau ada orang berkata “Si Salim dengan si Amin”
maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa si Salim tetap si
Salim bukan si Amin jadi berdasarkan ayat Bibel yang Saudara baca dengan
susunan “Ia” (Yesus) beserta Allah, langsung dapat dimengerti bahwa Yesus bukan
Allah, dan Allah bukan Yesus. Jelaslah bahwa Yesus tidak sama dengan Allah:
dengan kata lain kata Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga disebutkan bahwa
Kalam itu Allah. Padahal Kalam itu bukan Allah dan Allah bukan Kalam. Jadi
Allah dan Kalam-pun lain.
AW: Bagaimana kalau Yesus disebut saja Anak Tuhan.
BM: Saya sudah jelaskan tentang itu pada saudara dalam
pembicaraan kita yang lalu. Dan saudara telah mengakui kebenaran keterangan
saya. Sekarang saya tambah, Kalau Tuhan itu beranak, baik anaknya berupa
manusia seperti Yesus atau lainnya, maka ke Esa-an Tuhan sudah ternoda
karenanya. Sedang kita-pun tidak mungkin menodai ke Esa-an Tuhan.
AW: Tetapi dalam kitab: “Wahyu,” pasal 22 ayat 13
menyebutkan: “Maka Aku inilah Alif dan Ya, yang terdahulu dan yang kemudian.
Yang Awal dan Yang Akhir.”
BM: Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus sendiri,
melainkan firman Allah kepada Yesus. Bukti kebenaran perkataan saya ini
silahkan saudara periksa di Kitab “Wahyu” tersebut pasal 21 ayat 6.
AW: Baik, pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka firmannya
kepadaku: “Sudahlah genap; Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang awal dan yang
Akhir.”
BM: Jelas di ayat itu menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku,”
Siapakah yang berfirman kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini?
AW: Tentu Allah yang berfirman.
BM: Jadi yang berfirman Aku inilah Alif dan Ya, yang Awal dan
Yang Akhir, bukan perkataan Yesus sendiri, tetapi firman Allah kepada Yesus.
AW: Di Johanes pasal 8 ayat 58 Yesus berkata: “Sebelumnya
Ibrahim aku sudah ada.” Jadi bisa dianggap Yesus itu permulaan.
BM: Kalau Yesus dikatakan “Permulaan.” maka diapun tidak
benar. Karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria
dan sesudah itu Yesus mati. Walaupun ia dikatakan hidup lagi. Dan orang sudah
mati itu tidak bisa dikatakan: “seorang yang terkemudian,” dan kalau Yesus itu
hidup lagi, tidak bisa dikatakan: “Permulaan,” bukan pula “yang terkemudian,”
bukan yang “awal,” maupun: “yang akhir.”
AW: Saya lantas makin tidak mengerti, malah tambah membingungkan
saya karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maria dan
sesudah itu Yesus mati. Yang pada mulanya tidak ada, tidak bisa disebut:
“permulaan.” Kalau Yesus diperanakkan, mustahil bisa disebut “permulaan” dan
kalau Yesus pernah mati, mustahil bisa disebut “yang terkemudian.”
BM: Supaya lebih jelas kepada saudara maka saya hadapkan
pertanyaan: Andaikata Yesus itu disebut “permulaan,” maka apa dengan dasar
inikah saudara mengakui Yesus itu Tuhan.
AW: Ya, betul begitu.
BM: Kalau demikian, bagaimanakah anggapan saudara, kalau
sekiranya dalam kitab suci saudara ada menyebutkan bahwa ada seseorang manusia
Yesus, yang tidak ada permulaannya dan tidak ada kesudahannya. Apakah manusia
itu akan diakui Tuhan juga oleh saudara.
AW: Di pasal manakah menyebutkan demikian?
BM: Sebelum saya tunjukkan, apakah saudara masih tetap
berpendirian akan mengakui Tuhan kepada seorang yang tidak ada permulaan dan
kesudahannya, sebagaimana saudara bertuhan kepada Yesus.
AW: Kalau betul ada, tentu saya bimbang atau
sekurang-kurangnya meragukan saya atas kebenaran Yesus selaku Tuhan.
BM: Mestinya saudara mengakui Tuhan dua-duanya, dengan lain
kata disamping Yesus ada lagi Tuhan Tambahan.
AW: Ya, bisa juga begitu. Akan tetapi tentu saja keyakinan
saya lantas tambah tidak karuan. Di pasal manakah ada menyebutkan ada seorang
manusia yang tidak ada permulaan dan kesudahannya.
BM: Saya telah katakan dikitab suci saudara sendiri. Silahkan
buka Ibrani pasal 7 ayat 2 dan 3.
AW: Baik, seperti tadi sudah saya bacakan sampai baris
pertama ayat ketiga dari pasal tersebut sebagai berikut: “Melkisedek yang tiada
berbapa dan tiada beribu dan tiada bersilsilah dan tiada berawal dan
berkesudahan hidupnya, melainkan ia diserupakan Anak Allah. maka kekallah ia
selama-salamanya.”
BM: Bagaimana perasaan saudara dengan susunan ayat ini.
Berdasarkan ayat ini bukan Yesus saja yang menjadi permulaan tetapi juga
Melkisedek.
AW: Keyakinan saya memang jadi bimbang terhadap Ketuhanan
Yesus.
BM: Bimbang atau tidaknya terserah saudara, yang jelas tidak
ada niat sama-sekali untuk mengajak saudara meninggalkan Agama Kristen. Yang
penting adalah diskusi dan penelitian semata-mata. Meneliti dan menganalisa
terhadap sesuatu adalah hak semua orang, asalkan penelitian itu benar-benar
tidak mengganggu ketentraman umum.
AW: Terimakasih, dan saya masih akan bertanya lagi pada
Bapak; maklumlah saya ini sedang mencari kepuasan yang dapat menimbulkan
keyakinan saya dalam memeluk agama.
BM: Silahkan saudara bertanya, keyakinan itu timbul setelah
menyelidiki dan meneliti dengan kepuasan. Di dalam Agama Islam tidak ada
paksaan. Yang penting menyampaikan (da’wah), tidak lebih dari itu. Teruskanlah
pertanyaan saudara.
AW: Setelah kita bersoal jawab tentang Ketuhanan Yesus
timbullah keraguan dalam hati saya, namun apakah bapak masih bersedia
menunjukkan ayat-ayat Bibel yang menyatakan bahwa Yesus itu bukan Anak Tuhan.
BM: Walau telah saya tunjukkan ayat-ayat Bibel sendiri,
tentang pengakuan Yesus sendiri bahwa Tuhan itu Tunggal, namun demi pengharapan
saudara akan saya penuhi juga. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya kita
lanjutkan besok malam saja oleh karena waktu sudah malam (Jam 12.25).
AW: Ya, terima kasih, besok malam saja kita lanjutkan.
Malam Ketiga
‘MASALAH KETUHANAN YESUS’
BM: Sebagaimana kita telah
rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?
AW: Memang demikian,
karena kedatangan kami kemari khususnya untuk melanjutkan pertemuan kita
kemarin malam.
BM: Kalau tidak khilaf,
pembicaraan kita masih berkisar dalam soal ketuhanan Yesus dalam Bibel.
AW: Betul begitu. Kemarin
malam saya mengharapkan agar bapak menunjukkan ayat-ayat dalam Kitab Injil;
apakah Yesus itu Tuhan atau bukan.
BM: Kemarin malam, telah
saya tunjukkan. Agar berurutan sebaiknya kita ulangi lagi ayat-ayat Injil
tersebut, lalu akan saya tunjukkan lagi ayat-ayatnya yang lain; setujukah
saudara pendapat saya ini.
AW: Memang sebaiknya
begitu, agar berurutan dan bertambah jelas baiklah diulangi lagi.
BM: Silahkan Buka Matius
pasal 1 ayat 16.
AW: Baik, dalam pasal dan
ayat tersebut menyebutkan: “Dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maria
ialah yang melahirkan Yesus, yang disebut Kristus.”
BM: Di sini jelas, ayat
ini menyebutkan sendiri, bahwa Yesus diperanakkan oleh Maria. Jadi Yesus adalah
anak manusia, bukan anak Tuhan, sebagaimana telah saya terangkan dalam
pertemuan pertama.
AW: Ya, pada pertemuan
pertama bapak telah terangkan dan saya telah mengerti. Menurut pendapat bapak,
apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan kata: “Yesus dan Kristus.”
BM: Apakah saudara belum
mengetahui arti daripada dua buah kata tersebut?
AW: Saya mengerti. Tetapi
hanya untuk mencocokkan saja dengan penafsiran bapak.
BM: Baik, Yesus adalah
bahasa Yunani, yang berarti: “Melepaskan,” melepaskan manusia daripada dosa.
AW: Darimanakah adanya
keterangan bahwa Yesus itu berarti melepaskan dosa.
BM: Sebetulnya susunan
pertanyaan itu timbul dari saya. Tetapi saya mengerti mungkin saudara akan
menguji saya tentang Injil, walaupun begitu saya penuhi juga pengharapan
saudara. silahkan periksa di Matius pasal 1 ayat 21.
AW: Di pasal dan ayat ini
menyebutkan: “Maka ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah
engkau namakan Dia, Yesus, karena ialah yang akan melepaskan kaumnya dari pada
segala dosanya.”
BM: Itulah ayatnya, Arti
Kristus ialah Almasih, Sang Sabda, Adil, Ratu Salem dan ada beberapa lagi
artinya yang lain: Kata Almasih dalam Injil bahasa Inggris disebut: “Christ the
Lord,” didalam Injil bahasa Arab disebut: “Almasih Ar-Robb.” Kata “Lord dan
Robb” artinya tuanku, paduka tuan, dan ada juga dengan arti Tuhan, dan
lain-lain lagi. Akan tetapi karena Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan
melainkan utusanNya bagaimana tersebut dalam kitab Injil Johanes pasal 17 ayat
23, dan ia diperanakkan oleh manusia, sebagaimana tersebut dalam Injil Matius
pasal 1 ayat 16 dan 21, malah ia sendiri yang berkata dan mengakui bahwa Tuhan
itu Esa (Tunggal), sebagaimana disebutkan dalam Injil Markus, pasal 12 ayat 29
dan di ayat-ayat Injil yang lain-lain, maka berdasarkan pengakuan Yesus itu,
jelas Yesus itu bukan Tuhan dan bukan anak Tuhan.
AW: Benar yang bapak
maksudkan itu.
BM: Selanjutnya harap
periksa lagi di Markus pasal 12 ayat 29
AW: Di sini menyebutkan:
“Maka jawab Yesus kepadanya: ‘Hukum yang terutama inilah: dengarlah olehmu hai
Israil, adapun Allah Tuhan Kita, ialah Tuhan Yang Esa’.”
BM: Jelas bahwa Tuhan itu
Esa, artinya satu, Tunggal, jadi Yesus bukan Tuhan sebagaimana telah saya
terangkan.
AW: Ya, sudah bapak
terangkan kemarin malam.
BM: Periksa lagi Ulangan
pasal 4 ayat 35.
AW: Di sini menyebutkan:
“Maka kepadamulah Ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itu
Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
BM: Kitab Injil saudara
sendiri yang menyebutkan dan Yesus sendiri yang menyampaikan bahwa tidak ada
Tuhan melainkan Allah yang Esa. Jadi tegas sekali Yesus sendiri tidak mengaku
menjadi Tuhan. Inipun telah saya terangkan pada pertemuan kita kemarin malam.
AW: Ya, saya sudah
mengerti dan menerimanya.
BM: Periksa lagi di
Ulangan pasal 6 ayat 4.
AW: Di Ulangan pasal dan
ayat tersebut menyebutkan demikian: “Dengarlah olehmu hai Israil! Sesungguhnya
Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya.”
BM: Jelas di kitab Injil
sendiri menyebutkan Allah itu Esa, Tunggal. Yesus telah mengakui sendiri bahwa
dia bukan Tuhan. Bagaimana pendapat saudara. Kaum Kristen mengatakan Yesus itu
tuhan, sedangkan Yesus sendiri menolak disebut dirinya Tuhan.
AW: Ya, saya tidak
mengerti dan tambah bingung.
BM: Biarlah tidak apa-apa.
Marilah kita teruskan lagi. Periksa di Matius pasal 27 ayat 1.
AW: Baik, di sini
menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala iman dan orang tua-tua
kaumpun berundinglah atas hal Yesus, supaya dibunuh Dia.”
BM: Kalau betul Yesus itu
Tuhan, mustahil ada manusia merencanakan untuk membunuh Dia. Silahkan buka lagi
di Matius pasal 26 ayat 38.
AW: Di ayat ini ada
menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat
berdukacita, hampir mati rasaku; tinggallah kamu disini dan berjagalah
sertaku.’”
BM: Di ayat ini
menyebutkan bahwa Yesus amat sangat berduka cita pantaskah ada Tuhan berduka
cita. Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan Tuhan. Periksa lagi di Lukas pasal 2
ayat 11.
AW: Baik di ayat ini
menyebutkan: “Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu
Kristus Tuhan itu di dalam negeri Daud.”
BM: Wajarkah Tuhan dilahirkan
oleh manusia (Maria). Terus periksa di Johanes pasal 5 ayat 30.
AW: Baik, di sini
menyebutkan: “Maka aku tidak boleh berbuat satu apa dari mauku sendiri, Seperti
aku dengar begitu aku hukumkan, dan hukumku itu adil adanya, karena tidak aku
coba turut mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus aku.”
BM: Ayat itu Yesus sendiri
yang berkata bahwa ia tidak berkuasa berbuat sekehendaknya. Wajarkah Tuhan
tidak berkuasa berbuat sekehendaknya. Di ayat itupun Yesus mengaku sendiri
bahwa kehendaknya itu menurut kehendak Tuhan yang mengutus dia. Kalau Yesus
betul Tuhan, tentu tidak dapat diperintah oleh siapapun. Di ayat ini juga Yesus
mengaku, bahwa dia bukan Tuhan melainkan diutus oleh tuhan. Yang diutus itu
tentu bukan Tuhan.
AW: Kalau berdasarkan ayat
tersebut, memang benar keterangan Bapak.
BM: Kalau begitu jelas
bahwa:
- Yesus Datang kedunia ini bukan kemauannya sendiri tetapi utusan Tuhan atas kehendak Tuhan, sebagaimana juga Tuhan telah mengutus Nabi-nabi dan rasul-rasul yang lain.
- Yesus menghidupkan orang mati bukan maunya sendiri melainkan atas kehendak Tuhan, sebagaimana juga Ilyas dapat menghidupkan orang mati.
- Yesus dapat menyembuhkan penyekit kusta (lepra), bukan kehendaknya sendiri, melainkan atas kehendak Tuhan sebagaimana Ilyas dapat menyembuhkan penyakit lepra.
Keterangan saya ini berdasarkan pengakuan Yesus sendiri di ayat
tadi bahwa “Tidak aku coba mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah
mengutus Aku.”
Apakah Saudara memerlukan lagi ayat-ayat Bibel yang menerangkan
pengakuan Yesus sendiri bahwa Ia bukan Tuhan.
AW: Buat saya masih
memerlukan lagi, bukankah telah saya sampaikan kepada Bapak, bahwa saya ingin
mencari kepuasan dalam meneliti ajaran-ajaran agama, terutama dalam hal
Ketuhanan yang hakiki. Tetapi saya ingin bertanya, dan maaf sebelumnya,
bagaimanakah bapak bisa hafal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel, dan
keistimewaan bapak ini saya merasa kagum.
BM: Itu adalah petunjuk
Tuhan. Alhamdulillah saya memang mempelajari bermacam agama, akhirnya saya
bertambah yakin akan kebenaran Agama Islam. Kalau saudara merasa kagum kepada
saya, maka sayapun lebih merasa kagum lagi kepada saudara selaku pemeluk agama
Kristen berhasrat meneliti ajaran-ajaran agamanya. Juga dengan bantuan bapak
Markam ini. Baiklah kita lanjutkan, periksa lagi di Ulangan pasal 4 ayat 39.
AW: Baik, di pasal dan
ayat ini disebutkan sebagai berikut: “Maka sekarang ketahuilah olehmu dan
perhatikanlah ini baik-baik, bahwa Tuhan itulah Allah, baik di langit yang di
atas, baik di bumi yang di bawah, dan kecuali ia tiadalah lain lagi.”
BM: Tegas sekali, dikitab
Injil sendiri yang menyebutkan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Yesus
sendiri pula yang berkata bahwa tiada tuhan melainkan Allah. Jadi Yesuspun
bukan Tuhan. Ayat ini tentu tidak dapat diputar-putar lagi. Kalau ada penganut
agama Kristen mengakui Yesus itu Tuhan, maka pengakuannya bertentangan dengan
kitab sucinya sendiri, dan bertentangan pula dengan ajaran Yesus.
AW: Tetapi dalam Injil
Johanes pasal 10 ayat 38 ada menyebutkan: “Supaya kamu dapat tahu dan percaya,
yang Bapa ada di dalam aku, dan aku ada di dalam Bapa.” Ayat ini menunjukkan
bahwa Yesus di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam Yesus, maksudnya Tuhan dan Yesus
itu satu adanya atau singkatnya bahwa Yesuspun Tuhan. Juga dalam Johanes pasal 14
ayat 11 ada menyebutkan: “Percayalah yang aku ini dalam Bapa, dan Bapa dalam
aku.”
BM: Kalau saudara
berpegang dengan ayat tersebut, bahwa Yesus itu Tuhan, makasaudara harus
mengakui juga bahwa Tuhan itu Yesus dan Yesus itu Tuhan.
AW: Tidak demikian, tetapi
Yesus dan Tuhan itu satu.
BM: Kalau begitu, saya
ingin bertanya: “Di ayat itu ada dua rangkaian kata ialah “Yesus dan Tuhan.”
Siapakah yang lebih berkuasa di antara keduanya. Tuhan Bapakah atau Yesus.
AW: Tentu Tuhan Bapa.
BM: Kalau masih ada yang
lebih berkuasa dari Yesus, maka Yesus tentu bukan Tuhan, lebih jelas periksa di
Injil Johanes pasal 14 ayat 28.
AW: Baik, di ayat ini ada
menyebutkan: “Kamu sudah dengar aku bilang, yang aku pergi serta datang kembali
sama kamu. Coba kamu cinta sama aku, hati, sebab aku sudah bilang: ‘Yang aku
pergi sama Bapa, karena bapaku itu lebih dari aku.’”
BM: Di ayat ini Yesus
sendiri mengatakan: “Bapaku itu lebih dari aku,” ini menunjukkan bahwa, kalau
Yesus itu Tuhan, maka ialah tuhan yang tidak sempurna, oleh karena masih ada
yang melebihi tingkatnya. Yang tidak sempurna itu tentu bukan Tuhan. Harap
saudara periksa lagi di Injil Johanes pasal 12 ayat 45.
AW: Baik, di pasal dan
ayat tersebut menyebutkan sebagai berikut: “Dan barangsiapa yang melihat aku,
dia melihat sama Dia yang mengutus aku.”
BM: Pantaskah tuhan
diutus. Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa ada Tuhan yang diutus. Maksud ayat
tersebut siapa yang melihat Yesus, seolah-olah ia melihat Tuhan yang mengutus
Yesus. Jadi perkataan Yesus diatas menunjukkan bahwa ia bukan Tuhan, melainkan
utusan Tuhan.
AW: Saya belum meneliti
maksud ayat di Johanes pasal 10 ayat 38 dan pasal 14 ayat 11 yang menyebutkan
bahwa “Bapa dalam aku dan aku dalam Bapa,” seperti yang telah saya bacakan
tadi. Akan tetapi dalam ayat ini saya berpendapat ada dua macam penafsiran:
1. Yesus adalah Tuhan.
2. Berdasarkan Injil Johanes pasal 12 ayat 45 yang kita baca itu
menyebutkan, Yesus itu adalah utusan Tuhan. Utusan disini maksudnya selaku
Tuhan ia menyampaikan sendiri ajarannya kepada manusia.
BM: Ayat itu bukan berarti
mempunyai dua macam penafsiran, tetapi diantara dua ayat tersebut yakni di
Johanes pasal 10 ayat 38, dan pasal 14 ayat 11 dan Johanes pasal 12 ayat 45 itu
adalah bertentangan. Di satu ayat ditafsirkan Yesus itu Tuhan, dan di ayat lain
disebutkan bahwa Yesus itu utusan Tuhan. Jadi di dalam Injil sendiri terdapat
ayat-ayatnya antara yang satu dengan yang lain bertentangan. Kita perlu ingat
kembali pada pembicaraan kita semula kalau ada kitab suci yang isinya
berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, maka apakah kitab suci itu
masih akan dipertahankan kesuciannya?
AW: Betul, kita telah
bicarakan hal itu pada pertemuan yang lalu.
BM: Andaikan saudara masih
juga mempertahankan ketuhanan Yesus dengan berdasarkan ayat Bibel yang menyebutkan:
“Yesus dalam Bapa dan Bapa dalam Yesus” sebagaimana tersebut dalam Johanes
pasal 10 ayat 38 dan pasal 14 ayat 11 itu maka saudarapun akan dijawab oleh
kitab Injil saudara sendiri, bahwa penafsiran saudara itu tidak benar.
AW: Dimanakah menyebutkan
demikian?
BM: Silahkan saudara
periksa di Injil Johanes pasal 17 ayat 21.
AW: Di pasal dan ayat ini
menyebutkan: “Supaya semua jadi satu, ia Bapa! seperti Bapa dalam saya dan saya
dalam Bapa dan supaya dia orang jadi satu dalam kita, biar dunia percaya Bapa
sudah mengutus saya.”
BM: Jelas di ayat ini
kalau Yesus sendiri berkata bahwa Yesus dalam Bapa dan Bapa dalam Yesus dan
muridnya pun ada dalam Bapa. Kalau begitu harus saudara akui bahwa murid-murid
Yesuspun Tuhan juga.
AW: Kalau begitu bagaimana
arti yang sebenarnya ayat itu menurut Bapak.
BM: Kalimat, “Bapa dalam
saya,” dan muridnya jadi satu dengan kita (Allah dan Yesus) di ayat tersebut
maksudnya, supaya Yesus senantiasa tidak melupakan Allah (Bapa) demikian juga
muridnya tidak melupakan Yesus dan Allah (Bapa). Dan di akhir ayat tersebut
Yesus berkata “biar dunia percaya yang Bapa mengutus saya.” Rangkaian kata-kata
ini tegas sekali Yesus mengakui bahwa ia bukan anak Allah, melainkan utusannya,
dan teruskan saudara baca di Johanes pasal 17 ayat 23.
AW: Baik, ayat tersebut
menyebutkan: “Saya dalam dia orang, dan Bapa dalam saya, supaya dunia boleh
tahu yang Bapa sudah mengutus saya.”
BM: Apakah susunan ayat
tersebut belum jelas bahwa Yesus sendiri yang berkata dan mengaku bahwa ia
bukan Tuhan, melainkan utusan Tuhan. Apakah saudara masih belum puas tentang
ayat-ayat Injil yang menunjukkan bahwa Yesus bukan Tuhan, karena saya anggap
telah cukup banyak tunjukkan kepada saudara.
AW: Sebagaimana telah saya
sampaikan kepada bapak, saya ingin kepuasan. Sebetulnya keterangan-keterangan
bapak telah memuaskan saya, namun demikian kalau masih ada ayat-ayatnya lagi
harap bapak tunjukkan.
BM: Baik saya penuhi
pengharapan saudara silahkan saudara periksa di kitab Samuel yang kedua pasal 7
ayat 22.
AW: Pasal dan ayat tersebut
menyebutkan sebagai berikut: “Maka sebab itu besarlah Engkau, ya Tuhan Allah
karena tiada yang dapat disamakan dengan dikau dan tiada Allah melainkan Engkau
sekedar yang telah kami dengar dari telinga kami.”
BM: Di ayat ini jelas
bahwa Yesus sendiri menghadapkan kata-katanya kepada Allah, bahwa tiada yang
dapat disamakan dengan Allah. Jadi Yesus sendiri mengakui bahwa dirinya tidak
sama dengan Tuhan, dengan kata lain ia bukan Tuhan dan ditengah-tengah ayat itu
Yesus sendiri berkata: “Tiada Allah melainkan engkau.” Jadi Yesus termasuk yang
lain, yakni ia bukan Tuhan Allah. Rangkaian ayat tersebut, Yesus sendiri yang
berkata bahwa, “tiada Tuhan melainkan Allah” mengapa kaum kristen mengangkat
Yesus selaku Tuhan. Silahkan periksa lagi Injil Yahya pasal 17 ayat 8.
AW: Baik, sebutan ayat
tersebut adalah sebagai berikut: “Karena segala firman yang telah Engkau
firmankan kepadaku, itulah Aku sampaikan kepada mereka itu, dan mereka itu
sudah menerima dia, dan mengetahui dengan sesungguhnya bahwa Aku datang dari
Ada-Mu, dan lagi mereka itu percaya bahwa Engkau yang menyuruh aku.”
BM: Di ayat ini Yesus
sendiri berkata bahwa ia menerima firman dari Allah. Kalau Yesus Tuhan,
tentunya tidak membutuhkan firman dari siapapun juga. Di akhir ayat itu juga
Yesus sendiri berkata bahwa “Engkaulah yang menyuruh aku.” Jadi Yesus itu bukan
tuhan, melainkan pesuruh Tuhan, sebagaimana Nabi-nabi dan utusan-utusan Allah
yang lain-lain juga. Teruskan saudara periksa Injil Matius pasal 26 ayat 2.
AW: Baik, disini
menyebutkan: “Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada hari raya
Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.”
BM: Yang dimaksud dengan
anak manusia di ayat itu ialah Yesus sendiri. Jadi jelas Yesus mengakui bahwa
ia bukan anak Tuhan, melainkan anak manusia. Lanjutkan periksa Injil Matius
pasal 5 ayat 45.
AW: Baik, ayat ini
menyebutkan: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu yang disurga…”
BM: Cukup sampai di situ.
Di ayat ini saudara saksikan sendiri, bahwa Yesus sendiri yang berkata kepada
murid-muridnya, supaya kamu menjadi anak-anak bapamu yang di surga; yakni
apabila murid-muridnya taat atas perintah-perintah Tuhan, menurut Yesus mereka
akan jadi anak Tuhan juga. Berdasarkan ayat Bibel tersebut tentunya anak tuhan
akan menjadi banyak jumlahnya, bukan Yesus saja.
AW: Tetapi di Injil
Johanes pasal 1 ayat 34 menyebutkan: “Maka aku sudah melihat itu, serta
bersaksi yang dia inilah anak Allah.” Juga di Injil Matius pasal 3 ayat 17
menyebutkan: “Maka suatu suara dari langit mengatakan: ‘Inilah Anakku yang
kukasihi, kepadanya aku berkenan.’”
Di Injil Lukas pasal 1 ayat 32 juga menyebutkan: “Maka ia akan
menjadi besar, dan Ia akan dikatakan anak Allah yang Maha Tinggi, maka Allah,
Tuhan kita akan mengaruniakan kepadanya takhta Daud, nenek moyangnya itu.” Di
Ibrani pasal 4 ayat 14 menyebutkan: “Sedangkan ada kepada kita seorang Imam
Mahabesar yang sudah melintas segala langit, yaitu Yesus Anak Allah, maka
hendaklah kita memegang pengakuan itu.”
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Bibel yang menerangkan bahwa Yesus
Anak Allah. Kalau Bapak memerlukan akan saya tunjukkan ayat-ayatnya.
BM: Saya mengerti, bahwa
ayat-ayat Bibel yang menyebutkan Yesus Anak Allah sebagaimana tersebut di:
Matius : Pasal 3 ayat 17, pasal 4 ayat 3, pasal 14 ayat 33, pasal
26 ayat 63 dan Pasal 16 ayat 17.
Johanes : Pasal 3 ayat 16, pasal 1 ayat 34 dan 40, pasal 17 ayat
1, pasal 19 ayat 7, pasal 16 ayat 27 dan ayat 30, pasal 15 ayat 23 dan beberapa
ayat lainnya di Johanes.
Rum : Pasal 1 ayat 9, pasal 5 ayat 10, pasal 8 ayat 3, pasal 29
ayat 32.
Galitiah: Pasal 1 ayat 16, pasal 4 ayat 4 dan 6.
Lukas : Pasal 1 ayat 32 dan 35, pasal 3 ayat 22, pasal 4 ayat 3
dan 9, pasal 4 ayat 43 dan 41.
Ibrani : Pasal 1 ayat 2,5 dan 8, pasal 3 ayat 6, pasal 4 ayat 14,
pasal 5 ayat 5 dan 8.
Matius : pasal 2 ayat 15, pasal 3 ayat 17, pasal 4 ayat 3 dan ayat
6, pasal 14 ayat 33, pasal 26 ayat 63, pasal 16 ayat 17.
Korintus I: Pasal 1 ayat 9. Dan masih ada beberapa ayat lain di
kitab Injil yang menyebutkan Yesus itu Anak Allah tetapi maksudnya bukan anak
Allah yang sebenarnya, karena Yesus sendiri mengaku di kitab Injil bahwa ia
adalah utusan Allah, bukan Anak Allah. Dan ia sendiri berkata: “anak manusia”
bukan anak Tuhan. Jadi jumlah ayat-ayat di kitab Injil yang menyebutkan Yesus
itu anak Allah tidak menjamin kebenarannya bahwa ia anak Allah betul-betul,
sebagaimana kita sering mendengar ucapan-ucapan “Anak Kapal,” “Anak Sekolah,”
tidak berarti bahwa kapal dan sekolah itu beranak, melainkan mempunyai arti
bahwa orang itu selalu terikat oleh peraturan-peraturan kapal dan
pelajaran-pelajaran di sekolah. Periksa lagi Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Ayat tersebut demikian
bunyinya: “Suatu pun tidak aku dapat berbuat menurut kehendakku sendiri
melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana yang aku dengar, dan hukumku itu
adil adanya, karena bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak
Dia yang menyuruhkan aku.”
BM: Di sini jelas
sekiranya Yesus itu Tuhan, tentu dapat berbuat sekehendaknya sendiri. Tetapi di
Bibel sendiri menyebutkan bahwa perbuatan Yesus itu adalah kehendak Tuhan. Dan
sekiranya Yesus itu Tuhan, tentunya tidak ada yang mengutus. Mustahil Tuhan
menjadi utusan Tuhan, atau dengan lain kata “Utusan Tuhan itu adalah Tuhan,”
bisakah terjadi demikian.
AW: Sudah jelas dan terima
kasih.
BM: Silahkan periksa lagi
di Yahya pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, disini
menyebutkan: “Seorang pun tiada naik kesurga, kecuali ia yang sudah turun dari
surga, yaitu anak manusia.”
BM: Jelas di Bibel sendiri
menyebutkan bahwa Yesus sendiri adalah anak manusia bukan anak Tuhan.
AW: Betul berdasarkan ayat
tersebut Yesus adalah anak manusia.
BM: Periksa lagi di Matius
pasal 27 ayat 30.
AW: Baik, disini
menyebutkan: “Maka mereka itupun meludahi Dia, serta mengambil buluh itu memalu
kepalanya.”
BM: Kalau Yesus itu betul
Tuhan, bagaimana Tuhan bisa diludahi dan diperolok-olokkan. Mengapa ada Tuhan
yang begitu lemah. Sesuai dengan pengharapan saudara supaya puas dengan soal
ketuhanan Yesus menurut Bibeldan perkataan Yesus sendiri ada menyebutkan Ia
bukan Tuhan, sekali lagi periksa di Matius pasal 21 ayat 18 dan 19.
AW: Baik, di sini
menyebutkan: “Pada pagi-pagi harinya, apabila Ia kembali kenegeri itu, ia
merasa lapar. Serta dipandangnya sepohon ara di sisi jalan, pergilah ia kesitu
dan didapatinya suatu apapun tiada dipohon itu, melainkan daun sahaja. Lalu
berkatalah Ia kepadanya: ‘Janganlah jadi buah dari padamu lagi selama-lamanya.
Maka dengan seketika itu juga layulah pohon ara itu.’”
BM: Kalau Yesus itu Tuhan
tentu ia tidak akan mengutuk pohon itu supaya tidak berbuah melainkan ia akan
menciptakan buah pada pohon itu dengan kekuasaannya selaku Tuhan. Akan tetapi
pohon yang tidak berbuat kesalahan apa-apa kepada Yesus dan pohon yang tidak
tahu apa-apa itu malah dikutuk oleh Yesus. Wajarkah Tuhan mengutuk makhluk yang
tidak bersalah. Padahal kalau betul Yesus itu Tuhan tentu Ia berkuasa
menciptakan pohon itu supaya mengeluarkan buahnya seketika itu juga, tidak lalu
mengutuknya.
AW: Bapak hafal betul
tentang ayat-ayat di Kitab Injil, jadi sudah jelas berdasarkan ayat-ayat Injil
yang bapak sebutkan dan dikuatkan lagi dengan beberapa ayat lainnya, nyatalah
bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan.
BM: Persoalan Yesus anak
Tuhan itu telah kita bicarakan pada pertemuan pertama, dan sudah dibereskan
oleh Injil sendiri yang menyebutkan bahwa selain Yesus masih banyak lagi
beberapa manusia yang harus diakui Anak Tuhan, dan seharusnya mereka itu diakui
juga oleh golongan Kristen, menjabat anak tuhan, bukan Yesus saja, karena
berdasarkan Kitab Injil sendiri anak Tuhan itu banyak.
AW: Ya betul kita telah
bicarakan tentang itu.
BM: Supaya lebih Jelas,
baiklah saya ulangi, di Injil ada menyebutkan bahwa:
1. Daud anak Allah yang sulung (Mazmur, pasal 89 ayat 27)
2. Yakub (Israil) adalah anak Allah yang Sulung (Keluaran pasal 4
ayat 22 dan 23)
3. Afraim adalah anak Allah yang Sulung (Yeremia pasal 31 ayat 9)
Jadi Daud anak Allah yang sulung, Yakub anak Allah yang sulung,
dan Afraim juga anak Allah yang sulung. Ketiga-tiganya atau kesemuanya adalah
anak sulung. Yang manakah yang betul-betul sulung. Apakah ayat ini benar semuanya
atau salah semuanya. Karena itu saya jelaskan bahwa Anak Allah yang tersebut
dalam Bibel itu, tidak berarti anak Allah yang sebenarnya melainkan maksudnya
ialah kekasih Allah, atau mereka yang taat kepada perintah-perintah Tuhan.
AW: Saya sudah mengerti
terima kasih.
BM: Tetapi saudara mungkin
belum mengerti betul tentang arti “Anak dan Bapa” dalam bahasa Ibrani, atau
susunan bahasa yang terpakai dalam Bibel.
AW: Kalau begitu
bagaimanakah arti yang sebenarnya.
BM: Dalam bahasa Ibrani
kata “Bapa” itu dipakai buat Tuhan, sedangkan kata “anak” dipakai buat mereka
yang dihormati, seperti para Nabi dan para Rasul.
AW: Dasar apakah yang
dipergunakan oleh Bapak tentang keterangan itu.
BM: Saya sudah sebutkan
pada pertemuan yang pertama ialah tersebut dalam Injil Matius.
AW: Saya tidak ingat, di
pasal dan ayat berapa.
BM: Silahkan buka Matius,
pasal 5 ayat 9.
AW: Baik, di sini
disebutkan: “Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang karena mereka
itu akan disebut anak Allah.”
BM: Jelas siapa saja mendamaikan
manusia akan disebut akan menjabat “Anak Allah,” kalau begitu anak Allah itu
ratusan, ribuan malah mungkin jutaan orang, jadi bukan Yesus saja.
AW: Apakah tidak sebaiknya
kita lanjutkan besok malam saja, karena sudah larut malam.
BM: Terserah saudara,
tetapi baiklah besok malam saja kita lanjutkan.
Malam Keempat
‘Yesus Penebus Dosa’
BM: Betulkah Kepercayaan
Kristen bahwa datangnya Yesus adalah untuk menebus Dosa.
AW: Memang demikian.
BM: Dimanakah menyebutkan
AW: Dalam kitab Perbuatan
Rasul-rasul pasal 5 ayat 31
BM: Tolong bacakanlah.
AW: Baik, di sini ada
menyebutkan: “Ia inilah ditinggalkan oleh tangan kanan Allah menjadi Raja dan
Juru Selamat akan mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan keampunan
dosa.”
BM: Susunan kata ini
diucapkan oleh Petrus, bukan perkataan Yesus dan bukan wahyu dari Tuhan.
AW: Tetapi dalam Injil
Lukas pasal 2 ayat 10 dan 11 juga ada menyebutkan.
BM: Bacakanlah.
AW: Disini menyebutkan:
“Maka kata malaikat itu kepada mereka itu: ‘Jangan takut, karena sesungguhnya
Aku memberikan kepadamu suatu kesukaan besar yang akan jadi bagi segenap kaum.
Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan itu,
di dalam negeri Daud.’”
BM: Malaikat itu berkata
kepada siapa menurut ayat itu.
AW: Di Lukas pasal 2 ayat
8 dan 9 menyebutkan bahwa malaikat berkata kepada orang gembala yang tinggal di
padang, menjaga kawan binatangnya pada waktu malam.
BM: Tidak ada keterangan
bahwa yang berkata itu malaikat, dan tidak ada pernyataan dari orang gembala
sendiri mengenai peristiwa tersebut.
AW: Buat saya tidak perlu
memeriksa lebih mendalam lagi, karena di Injil menyebutkan Yesus adalah Juru
Selamat dan penebus dosa, itu sudah cukup.
BM: Baik, kalau saudara
tidak perlu memeriksa kembali ayat tersebut tidak apa, saya ikuti kemauan
saudara, namun saya ingin memberitahukan kepada saudara, bahwa dalam kitab
Kisah Rasul pasal 5 ayat 31 yang saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa Yesus,
hanya penebus dosa bagi Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia. Dan
saudara sendiri selaku penganut agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya
oleh Yesus, oleh karena saudara bukan turunan Bani Israil. Demikianlah kalau
saudara betul-betul berpegang pada Kitab Suci saudara kitab Injil saudara, yang
telah saudara baca sendiri.
AW: Diwaktu itu mungkin
hanya Bani Israil saja yang ada. Karena itulah Yesus berkata begitu, tetapi
pada hakekatnya untuk semua manusia.
BM: Kalau benar sanggahan
saudara, silahkan saudara buka di Matius pasal 1 ayat 21.
AW: Baik, di Matius pasal
1 ayat 21 menyebutkan: “Maka Ia akan beranakkan seorang anak laki-laki, dan
hendaklah engkau menamakan Ia Yesus, karena Ia-lah yang akan melepaskan kaumnya
dari pada segala dosanya.”
BM: Apakah belum Jelas,
Bibel sendiri yang menerangkan bahwa kedatangan Yesus hanya untuk melepaskan
dosa kaumnya saja bukan untuk semua manusia, sebagaimana kita telah bicarakan.
AW: Akan tetapi dapat juga
saya artikan: “Kaum” itu dengan “Bangsa,” ialah bangsa manusia. Jadi yang
dimaksudkan ialah untuk semua bangsa.
BM: Dengan dasar apa
saudara memberi arti begitu. Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan dengan
kata “Kaumnya.” Taruh kata saudara alihkan kata: “Kaum” dengan arti “Bangsa,”
maka yang demikianpun tidak dapat diartikan lain, kecuali hanya bangsanya Yesus
sendiri saja ialah bangsa Ibrani (Israil).
AW: Saya masih belum yakin
keterangan bapak selama di Bibel sendiri tidak menyebutkan dengan tegas, bahwa
kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja.
BM: Sekiranya di Bibel ada
menyebutkan, betulkah saudara akan menjadi yakin, bahwa kedatangan Yesus itu
bukan untuk semua bangsa.
AW: Ya, saya yakin, dan
demikianlah pendapat saya.
BM: Apakah saudara sudah
periksa di Bibel.
AW: Saya sudah periksa,
tetapi saya tidak hafal ayat-ayat Bibel yang ratusan malah mungkin ribuan ayat
itu.
BM: Kalau begitu, silahkan
periksa Injil Matius pasal 15 ayat 24.
AW: Baik, disini
menyebutkan: “Maka jawab Yesus, katanya ‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain
hanya kepada segala domba yang sesat diantara Bani Israil.’”
BM: Bukankah ayat ini
sudah jelas, dan tidak bisa diputar-putar lagi, Yesus sendiri mengakui bahwa ia
di Utus untuk Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia atau lain. Jadi kalau
penganut Yesus (umat Kristen) yang bukan golongan Bani Israil, tentunya tidak
termasuk umatnya Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus, karena Yesus
hanya menjadi Juru Selamat untuk Bani Israil saja, sedangkan saudara sendiripun
bukan dari golongan Bani Israil.
AW: Ya, kalau demikian
bagi saya agak repot. Entah bagaimana ini semestinya.
BM: Nah, kalau begitu
orang bisa berpendapat apakah faedahnya orang-orang Kristen menyebarkan
agamanya kepada manusia yang bukan Bani Israil. Sedangkan Yesus sendiri tidak
berbuat demikian. Apakah cara yang demikian tidak bisa dinamakan melangkahi
ajaran Yesus. Dan di Injil Matius yang saudara baca baru-baru ini ada
menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri “Tiadalah aku disuruhkan kepada
yang lain.” Jelas disini Yesus sendiri ia mengakui ia disuruh. Kalau Yesus itu
dikatakan Tuhan, maka pantaskah Tuhan itu jadi pesuruh. Jadi Yesus itu bukan
Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri, yang
menyebutkan dalam Kitab Injil saudara sendiri.
AW: Betul begitu, akan
tetapi maaf terlebih dulu apakah misalnya tidak mungkin ayat itu ada salah
cetak. Ini hanya kira-kiraan saya sendiri saja, tetapi sekali lagi saya minta
maaf.
BM: Tidak apa saudara
bersikap ragu-ragu, tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan baiklah kita
periksa kitab yang berbahasa Belanda ini yang kebetulan saudara bawa. Kitab ini
berjudul: “Bijbellezingen voor het Huisgezin.” Setujukah saudara.
AW: Baiklah, dan memang
demikian maksud kami sebelumnya, agar dapat kita periksa bersama-sama apakah
ayat Bibel yang berbahasa Indonesia, ada bersamaan maksudnya dengan yang
berbahasa Belanda.
BM: Silahkan saudara
periksa di bab: “De onderdanen van het koningrijk” halaman 834, ayat 12 apakah
sudah diketemukan ayatnya.
AW: Sudah ini dia.
BM: Nah mari kita periksa,
di ayat ini menyebutkan: “Toen de vrouw van Kanaan tot Christus kwan, Hem om
smehende haar dochter te genezen, wat zei Hijtoen?. Maar Hij antwoordende,
zeide: ‘Ik ben niet gezenden dan tot de verloren schapen van huis Israel.’”
Kalau kita salin kedalam bahasa Indonesia: “Ketika seorang perempuan dari
Kanaan datang di hadapan Kristus mengemis-mengemis padanya supaya mengobati
(menyembuhkan) anaknya, lalu apakah katanya?. Maka jawab Yesus, katanya:
‘Tiadalah aku disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang sesat dari
antara Bani Israil.’”
AW: Yah terus terang saja,
tampaknya pendirian saya sudah mulai condong kepada keterangan-keterangan
bapak.
BM: Alhamdulillah, saya
bersyukur, karena saudara sudah tambah bimbang dalam keyakinan saudara. Pada
pertemuan yang lalu, kita sudah membaca susunan ayat di Injil Matius pasal 26
ayat 1 dan 2.
AW: Betul saya ingat, saya
akan menjelaskan ayat tersebut.
BM: Baik, kalau saudara
masih merasa perlu memberikan penjelasan.
AW: Saya akan bacakan lagi
bunyi ayat tersebut.
BM: Baik, pada pertemuan
yang lalu telah saya terangkan. Mungkin saudara masih perlu membantah
(membantah keterangan saya tersebut). Silahkan saudara membacanya.
AW: Ayat tersebut berbunyi
sebagai berikut: “Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka bertuturlah pula ia
kepada murid-muridnya: ‘Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan ada
hari raya Paskah, dan Anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan.’” Jadi
kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini.
BM: Mengapa Yesus
berteriak minta tolong kepada Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang benar
kedatangan Yesus untuk disalib. Mestinya dia bersedia untuk disalib. Seruan
Yesus minta-minta tolong itu, sebagaimana saya telah sebutkan pada pertemuan
kita yang pertama, ialah di Matius pasal 27 ayat 46: yang bunyinya sebagai
berikut: “Maka sekira-kira pukul tiga itu, berserulah Yesus dengan suara yang
nyaring, katanya: ‘Eli, Eli, lama sabachtani.’” artinya ‘Ya Tuhanku, Ya
Tuhanku, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku.”
AW: Di ayat yang dibacakan
tadi menunjukkan badan ketuhanan Yesus sudah mengetahui lebih dahulu bahwa
badan kemanusiaannya akan di salib. Jadi yang berteriak itu bukan anak Tuhan,
melainkan badan kemanusiaannya Yesus, oleh karenanya itu ia menyerah untuk
disalib.
BM: Kalau begitu, diwaktu
Yesus di Salib ada dimanakah badan ketuhanannya Yesus itu. Kalau saudara
menjawab terpisah, maka hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya Yesus menjadi
satu dengan Tuhan. Tetapi kalau saudara menjawab tetap di situ, mengapa badan
ketuhanannya tidak dapat menolong Yesus, sehingga ia berteriak-teriak minta
tolong.
AW: Saya tidak mengerti
bagaimana soal ini sebenarnya.
BM: Bukan itu saja, malah
kita masih bisa meneruskan lagi di Matius pasal 26 ayat 38 yang menyebutkan:
“Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: ‘Hatiku amat sangat berduka cita hampir
mati rasaku; tinggallah kamu di sini dan berjagalah sertaku.’” Mengapa badan
Ketuhanan Yesus tidak berkuasa menghilangkan duka cita yang dirasakan olehnya.
Malah ia berkata kepada muridnya minta berjaga bersama dia. Pantaskah Tuhan
minta-minta kepada manusia.
AW: Kalau saya berpegang
pada ayat Injil tersebut, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani Israil saja, maka
apakah salahnya kalau kita mengajak manusia diluar Bani Israil supaya percaya
kepada Yesus.
BM: Kalau saudara
konsekwen berpegang pada ayat Injil itu mestinya tidak demikian pendapat
saudara. Kalau saudara telah menyimpang dari langkah Yesus oleh karena Yesus
sendiri mengatakan bahwa kedatangannya hanya untuk menebus dosa Bani Israil
semata-mata, bukan manusia lainnya.
AW: Taruh kata kedatangan
Yesus itu hanya untuk Bani Israil saja, dan andaikata ada orang dari luar Bani Israil
yang masuk Kristen, maka hal tersebut tidak berarti ayat Injil dan ajaran
Kristen itu ada kesalahan.
BM: Kalau begitu apakah
orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus itu sudah tertebus dosanya?
AW: Entahlah.
BM: Mengapa dalam kitab
Injil tersebut Yesus berkata bahwa kedatangannya untuk menebus dosanya Bani
Israil. Dengan demikian maka orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus mestinya
sudah tertebus dosanya. Terlebih lagi berdasarkan keterangan saudara mestinya
manusia yang menyalibkan Yesus itu tidak berdosa, malah menerima pahala besar,
kalau kedatangannya Yesus memang untuk disalib. Andaikata tidak ada orang yang
bersedia menyalibkan Yesus, tentu tidak terlepas dosanya Bani Israil dan
kedatangannya Yesus tidak dapat lagi disebut selaku penebus dosa. Mestinya
orang yang menyalibkan Yesus itu menerima pahala besar, tidak dilaknat, karena
mereka telah berjasa menyalibkan Yesus, karena perbuatan mereka itulah,
dosa-dosa Bani Israil tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian telah saya
sampaikan pada pertemuan kita yang lalu.
AW: Dalam hal ini saya
belum bisa menjawab sekarang, tetapi mungkin dilain waktu.
BM: Saya akan ulangi lagi
pertanyaan saya: Betulkah lantaran Yesus disalib, dosa bisa terhapus.
AW: Ya, betul begitu
menurut ayat Injil.
BM: Alat apakah digunakan
untuk menyalibkan Yesus.
AW: Kalau saya tidak
salah, ialah kayu yang disebut: “Kayu Salib”
BM: Kalau begitu Yesus
tergantung pada kayu pada waktu disalibkan.
AW: Ya, demikian,
sebagaimana kita sering melihat gambar Yesus disalib.
BM: Silahkan saudara
periksa di Galatia pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, disini
disebutkan: “Maka Kristus sudah menebus kita dari pada kutuk Torat itu dengan
menjadi satu kutuk karena kita, karena ada tersurat: ‘Bahwa terkutuklah
tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu.’”
BM: Menurut keterangan
saudara, Yesus rela untuk di salib, sedangkan menurut Galatia yang saudara baca
menyebutkan: Terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu, dan kalau
begitu apakah bisa menebus dosa manusia.
AW: Terima kasih, saya
sudah menyadari. Apakah tidak sebaiknya kita pindah kepada pasal-pasal yang
lain. Tetapi di lain malam, karena sekarang waktunya sudah terlalu larut malam.
BM: Baiklah terserah
saudara.
Malam
Kelima
‘Dosa Waris’
AW: Saya ingin menerima penjelasan dari bapak kyai, tentang kepercayaan kepada dosa waris yang disebabkan karena dosanya Adam dan Hawa.
BM: Baiklah, saya akan berikan jawabannya, tetapi sebelumnya
saya ajukan pertanyaan: Betulkah menurut kepercayaan Kristen
bahwa anak cucu Adam dan Hawa dari sejak dilahirkan sudah membawa dosa.
AW: Betul begitu, karena Adam dan Hawa berdosa, maka cucunya
menerima warisan dosa dari keduanya.
BM: Mengapa dosa Adam dan Hawa diwariskan kepada cucunya,
mestinya setiap manusia memikul dosanya dari perbuatannya sendiri, bukan
memikul dosanya orang lain.
AW: Tetapi menurut ajaran Kristen, setiap manusia pada sejak
waktu dilahirkan sudah memikul dosa, atau menerima warisan dosa dari dosanya
Adam dan Hawa. Oleh karena kedatangan Yesus itu adalah untuk menebus dosa-dosa
manusia dari warisan Adam dan Hawa tersebut.
BM: Kalau keterangan saudara benar pada ajaran Kristen,
silahkan saudara periksa kitab Nabi Yehezkiel pasal 18 ayat 20.
AW: Pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Orang berbuat dosa,
ia itu juga akan mati; maka anak tiada akan menanggung kesalahan bapaknya, dan
Bapa pun tiada akan menanggung kesalahan anak-anaknya; kebenaran orang yang
benar akan tergantung atasnya dan kejahatan orang fasik pun akan tergantung
atasnya.”
BM: Jelas Bibel sendiri menyebutkan bahwa setiap manusia akan
menanggung sendiri perbuatan baik maupun buruk, tidak boleh dibebankan atau
diwariskan kepada orang lain. Berdasarkan ayat tersebut, maka dosa Adam dan
Hawa harus ditanggung sendiri oleh keduanya. Tetapi mengapa dosa Adam dan Hawa
harus diwariskan atas anak cucunya, sehingga anak cucunya ikut serta menanggung
dosanya; padahal kitab Injil sendiri tegas menyebutkan bahwa setiap perbuatan
baik atau buruk yang dikerjakan oleh seseorang tidak dapat dibebankan atas
orang lain. Baiklah, saya teruskan pertanyaan saya pada saudara; sejak umur
berapa saudara dibaptis.
AW: Kata orang tua saya, sejak umur tiga bulan dibawa ke
gereja dan di sana dibaptis, oleh karena setiap manusia sejak dilahirkan sudah
membawa dosanya Adam dan Hawa yang disebut Dosa Waris, jadi sejak bayipun sudah
membawa dosa; oleh karenanya saya dibaptis waktu masih kecil.
BM: Apakah perbuatan demikian itu berdasarkan kitab Bibel
AW: Saya berkeyakinan demikian. Sebagaimana saya terangkan
bahwa bayi yang baru dilahirkan itu tidak suci, yakni sudah membawa dosanya
Adam dan Hawa.
BM: Kalau begitu, bayi yang belum dibaptis sekiranya ia
meninggal dunia (mati) tentu tidak akan masuk surga, sebab matinya ada membawa
dosanya Adam dan Hawa.
AW: Ya, mestinya demikian.
BM: Silahkan periksa Matius pasal 19 ayat 14.
AW: Di pasal dan ayat ini
menyebutkan: “Tetapi kata Yesus. ‘Biarkanlah kanak-kanak itu, jangan
dilarangkan mereka itu datang kepadaku, karena orang yang sama seperti inilah
yang empunya kerajaan surga.’”
BM: Nah, … perhatikanlah di ayat itu nyata-nyata Yesus
sendiri yang berkata ia mengakui kesuciannya kanak-kanak. Sedangkan mereka
belum mengakui kesalibannya Yesus dan juga belum dibaptiskan, tetapi mempunyai
kerajaan surga. Jadi berdasarkan pengakuan Yesus sendiri bahwa kanak-kanak itu
tidak membawa dosa waris dari Adam dan Hawa, oleh karena itulah Yesus berkata:
Mereka adalah suci dari dosa dan dengan sendirinya masuk surga. Saya ingin
bertanya lagi, Saudara waktu umur tiga bulan itu sudah membawa dosakah atau
belum.
AW: Kalau berdasarkan perkataan Yesus yang bapak katakan
tadi, tentu tidak.
BM: Jadi masih suci dari dosa walaupun tanpa dibaptiskan.
AW: Ya betul demikian.
BM: Kalau begitu, apakah gunanya saudara dibaptis pada waktu
umur tiga bulanitu?
AW: Waktu umur tiga bulan tentu saya tidak tahu apa-apa.
BM: Saya bertanya sekarang, bukan bertanya kepada saudara
diwaktu saudara berumur tiga bulan. Jadi apakah sekarang saudara sudah
menyadari tentang tidak adanya dosa waris.
AW: Seperti bapak terangkan tadi, berdasarkan pengakuan Yesus
sendiri tentu saya menyadarinya. Karena, Yesus sendiri yang mengatakan bahwa
anak-anak itu suci pada waktu dilahirkan.
BM: Nah, bagaimanakah sekarang, masih adakah pandangan
saudara terhadap dosa waris.
AW: Tentu saja harus menyadari berdasarkan perkataan Yesus
sendiri bahwa anak-anak yang baru dilahirkan itu suci tidak membawa dosa
sedikitpun.
BM: Tidak membawa dosa yang bagaimana?
AW: Ya, tidak membawa warisan dosa dari Adam dan Hawa.
BM: Kalau begitu saudara telah mengakui bahwa dosa waris itu
tidak ada?
AW: Ya, demikianlah harus saya akui berdasarkan Kitab Bibel
sendiri.
BM: Syukur saudara telah mengakui tidak adanya dosa waris,
kalau dosa waris itu turun-temurun, maka anak yang baru lahir yang belum tahu
apa-apa belum bisa memisahkan antara yang baik dan buruk, kalau bayi itu mati
ia membawa dosa dan masuk neraka, dan dimanakah letaknya keadilan Tuhan kalau
demikian.
AW: Ya, saya bisa terima keterangan Bapak.
BM: Nah, coba pikirkan dengan penuh kesadaran. Kalau ada
seorang tua dari beberapa orang anak, dan orang tua itu menjadi penipu, pencuri,
penghianat, berbuat aniaya, kejam, dan bermacam-macam dosa ia kerjakan, lalu ia
dihukum masuk penjara, apakah anak-anaknya juga diharuskan menanggung dosa
orang-orang tuanya, lalu anak-anak itu harus dihukum juga masuk penjara dengan
alasan dosa waris. Apakah pengadilan semacam itu akan dikatakan penegak
keadilan.
AW: Terima kasih, saya sudah menyadari, bahwa dosa itu tidak
bisa diwariskan atau dioperkan kepada orang lain.
BM: Syukur kalau begitu.
AW: Akan tetapi kalau dosa itu tidak bisa diwariskan mestinya
pahala juga tidak diwariskan. Bagaimanakah menurut ajaran agama Islam dalam hal
itu.
BM: Tidak bisa, malah tidak boleh; baik pahala maupun dosa
dioperkan pada orang lain.
AW: Jawaban “tidak boleh” itu apakah menurut pendapat bapak
sendirikah atau menurut ajaran Islam.
BM: Menurut ajaran Islam, pahala seseorang tidak boleh
diwariskan atau dioper kepada orang lain, begitu juga dosanya seseorang tidak
boleh diwariskan kepada orang lain. Setiap orang menanggung sendiri pahala dan
dosanya atas perbuatannya sendiri.
AW: Akan tetapi saya pernah membaca sebuah buku agama Islam
yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah berkorban seekor kambing buat
umatnya sekalian dan buat familinya. Ini berarti bahwa Nabi Muhammad mewariskan
atau mengoperkan pahala kepada orang lain, yakni kepada umatnya dan familinya.
Yang demikian itu bukan dosa waris, tetapi jelas pahala waris. Jadi di dalam
ajaran Islam ada juga pahala waris, maka saya kira bapak tidak perlu urus
tentang dosa-dosa waris dalam ajaran Kristen, kalau didalam ajaran Islam
terdapat ajaran pahala waris atau ajaran oper pahala.
BM: Kalau buku agama Islam yang saudara baca mau dijadikan
pokok tentang bolehnya warisan pahala, mestinya orang Islam boleh sembahyang
dan berpuasa, lalu diwariskan pahalanya buat sekalian umat Islam yang masih
hidup dan yang mati, tetapi tidak ada umat Islam yang berbuat demikian,
kalaupun ada, mungkin karena mereka tidak tahu, bahwa perbuatan yang demikian
itu, bertentangan dengan kitab sucinya Al-Qur’an. Jadi bukan kitab sucinya yang
salah, tetapi penganutnya sendiri, dan berbeda dengan kitab Bibel yang
mengandung banyak perselisihan antara satu ayat dengan yang lain. Di dalam
kitab suci Al-Qur’an, tidak terdapat ajaran pahala waris maupun dosa waris.
Akan tetapi dalam kitab Bibel (Kristen) antara satu ayat dengan ayat yang lain
bersimpang siur.
AW: Saya pernah membaca kitab terjemahan Al-Qur’an bahasa
Indonesia, kalau tidak keliru di dalam surat Ath Thurr ayat 21 ada menyebutkan
yang maksudnya bahwa anak-anak orang mukmin akan dimasukkan surga lantaran ibu
bapaknya. Jadi lantaran amalan ibu bapaknya anak-anak itu masuk surga. Kalau
yang demikian itu bukan pahala waris, lalu apakah namanya.
BM: Ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu bunyinya akan
saya bacakan sebagai berikut: Yang artinya: “Dan mereka yang beriman dan
diikuti oleh anak-anak cucunya (keturunannya) dengan keimanan pula. Kami
(Allah) kumpulkan anak cucu itu dengan mereka dan tiadalah kami kurangi pahala
amalan mereka sedikit juapun.” (Surat Ath Thurr ayat 21). Di ayat ini jelas
menyebutkan tidak adanya pahala waris, malah tanggungan pun mengenai pahala
warispun tidak ada. Yang masuk surga bersama Ibu bapaknya itu adalah anak-anak
yang belum baligh, karena yang sudah baligh tentu bertanggung jawab sendiri.
Oleh karenanya dalam ayat tersebut ada sambungannya. Yang artinya: “Setiap
orang bertanggung jawab (terikat) oleh amalannya sendiri-sendiri
(masing-masing).” Jadi setiap orang menanggung dosa dan pahala atas
perbuatannya masing-masing bukan warisan dari orang lain.
AW: Apakah di dalam Kitab Al-Qur’an ada yang lebih tegas
menyebutkan bahwa dosa dan pahala itu tidak dapat diwariskan atau dihadiahkan
pada orang lain.
BM: Ada, cukup banyak.
AW: Maafkan, kami ingin mengetahui di surat apa, dan di ayat
berapa, kami akan cocokkan dirumah, karena kami ada mempunyai kitab terjemahan
Al-Qur’an Bahasa Indonesia. Mungkin juga saudara-saudara yang hadir di sini
juga memerlukan juga.
HADIRIN: Perlu
diterangkan, karena memang penting diterangkan.
BM: Apakah tidak sebaiknya kita bersama-sama memeriksa di
sini saja, kalau saudara menyetujui saya suruh ambilkan Al-Qur’an lalu saya
tunjukkan surat dan ayatnya sekali. Bagaimana, apakah sekarang juga.
AW: Kalau Bapak hafal lebih baik sebutkan sekarang saja
ayat-ayatnya, akan kami catat: lalu akan kami cocokkan dirumah dengan Al-Qur’an
kami. Tapi kalau bapak tidak hafal kami minta besok malam untuk menghemat
waktu.
BM: Insya Allah saya hafal ayat-ayatnya.
AW: Baik, silahkan bapak sebutkan, kami akan catat.
BM: Saya akan sebutkan nama-nama surat dan nomor ayatnya,
lalu saya akan beri keterangan dan saudara catat nama Surat dan nomor ayatnya
yang sebut, lalu cocokkan lagi dirumah.
AW: baik, kami setuju.
BM: 1. Surat Al Baqarah, ayat 286: “Kepada dirinya apa yang
ia kerjakan, dan atas dirinya apa yang dia lakukan.” Maksudnya, baik dan
buruknya suatu perbuatan, harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya,
tidak boleh dibebankan atas orang lain.
2. Surat Al Baqarah,
ayat 123: “Dan Hendaknya kamu takut pada suatu hari (kiamat) tidak berkuasa
seorang membebaskan sesuatu atas orang lain.” Maksudnya, kelak dihari kiamat,
seseorang tidak berkuasa menebus dosanya orang lain, dan pahala tidak
diperbolehkan atas orang lain. Masing-masing harus menanggung sendiri
perbuatannya baik maupun jahat.
3. Surat Al Ankabut,
ayat 6: “Siapa yang giat berusaha maka usahanya itu untuk dirinya sendiri.”
4. Surat Yaasiin, ayat
54: “Maka pada hari kiamat, tidak seorangpun akan teraniaya, dan kamu tidak
akan dibalas, melainkan apa yang kamu sendiri telah kerjakan.”
5. Surat Al Isra’, ayat
15: “Dan seseorang tidak berkuasa memikul dosanya orang lain.”
6. Surat An Najm, ayat
38 dan 39: “Bahwa seseorang tidak berkuasa menanggung dosanya orang lain dan
sesungguhnya seorangpun tidak akan menerima pahala melainkan daripada
perbuatannya sendiri.”
7. Surat Luqman, ayat
33: “Hai Manusia hendaklah kamu takut kepada suatu hari (kiamat) seorang bapak
tidak berkuasa membebaskan anaknya (dari perbuatan anaknya), seorang anak tak
akan berkuasa membebaskan perbuatan bapaknya.”
Ayat-ayat yang saya
sebutkan di atas tadi jelas sekali menunjukkan bahwa seseorang tidak berkuasa
menebus dosanya atau mengambil oper pahala orang lain. Jadi dalam Islam, tidak
ada manusia yang berkuasa menebus dosa, atau seorang pejabat menebus dosa,
perbuatan baik atau jahat harus ditanggung sendiri oleh yang mengerjakannya.
Saya kira sudah cukup ayat-ayat yang saya sebutkan, tetapi kalau saudara masih
memerlukan, saya akan sebutkan lagi ayat-ayat yang lain.
AW: Sudah cukup, dan kami sudah mengerti, akan tetapi kami
pernah membaca sebuah kitab yang menyebutkan sebuah Hadist Nabi Muhammad, yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang menerangkan bahwa: “Mayit itu disiksa
lantaran ditangisi oleh familinya.” Berdasarkan Hadist tersebut berarti bahwa
siksaan atas mayit itu, disebabkan perbuatan orang lain, bukan dari perbuatan
dirinya sendiri. Mayit itu disiksa lantaran “perbuatan” tangisnya orang lain.
Kami telah tanyakan kepada beberapa orang yang kami pandang mengerti tentang
agama Islam, dan salah seorang guru agama Islam mengenal susunan Hadist
tersebut memberikan jawaban bahwa hadist itu benar (sahih), oleh karena yang
meriwayatkan adalah Imam Bukhari dan Imam Muslim.
BM: Hadist Nabi yang saudara bawakan itu susunannya demikian:
“Telah berkata Umar dan Ibnu Umar: Bersabda Nabi Muhammad SAW. sesungguhnya
mayit itu disiksa lantaran ditangisi oleh keluarganya (riwayat Bukhari dan
Muslim).” Akan tetapi hakekatnya Hadist itu Tidak Sahih, oleh karena berlawanan
dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Walaupun oleh karena saudara yang beragama Kristen,
mungkin belum mengetahui tentang Hadist-hadist Sahih dan Hadist-hadist Palsu,
maka agar saudara yang hadir dipertemuan ini dapat mengikuti juga, merasa perlu
saya terangkan bahwa menurut kitab-kitab Ushul Fiqih dan kitab Musthalahul
Hadist, yang disebut Hadist Nabi, bukan saja mesti sah riwayatnya malah mesti
beres susunannya dan arti dari pada hadist itu HARUS tidak berlawanan dengan
kitab Al-Qur’an. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim jelas diterangkan demikian.
Maksud Hadist tersebut, tatkala hadist yang menerangkan bahwa mayit itu disiksa
lantaran ditangisi oleh familinya, di dengar oleh Siti Aisyah (Istri Nabi),
maka Siti Aisyah menolak kebenaran Hadist tersebut. Aisyah berkata: “Cukuplah
buat kamu Ayat Al-Qur’an; Dan tidak berkuasa seseorang menanggung dosa orang
lain.
AW: Nah, kalau begitu Pak Kyai, sekarang kami telah mengerti
bahwa berdasarkan Kitab Bibel sendiri dan Kitab Al-Qur’an pada hakekatnya dosa
waris dan pahala waris itu tidak ada. Yakni setiap manusia menanggung sendiri
dosanya, dan pahalanya menurut perbuatannya masing-masing. Ini adil namanya.
BM: Ya, seharusnya begitu; sebagaimana tersebut dalam kitab
Bibel dan Al-Qur’an yang telah kita baca tadi. Akan tetapi supaya lebih jelas
dan tambah meyakinkan saudara, silahkan saudara periksa di Injil: “Surat
kiriman Rasul Paulus kepada orang Rum Pasal 2 ayat 5 dan 6.
AW: Baik, surat dan ayat ini menyebutkan sebagai berikut:
“Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan
kemurkaan keatas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil.”
“Yang akan membalas ke atas tiap-tiap orang menurut perbuatan masing-masing.”
BM: Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris.
AW: Tidak, malah sebaliknya setiap orang akan dibalas menurut
amalnya masing-masing.
BM: Periksa lagi Matius pasal 16 ayat 27.
AW: Ayat ini menerangkan/menyebutkan: “Karena anak manusia
akan datang dengan kemuliaan Bapanya beserta dengan segala malaikatnya; pada
masa itu Ia akan membalas kepada tiap orang menurut perbuatannya.”
BM: Apakah di ayat ini Bibel menerangkan Dosa Waris?
AW: Tidak ada, menurut ayat ini perbuatan dosa dan perbuatan
baik akan ditanggung sendiri, tidak boleh dibebankan atau diwariskan pada orang
lain.
BM: Jadi di Kitab Injil sendiri yang menyebutkan tidak adanya
dosa waris.
AW: Ya, dari mana asalnya ada sebutan dosa waris itu.
BM: Apakah saudara masih memerlukan penjelasan lebih lanjut?
AW: Sudah sangat jelas sekali.
BM: Kalau begitu baiklah kita lanjutkan. Di ayat saudara
bacakan tadi ada sebutan “Anak manusia … Bapanya.” Silahkan saudara bacakan
sekali lagi.
AW: Baik, awal ayat tersebut menyebutkan: “Karena Anak
Manusia akan datang dengan kemuliaan Bapanya…”
BM: Bagaimana menurut pengertian saudara yang dimaksudkan
dengan “Anak Manusia dan Bapanya.”
AW: Anak manusia itu tentulah Yesus, sedang Bapa ialah Tuhan.
BM: Periksa lagi: “Surat kiriman yang kedua kepada orang
Kristen ” pasal 5 ayat 10.
AW: Baik ayat ini menyebutkan: “Karena tak dapat tiada kita
sekalian akan jadi nyata dihadapan kursi pengadilan Kristus, supaya tiap-tiap
orang menerima balasan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh tubuh itu, baik
atau jahat.”
BM: Ayat Injil sendiri yang menyebutkan, bahwa setiap orang
harus bertanggung-jawab atas perbuatannya masing-masing, baik maupun jelek,
tidak boleh dibebankan atau diwariskan kepada orang lain.
AW: Berdasarkan ayat-ayat Bibel yang bapak tunjukkan bahwa
perbuatan baik atau jelek seseorang tidak dapat diwariskan kepada orang lain.
Oleh karenanya, kepercayaan saya kepada dosa waris itu mulai luntur.
BM: Kalau begitu lantas bagaimana dosanya Adam dan Hawa,
apakah dapat diwariskan kepada orang lain, tegasnya kepada anak cucunya.
AW: Berdasarkan ayat Bibel tersebut di atas tentu tidak. Jadi
dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, seharusnya ditanggung sendiri oleh
keduanya, tidak bisa diwariskan kepada anak cucunya.
BM: Dalam sejarah Agama Kristen kita kenal yang disebut:
“biechten,” ialah orang yang berbuat dosa, dan “de biechtafleggen,” ialah orang
yang meminta ampun atas kesalahannya, dan “Biecht-vader,” ialah orang-orang
yang diberi wewenang memberi ampun. Setiap orang merasa menyesal atas
kesalahannya dapat menerima ampunan dengan jalan membeli selembar surat yang
menyebutkan bahwa orang yang berdosa sudah diberi ampun atas dosanya. Surat
ampunan itu disebut “Aflaat-brieven” atau Indul gences, yang artinya kemurahan
Tuhan.
AW: Ya, saya menyadari soal itu, keterangan bapak memuaskan
saya.
BM: Bukan hanya demikian, akan tetapi Aflaat-brieven itu pada
zaman dulu dipropaganda (gepredicht) di Negara Jerman oleh seorang rabib
(nonnik) bernama “Tetzel” dalam tahun 1517 atas perintah Paus Leo, yang menjadi
Paus pada tahun 1513-1521. Sebahagian dari pada hasil penjualan Aflaat-brieven
itu digunakan untuk pendirian bangunan gereja “Saint Pieter Kerk” di kota Roma.
Terlalu panjang kalau saya uraikan sejarah pemerintahan gereja di Eropa pada
permulaan abad pertengahan.
AW: Terima kasih, kita lanjutkan saja soal yang lain,
sekarang sudah larut malam, lain kali kami akan datang lagi.
Malam Keenam
‘Kitab Al-Qur’an dan
Kitab Bibel’
BM: Pembicaraan kita yang berkenaan dengan dosa waris, saya rasa telah cukup.
AW: Sudah cukup jelas
uraian bapak pada pertemuan yang terdahulu. Dan saya telah mencocokkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang disebutkan bapak kemarin malam lalu dengan kitab
terjemahan Al-Qur’an bahasa Indonesia kepunyaan saya, semuanya cocok baik
tentang surat-suratnya maupun ayat-ayatnya. Semua yang Bapak sebutkan cocok dan
tepat serta kami pikir-pikir di rumah tentang ayat Bibel dan Al-Qur’an yang
bapak tunjukkan ayat-ayatnya ternyata dosa waris dan oper pahala dan oper dosa
itu tidak mungkin ada malah tidak masuk di akal.
BM: Syukur kalau saudara
telah mengakuinya, sekarang kita bicarakan soal-soal lainnya, dan saya serahkan
kepada saudara saja mengenai acaranya. Terserah saudara soal yang akan
diajukan.
AW: Baiklah kami mulai;
kami pernah membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang tampaknya pada kami ada juga
perselisihan antara satu ayat dengan ayat lainnya, sehinga menimbulkan
keragu-raguan; apakah mungkin Nabi Muhammad sendiri yang keliru menyampaikan
wahyu dari Allah. Kalau betul beliau seorang Nabi, tentu tidak mungkin beliau
salah menerimanya atau menyampaikannya, ataukah memang ayat-ayat Al-Qur’an nya
yang berselisihan.
BM: Baiklah saudara
terangkan saja ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara maksudkan itu.
AW: Kami telah membaca
ayat-ayat Al-Qur’an mengenai asal kejadian manusia dalam kitab terjemahan
Al-Qur’an bahasa Indonesia, dalam sebuah surat yang nampaknya antara satu ayat
dengan ayat yang lain ada berselisihan sehingga timbul dalam pikiran saya bukan
Bibel saja yang berselisih ayat-ayatnya, tetapi kitab Al-Qur’an demikian juga.
BM: Silahkan saudara
sebutkan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan ditanyakan, Insya Allah yang diragukan
oleh saudara itu akan terhapus.
AW: Baiklah, Saya mencatat
ayat-ayatnya, saya akan baca. Dikitab Al-Qur’an:
1. Surat Ar-Rahman ayat 14 menyebutkan bahwa Allah menjadikan
manusia berasal dari tanah yang dibakar.
2. Di surat Al Hijr ayat 28 menyebutkan: “Dan ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan
seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk
(berupa).”
3. Disurat As Sajadah ayat 7 menyebutkan: “dan Tuhan menciptakan
manusia dari Tanah.”
4. Di Surat Ash Shafaat ayat 11 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku (Allah)
menciptakan manusia berasal dari tanah liat.”
5. Disurat Ali Imran ayat 59 menyebutkan: “Sesungguhnya Aku
menciptakan manusia daripada tanah.”
Lima ayat yang saya sebutkan ini antara satu dengan ayat yang lain
terdapat perselisihan. Cobalah kita teliti. Di ayat ketiga menyebutkan dari
“tanah,”di ayat ke empat menyebutkan daripada “tanah liat.” Di ayat kelima
menyebutkan dari pada “tanah.” Bukankah ayat-ayat Al-Qur’an nyata-nyata
berselisihan antara yang satu dengan yang lain.
BM: Ya, nampaknya memang
demikian. Saya tidak akan mengecewakan saudara. Teruskan pertanyaan saudara.
AW: Kami ingin bertanya;
yang manakah yang benar tentang asal kejadian manusia itu. Apakah dari tanah
yang dibakar, apakah dari tanah kering dan lumpur, atau dari pada tanah biasa,
atau dari tanah liatkah?. Jadi menurut pendapat saya, ayat-ayat Al-Qur’an
terdapat perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang lain. Bukan ayat-ayat
Injil atau di Bibel saja terdapat perselisihan. Kiranya Bapak bisa menerangkan
dengan jelas dan tepat.
BM: Di kitab Al-Qur’an ada
menyebutkan bahwa asal kejadian manusia terdiri dari 7 (tujuh) macam kejadian.
Agar diketahui juga oleh saudara-saudara yang hadir disini, saya sebutkan
susunan ayat-ayatnya satu demi satu, sebagaimana yang saudara bacakan artinya
tadi.
1. Di Surat Ar Rahman ayat 14: “Dia (Allah) menjadikan manusia
seperti tembikar, (tanah yang dibakar).” Yang dimaksudkan dengan kata
“Shal-shal” di ayat ini ialah: Tanah kering atau setengah kering yakni “Zat
pembakar” atau Oksigen.
2. Di ayat itu disebutkan juga kata “Fakhkhar,” yang maksudnya
ialah “Zat Arang” atau Carbonium.
3. Di surat Al Hijr, ayat 28: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat; sesungguhnya Aku (Allah) hendak menciptakan seorang
manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam yang berbentuk (berupa).” .
Di ayat ini. Tersebut juga “shal-shal,” telah saya terangkan, sedangkan kata
“Hamaa-in” di ayat tersebut ialah “Zat Lemas” atau Nitrogenium.
4. Di surat As Sajadah ayat 7: “Dan (Allah) membuat manusia
berasal dari pada ‘tanah’.” Yang dimaksud dengan kata “thien” (tanah) di ayat
ini ialah “Atom zat air” atau Hidrogenium.
5. Di Surat Ash Shaffaat ayat 11: “Sesungguhnya Aku (Allah)
menjadikan manusia dari pada Tanah Liat.” Yang dimaksud dengan kata “lazib”
(tanah liat) di ayat ini ialah “Zat besi” atau ferrum.
6. Di Surat Ali Imran ayat 59: “Dia (Allah) menjadikan Adam dari
tanah kemudian Allah berfirman kepadanya ‘jadilah engkau,’ lalu berbentuk
manusia.” Yang dimaksud dengan kata “turab” (tanah) di ayat ini ialah: “Unsur-unsur
zat asli yang terdapat di dalam tanah” yang dinamai “zat-zat anorganis.”
7. Di surat Al Hijr ayat 28: “Maka setelah Aku (Allah) sempurnakan
(bentuknya), lalu Kutiupkan ruh-Ku kepadanya (Ruh daripada-Ku).”
Ketujuh ayat Al-Qur’an yang saya baca ini Allah telah menunjukkan
tentang proses kejadiannya Nabi Adam sehingga berbentuk manusia, lalu ditiupkan
ruh kepadanya sehingga manusia bernyawa (bertubuh jasmani dan rohani).
Sebagaimana disebutkan pada ayat yang keenam tentang kata “turab” (tanah) ialah
zat-zat asli yang terdapat didalam tanah yang dinamai zat anorganis. Zat
Anorganis ini baru terjadi setelah melalui proses persenyawaan antara
“Fakhkhar” yakni Carbonium (zat arang) dengan “shal-shal” yakni Oksigenium (zat
pembakar) dan “hamaa-in” yaitu Nitrogenium (zat lemas) dan Thien yakni
Hidrogenium (Zat air). Jelasnya adalah persenyawaan antara: Fachchar (Carbonium
= zat arang) dalam surat Ar Rahman ayat 14. Shalshal (Oksigenium = zat
pembakar) juga dalam surat Ar Rahman ayat 14. Hamaa-in (Nitrogenium = zat
lemas) dalam surat Al Hijr ayat 28. Thien (Hidrogenium = Zat Air) dalam surat
As Sajadah, ayat 7. Kemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium,
Kalium, Silcum dan Mangaan, yang disebut “laazib” (zat-zat anorganis) dalam
surat As Shafaat ayat 11. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah
zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut “Turab” (zat-zat anorganis) dalam
surat Ali Imran ayat 59. Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang
penting ialah “Zat Kalium,” yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh,
teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena
mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus.
Dengan berlangsungnya “Proteinisasi,” menjelmakan “proses penggantian” yang
disebut “Substitusi.” Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah
electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai
juga “sebab ujud” atau Causa Formatis. Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu
sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari
tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh
manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala,
tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan
exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani
manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan
ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan
ilmu Metafisika. Cukup jelas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang saudara sangka
berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain dalam hal kejadian manusia
(Adam), pada hakikatnya bukanlah berselisih, melainkan menunjukkan proses asal
kejadian tubuh jasmani Adam (visible), hingga pada badan halusnya (invisible),
sampai berujud manusia. Apakah belum jelas penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang
saya sampaikan pada saudara? Kalau ada waktu saya akan terangkan juga proses
asal kejadian tubuh rohani dari segi ilmu metafisika.
AW: Sangat jelas, malah
betul-betul ilmiah dan saya tidak mengira sekali bahwa ayat-ayat Al-Qur’an itu
mengandung ilmu pengetahuan yang tinggi. Mengenai kesanggupan bapak yang akan
menerangkan atau menguraikan proses asal kejadian tubuh rohani manusia itu,
betul-betul menarik. Tetapi saya mohon diberi waktu yang khusus.
BM: Baiklah sekarang kita
lanjutkan: Tentunya saudara pernah membaca biografi Nabi Muhammad. Beliau tidak
tahu tulis baca, tidak pernah belajar ilmu kepada siapapun, tidak pernah
berguru dan belum pernah sama sekali bergaul dengan orang pandai.
AW: Ya, saya pernah
membaca biografi Nabi Muhammad. Nah, kalau Nabi Muhammad seorang yang buta
huruf, tidak pernah belajar ilmu, maka dari siapakah atau dari manakah beliau mengetahui
tentang kejadian manusia secara ilmiah yang pada zaman ini dibenarkan oleh ilmu
pengetahuan. Nabi Muhammad SAW menerangkan tentang asal kejadian manusia dari
segi ilmu urai (Anatomi), Ilmu Kimia, Ilmu hayat (biologi), dan dari segi ilmu
alam sampai kepada rohaniahnya.
BM: Maka dari manakah
beliau belajar ilmu urai, kepada siapakah beliau belajar ilmu kimia, ilmu
hayat, ilmu alam dan soal-soal kerohanian, kalau bukan wahyu dari tuhan Allah
SWT. Dan tidak mungkin beliau menerima wahyu dari Allah sekiranya beliau bukan
seorang Nabi dan Rasul.
AW: Tetapi ada juga orang
yang tidak pernah belajar dan bersekolah, buta huruf, tetapi menjadi
orang-orang besar.
BM: Coba saudara sebutkan
nama-nama orang yang tidak pernah belajar (buta huruf), lalu mengaku jadi Nabi
dan menerima wahyu, dan berhasil membentuk suatu masyarakat dan negara yang
mengagumkan para ahli sejarah dan mempunyai pengikut beratus juta manusia
setiap masa dan zaman. Sebutkan nama orang yang saudara maksudkan itu.
AW: Ya, tidak ada.
BM: Memang tidak ada,
baiklah saya tanyakan, kalau saudara berpegang dengan keterangan saudara bahwa
Nabi Muhammad itu bukan Nabi dan Rasul, karena ada juga orang yang buta huruf
menjadi orang besar, maka kalau Yesus itu anak Tuhan, karena dapat menyembuhkan
penyakit kusta, menghidupkan orang mati, dilahirkan tanpa Ayah dan dipenuhi
juga dengan ruhul kudus, maka selain Yesus terdapat juga orang lahir tanpa
Bapak, dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati sebagaimana
tersebut dalam kitab Injil. Kisah Rasul pasal 6 ayat 5, pasal 5 ayat 31; Kitab
Raja-raja kedua pasal 13 ayat 21; Matius pasal 5 ayat 9; Kitab Raja-raja kedua
pasal 5 ayat 10 mengapa mereka itu tidak Tuhan juga, mengapa kepada Nabi
Muhammad saudara berkeberatan untuk mengakui beliau sebagai seorang Nabi dan
Rasul, sedangkan kepada Yesus saudara tidak Berkeberatan mengakuinya sebagai
Tuhan, padahal kewajiban-kewajiban yang dilakukan oleh Yesus, orang lain dapat
juga melakukannya.
AW: Baiklah kalau begitu.
BM: Baik yang bagaimana
yang saudara maksudkan.
AW: Keterangan-keterangan
bapak adalah baik dan memuaskan saya dan saya diberi waktu untuk menentukan
keputusan saya sampai besok malam atau malam pertemuan berikutnya.
BM: Baiklah saya serahkan
sepenuhnya atas pertimbangan saudara, Kami tidak berhak memaksa saudara, atau
mempengaruhi saudara. Kita hanya bermusyawarah dan bersoal jawab tentang
hasilnya terserah atas pertimbangan masing-masing.
AW: Baiklah kita lanjutkan
Besok Malam.
Malam Ketujuh
‘Mengakui Nabi Muhammad
SAW Utusan Allah’
BM: Sesudah saya terangkan
pada saudara tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang proses asal
kejadian manusia yang saudara tanyakan ayat-ayatnya kemarin malam itu, apakah
terdapat pertentangan? Apakah Nabi Muhammad ada kekeliruan menyampaikan
sebagaimana saudara sangka semula?
AW: Tidak ada, Bapak telah
menerangkan dari segi Ilmiah yang seharusnya secara jujur saya mempercayainya.
BM: Jadi Nabi Muhammad
Benar, tidak kelirukah penyampaiannya.
AW: Tidak keliru, malah
benar.
BM: Jadi saudara mengakui
bahwa Nabi Muhammad benar sebagai Rasul Allah.
AW: Saya mengakui, karena
beliau benar.
BM: Terima kasih,
Saudara-saudara yang hadir menyaksikan sendiri pengakuan saudara Antonius
sendiri atas ke Rasulannya Nabi Muhammad SAW, tanpa paksaan, melainkan dengan
kesadarannya sendiri setelah berlangsung dengan diskusi. Betulkah saudara
mengakui kerasulannya Nabi Muhammad dan mengakui Nabi Muhammad itu utusan
Allah.
AW: Betul, dengan saksi
Tuhan saya mengakuinya.
BM: Alhamdulillah, saudara
Antonius sudah 50% Islam. Saya katakan 50% Islam oleh karena hanya mengerti dan
mempercayai atas kerasulan Nabi Muhammad, jadi masih tinggal 50% lagi, oleh
karena Saudara belum meyakinkan atas ke Esaan Tuhan yang Maha Tunggal.
AW: Ya, betul begitu.
Keyakinan saya terhadap Trinitas (Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus)
masih belum lenyap sama sekali, walaupun Bapak telah menerangkan Kitab Bibel
yang tak dapat saya membantahnya. Akan tetapi dengan keterangan-keterangan
bapak saya mulai ragu-ragu terhadap Trinitas itu. Sungguhpun begitu, apakah bapak
masih bersedia lagi memberikan keterangan-keterangan (alasan-alasan) dalam
kitab Bibel yang menyebutkan bahwa Yesus itu bukan Tuhan.
BM: Sebetulnya pada
pertemuan kita yang pertama telah saya sebutkan berdasarkan kitab Injil sendiri
bahwa Yesus bukan Tuhan seperti telah Saudara Periksa sendiri dalam Matius
pasal 1 ayat 16; Markus pasal 13 ayat 32; Ulangan pasal 4 ayat 33; Ulangan
pasal 6 ayat 4; Markus pasal 12 ayat 29. Kesemuanya itu telah kita baca. Tetapi
demi untuk memenuhi pengharapan saudara agar lebih meyakinkan, saya lanjutkan
lagi. Silahkan baca Lukas pasal 4 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di sini
disebutkan: “Maka Yesuspun penuhlah dengan Rohul Kudus, balik dari Yarden, lalu
Roh itu membawa Dia ke padang belantara. Empat puluh hari lamanya dicobai Iblis.
Selama itu suatu apapun tiada dimakannya. Setelah genap hari itu ia merasa
lapar.”
BM: 1. Di ayat ini
menyebutkan bahwa Rohul Kudus membawa Yesus ke padang belantara. Kalau Yesus
itu tuhan, mustahil akan dapat dibawa oleh siapapun juga.
2. Di ayat ini menyebutkan bahwa Yesus dicobai oleh Iblis.
Pantaskah Tuhan dicobai oleh Iblis atau wajarkah Iblis berani mencobai Tuhan.
3. Di ayat inipun ada menyebutkan bahwa Yesus merasa lapar.
Wajarkah Tuhan itu lapar?
Kalau begitu sifat-sifat Yesus itu sama saja dengan sifat manusia
biasa; bisa dibawa, bisa dicobai iblis dan merasa lapar. Periksa lagi Matius
pasal 4 ayat 5.
AW: Baik, di situ
menyebutkan: “Kemudian dari pada itu Iblis itupun membawa Yesus ke negeri suci,
lalu ditaruhnya Dia di atas bumbung bait Allah.”
BM: Di ayat ini ada
menyebutkan bahwa Yesus dibawa oleh Iblis. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis.
Wajarkah Tuhan tunduk kepada kemauan Iblis sehingga dibawa kemana-mana, kesuatu
tempat. pantaskah Iblis begitu berani kepada Tuhan. Periksa lagi Matius pasal
27 ayat 1 dan 2.
AW: Baik, di situ
menyebutkan: “Setelah hari siang, maka segala kepala Imam dan orang tua-tua
kaum pun berundinglah atas hal Yesus supaya dibunuhkan Dia. Maka diikatnya Dia
serta dibawa pergi, lalu diserahkan kepada Pilatus, yaitu wakil pemerintah.”
BM: Di ayat ini
menyebutkan bahwa Yesus diikat; pantaskah Tuhan dapat diikat oleh manusia.
Kalau begitu dimanakah kekuatan Tuhan, sehingga dengan rela menyerahkan dirinya
kepada manusia? Periksa lagi Lukas pasal 2 ayat 21.
AW: Baik, di situ menyebutkan:
“Apabila genap delapan hari, Ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus.”
BM: Wajarkah Tuhan itu
disunat? Perlu apakah Tuhan itu disunat?
AW: Apakah ada keterangan
yang lebih tegas bahwa Yesus itu benar-benar anak manusia bukan anak Tuhan?.
BM: Silahkan buka Matius
pasal 26 ayat 2.
AW: Baik, disitu
menyebutkan bahwa: “Anak manusia akan diserahkan supayadisalibkan.”
BM: Yang dimaksud anak
manusia di situ Yesus. Jadi jelaslah bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan,
melainkan anak manusia. Silahkan periksa di Matius pasal 5 ayat 45.
AW: Baik, di situ
menyebutkan bahwa: Supaya kamu menjadi anak Bapamu: … dan seterusnya.
BM: Di sini menyebutkan
bahwa orang-orang yang taat kepada Tuhan, menurut Yesus akan menjadi anak
Tuhan. Jadi bukan saya yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan yang
Tunggal, melainkan anak-anak tuhan itu akan bertambah lagi jumlahnya,
berdasarkan kitab Bibel sendiri di Matius pasal 5 ayat 45 yang kita baca tadi
ialah: “Supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu…” Silahkan buka Matius pasal 7
ayat 21.
AW: Disitu menyebutkan:
“Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru aku Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam
kerajaan sorga, hanyalah orang-orang yang melakukan kehendak Bapaku yang di
sorga.”
BM: Di Bibel sendiri
jelas, bahwa Yesus menyangkal malah menolak kepada orang yang menyerukan:
“Tuhan, Tuhan” kepadanya, malah orang itu tidak dapat masuk ke dalam kerajaan
sorga. Apakah belum cukup bukti-bukti yang telah saya tunjukkan kepada saudara.
AW: Sudah Cukup. Terima
kasih; tetapi kalau masih ada, saya minta, demi kepuasan saya
BM: Minta yang mana lagi
yang saudara maksudkan.
AW: Yang menyebutkan di
kitab Injil bahwa Yesus anak manusia “bukan anak Tuhan.”
BM: Baik, akan saya penuhi
harapan saudara, silahkan saudara periksa di Matius pasal 16 ayat 27.
AW: Di pasal dan ayat ini
ada menyebutkan: “Karena anak manusia datang dengan kemuliaan Bapanya beserta
dengan malaikatnya; pada masa itu Ia akan membalas kepada tiap-tiap orang
menurut perbuatannya.”
BM: Di ayat ini ada
menyebutkan anak manusia, menurut tafsiran saudara, siapakah yang dimaksudkan
dengan anak manusia di ayat ini.
AW: Ya, tentu Yesus.
BM: Jadi di kitab Injil
sendiri ada menyebutkan bahwa Yesus itu adalah “anak manusia”; bukan anak
Tuhan, betulkah atau tidak.
AW: Ya, betul.
BM: Nah, kalau betul, mengapa
saudara menyebutkan Yesus anak Tuhan?
AW: Yesus itu Tuhan tapi
diserupakan dengan manusia.
BM: Kalau Yesus itu Tuhan,
mengapa diperanakkan oleh manusia (Maria). Yesus berupa manusia karena
diperanakkan oleh manusia (Maria). Terlalu janggal kalau manusia (Maria)
memperanakkan Tuhan. Bisakah ilmu pengetahuan lahir maupun ilmu pengetahuan
bathin (Kerohanian) menerima bahwa ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia?
Bisakah ilmu pengetahuan exact maupun yang abstract (Exact abstract Wetenschap)
menerimanya?
AW: Ya, memang mustahil
ada Tuhan yang diperanakkan oleh manusia.
BM: Bukan itu saja, malah
di kitab Injil saudara Yesus sendiri yang berkata bahwa ia bukan anak Tuhan,
melainkan Utusan Tuhan. Sebagaimana telah saya tunjukkan ayatnya pada pertemuan
kita yang lalu.
AW: Betul, telah bapak
sebutkan. Tetapi saya minta di ulangi lagi ayatnya, oleh karena saya agak lupa
susunannya.
BM: Silahkan periksa di
Yahya pasal 5 ayat 30.
AW: Di pasal dan ayat ini
menyebutkan: “Suatupun tiada aku dapat berbuat menurut kehendak sendiri,
melainkan aku menjalankan hukum sebagaimana aku dengar, dan hukuman itu adil
adanya; karenanya bukannya aku mencari kehendak diriku, melainkan kehendak Dia
yang menyuruhkan aku.”
BM: Ayat ini tegas sekali,
jelas menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengaku bahwa ia bukan Tuhan, melainkan
pesuruh Tuhan. Di ayat ini Yesus memberitahukan bahwa ia tidak berbuat menurut
kehendak Tuhan, maka wajarkah Tuhan tidak dapat berbuat sekehendaknya, dan
pantaskah ada Tuhan disuruh (diutus) menjadi utusan.
AW: Ya, saya mengaku;
Yesus sendiri mengaku bukan anak Tuhan.
BM: Demi kepuasan saudara
silahkan periksa lagi di Yahya pasal 3 ayat 13.
AW: Baik, di pasal dan
ayat ini menyebutkan: “Seorangpun tidak naik ke surga, kecuali Ia yang sudah
turun dari surga, yaitu anak manusia.”
BM: Berdasarkan ayat-ayat
Bibel yang saya tunjukkan dan saudara sendiri yang memeriksa dan membacanya
itu, maka sekali lagi saya bertanya: “Anak manusiakah Yesus itu atau anak
tuhan”?.
AW: Ya, berdasarkan
ayat-ayat tersebut saya berkata: “Yesus adalah anak manusia.”
BM: Di ayat yang saudara
baca tapi, Matius pasal 16 ayat 27, selain menyebutkan bahwa Yesus itu anak
manusia, juga menyebutkan bahwa akan membalas tiap-tiap orang menurut
perbuatannya. Betulkah begitu? silahkan periksa kembali.
AW: Ya, betul di ayat itu
ada menyebutkan.
BM: Menurut susunan ayat
tersebut, jelas: “Menolak adanya dosa waris,” berdasarkan ayat tersebut setiap
orang akan dibalas menurut perbuatannya masing-masing, jadi tidak ada penebus
dosa.
AW: Ya, tentang dosa waris
telah selesai kita bicarakan dan memang saya telah mengakui “tidak ada dosa
waris.”
BM: Betul, sudah kita
bicarakan, saya hanya menambah saja, untuk lebih menguatkan lagi keterangan
yang lalu.
AW: Sudah cukup jelas
keterangan Bapak.
BM: Jelas bagaimana?
AW: Berdasarkan ayat-ayat
Injil sendiri bahwa Yesus itu bukan anak Tuhan melainkan anak manusia. Dan
berdasarkan kitab Injil menyebutkan bahwa Yesus sendiri mengakui ia bukan anak
Tuhan, melainkan “pesuruh (Utusan) Tuhan”
BM: Syukurlah kalau
begitu. Jadi bagaimanakah kepercayaan saudara sekarang terhadap “Trinitas”
(Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Ruhul Kudus).
AW: Dengan sendirinya
kepercayaan saya terhadap Trinitas terhapus.
BM: Alhamdulillah, jadi
saudara mengakui bahwa Tuhan itu TUNGGAL.
AW: Sebelum itu saya ingin
menyampaikan pertanyaan.
BM: Baik, tetapi saudara
telah mengakui pada pertemuan yang lalu dan saudara-saudara yang hadir juga
telah ikut menyaksikan bahwa:
Pertama, Saudara telah membenarkan kitab Al-Qur’an. Beberapa ayat
Al-Qur’an yang saudara kemukakan yang pada mulanya oleh saudara dianggap
berselisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, setelah saya terangkan dan
saya tafsirkan, lalu saudara akui bahwa ayat-ayat tersebut pada hakikatnya
tidak ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain. Bukankah begitu
pengakuan saudara.
AW: Ya, betul begitu.
BM: Kedua, Pada pertemuan
yang lalu saudara telah mengakui kebenaran nabi Muhammad SAW selaku Utusan
Tuhan, betulkah demikian?
AW: Ya, betul saya telah
mengakuinya.
BM: Ketiga, Saudara telah
membenarkan bahwa ayat-ayat di kitab Injil (Bibel) terdapat beberapa ayat yang
berselisih antara yang satu dengan yang lain. Sebagaimana telah saya tunjukkan
ayat-ayatnya pada pertemuan yang lalu, benarkah pengakuan saudara itu.
AW: Ya, saya mengakui.
Akan tetapi saya masih memerlukan bukti-bukti yang lain tentang ayat-ayat Injil
yang ada perselisihannya antara yang satu dengan yang lain, demi kepuasan bagi
saya, walaupun sebenarnya keterangan bapak saya pandang cukup memuaskan. Tetapi
mungkin ada lagi ayat-ayat yang lain untuk meresapnya ke perasaan saya.
BM: Baiklah, saya penuhi
pengharapan saudara, silahkan saudara periksa kitab Yahya pasal 8 ayat 14.
AW: Baik, dipasal dan ayat
ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku sendiripun, benar
juga kesaksian itu.”
BM: Silahkan periksa lagi
Yahya 5 ayat 31.
AW: Baik, di pasal dan
ayat ini menyebutkan: “Jikalau Aku menyaksikan dari hal diriku, maka
kesaksianku tidak benar.”
BM: Nah, saudara
membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini. Di satu ayat menyebutkan:
“Kesaksianku benar,” sedangkan di ayat lain menyebutkan “Kesaksianku tidak
benar.” Dua ayat yang berselisih itu, tersebut di kitab suci. Dan yang
berbicara adalah seorang. Manakah yang benar antara dua ayat ini. Wajarkah di
dalam kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan
yang lain.
AW: Ya, saya akui memang
tidak cocok.
BM: Bukan saja tidak
cocok, tetapi adalah satu selisih yang menyolok.
AW: Tetapi mungkin salah
satu dari ayat tersebut salah cetak.
BM: Sekiranya salah cetak,
tentunya ada ralat; tetapi di kitab ini tidak disebutkan apa-apa.
AW: Bibel ini berbahasa
Indonesia, permisi sebentar, saya akan memeriksa Bibel yang berbahasa Inggris.
BM: Itu lebih baik,
sayakah yang akan memeriksa ataukah saudara?
AW: Oleh karena bapak
banyak hafal ayat-ayat Bibel maka saya serahkan agar bapak saja memeriksanya,
supaya lebih cepat.
BM: Baiklah; harap saudara
memperhatikan juga saudara-saudara yang hadir, kitab yang saya pegang ini
adalah Bibel berbahasa Inggris ialah “The Holy Bible,” “Containing the Old and
New Testaments (American Bible Society).” Saya serahkan kitab ini kepada
saudara Antonius dan saya akan menunjukkan pasal dan ayatnya untuk diteliti
bersama.
AW: Baik, saya terima
kitab Bibel yang berbahasa Inggris.
BM: Silahkan saudara
periksa di Yahya pasal 8 ayat 14 pada halaman 104.
AW: Baik, dihalaman 104
kitab Yahya pasal 8 ayat 14 disini ada menyebutkan: “THOUGH I BEAR RECORD OF MY
SELF, YET MY RECORD IS TRUE.”
BM: Kalau susunan ayat ini
kita salin kedalam bahasa Indonesia, adalah demikian: “Jikalau aku menyaksikan
dari hal diriku sendiripun, benar juga kesaksianku itu.” Betulkah begitu
artinya?
AW: Ya, betul begitu.
BM: Jadi sama artinya
dengan Injil yang berbahasa Indonesia di Yahya pasal 8 ayat 14, harap saudara
cocokkan dulu.
AW: Betul, artinya sama
kuatnya
BM: Sekarang silahkan
periksa di Yahya pasal 5 ayat 31.
AW: Disini menyebutkan:
“IF BEAR WITNES OF MYSELF, MY WITNES IS NOT TRUE.”
BM: Ayat ini kalau kita
salin kedalam bahasa Indonesia akan demikian: “Jikalau aku menyaksikan dari hal
diriku, maka kesaksianku itu tiada benar.” Betulkah begitu?.
AW: Ya, benar
BM: Silahkan saudara
periksa lebih teliti lagi di kitab Bibel yang berbahasa Inggris ini. Di satu
ayat menyebutkan “IS TRUE,” adalah benar, sedangkan di ayat lain menyebutkan
“IS NOT TRUE,” adalah tidak benar.
AW: Ya, memang berbeda
BM: Kalau begitu, di Injil
yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris tidak ada perbedaan arti
dan maksudnya?
AW: Betul Demikian.
BM: Jadi tidak salah
cetak, yang salah ialah yang mengisi kitab suci itu. Kalau betul kitab suci
(Injil) itu wahyu dari Tuhan, mustahil ayat-ayatnya akan berselisih antara yang
satu dengan yang lain. Jadi kitab itu telah dicampuri oleh tangan manusia.
AW: Menurut pendapat saya,
dua ayat itu bukan berlawanan, mungkin ayat yang satu dicabut, lalu kemudian
diganti dengan ayat yang lain. Jelasnya, ayat yang satu di hapus diganti dengan
ayat yang lain (yang baru). Setahu saya dalam ayat-ayat Al-Qur’an terdapat apa
yang disebut “Nasich dan Mansuch” ialah satu ayat terhapus hukumnya, lalu
diganti dengan ayat yang lain (hukum yang baru).
BM: Di dalam Al-Qur’an
terdapat “Nasich dan Mansuch” ada disebutkan ayatnya tetapi di kitab Injil sama
sekali tidak disebutkan.
AW: Dimanakah di dalam
Al-Qur’an yang menyebutkan ayat tentang Nasich dan Mansuch itu
BM: Sebetulnya sayalah
yang harus bertanya kepada saudara, oleh karena dari saudaralah timbulnya
ucapan Nasich-Mansuch itu. Akan tetapi sekalipun demikian saya tunjukkan, ialah
di surat Al Baqarah ayat 106. Susunan ayat itu ada ulama yang menafsirkan
tentang adanya “Nasich dan Mansuch.” Sebagian lagi ada yang menafsirkan bahwa
susunan ayat tersebut tidak menunjukkan adanya Nasich-Mansuch. Kalau saudara
memerlukan, akan saya terangkan tafsirnya ayat tersebut.
AW: Hal itu, baiklah kita
tangguhkan dulu. Tetapi sehubungan dengan dua ayat di Bibel yang tadi, saya
berpendapat bukan berlawanan, melainkan satu ayat digantikan dengan ayat lain,
sehingga nampaknya ada berlawanan. Bolehkah saya berikan misal.
BM: Silahkan, saudara
berhak penuh berbicara dengan saya dalam pertemuan kita ini.
AW: Saya sebutkan misal:
Dikeluarkan suatu peraturan, setiap pengendara sepeda diwaktu malam diharuskan
memakai lampu. Kemudian datang lagi peraturan tidak boleh pakai lampu, karena
ada peperangan misalnya. Disini ada dua peraturan, yang pertama: “Diharuskan
memakai lampu.” sedang yang kedua “Dilarang.” Dua perintah itu, yang terpakai
adalah yang kemudian. Demikian juga dua ayat di Bibel tadi tidak berlawanan,
melainkan salah satu diantaranya sudah tidak berlaku lagi (dicabut). Ini
menurut pendapat saya.
BM: Baiklah, tetapi
tentunya saudara mengerti, apabila suatu peraturan yang diganti, mestinya harus
diikuti penjelasan, bahwa artikel nomer sekian ayat sekian, tahun sekian
dicabut, diganti dengan artikel nomer sekian dan selanjutnya. Akan tetapi dua
ayat di Bibel itu, tidak ada sebutan ayat yang satu diganti, dengan lain kata
dua ayat tetap berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Tidak ada
penjelasan bahwa salah satu telah dicabut, atau diganti.
Malam Kedelapan
‘Perselisihan Ayat-ayat
Dalam Bibel’
BM: Pada pertemuan kemarin
malam saya telah terangkan ayat yang berlawanan dalam Bibel. Pada pertemuan
sekarang apakah masih ada pertanyaan saudara yang akan disampaikan kepada saya.
AW: Kalau masih ada
ayat-ayat dalam Bibel yang berlawanan antara satu ayat dengan yang lain, saya
minta diterangkan untuk menambah keyakinan saya sampai dimanakah kesucian kitab
Bibel itu ada dicampuri oleh tangan manusia.
BM: Kemarin malam saudara
mengakui sudah puas. Apakah tidak lebih baik, kita bicarakan saja pasal-pasal
yang saudara pandang terpenting.
AW: Ya, tetapi keterangan
bapak mengenai ayat-ayat yang berlawanan di kitab Bibel itu baru sedikit
membuka hati saya. Karena itulah saya bawa lagi kitab Bibel ini.
BM: Baiklah, saya akan
tunjukkan, demi kepuasan saudara.
AW: Terima kasih. Harapan,
Bapak sudi tunjukkan lagi bukti-bukti ayat-ayat yang berlawanan. Saya ingin
mengetahui lebih banyak lagi.
BM: Silahkan saudara
periksa di Yahya pasal 1 ayat 18.
AW: Dipasal dan ayat ini
menyebutkan: “Maka Allah belum pernah dilihat oleh seorang juapun, tetapi Anak
yang tunggal yang diatas pengakuan Bapa, ialah yang sudah menyatakan Dia.”
BM: Bagaimanakah menurut
tafsiran saudara susunan ayat ini.
AW: Ayat ini menunjukkan
bahwa Tuhan tidak pernah dilihat oleh siapapun juga, melainkan hanya Yesus saja
yang pernah melihatnya.
BM: Kalau begitu silahkan
saudara periksa di kitab Kejadian pasal 18 ayat 1.
AW: Disini menyebutkan:
“Hatta, maka kemudian dari pada itu kelihatanlah Tuhan kepada Ibrahim hampir
dengan pohon jati mamre tatkala duduklah di pintu kemahnya ketika hari panas.”
BM: Nah, disini saudara
membuktikan sendiri perselisihan di dua ayat ini, di satu ayat menyebutkan
Tuhan hanya dinyatakan oleh Yesus saja, tidak seorang juapun melihatnya. Sedang
di ayat yang lain ada menyebutkan bahwa Ibrahim juga melihat Tuhan. Bukankah
dua ayat ini berlawanan. Yang manakah yang benar di dua ayat ini.
AW: Ya, saya mengakui
memang tidak cocok.
BM: Saya lanjutkan.
Silahkan periksa lagi di kitab: “Kejadian pasal 32 ayat 30.”
AW: Ya, di sini
menyebutkan: “Maka dinamai oleh Yakub akan tempat itu Peniel karena katanya:
‘Sudah kulihat Allah muka dengan muka, maka nyawaku selamatlah.’”
BM: Perhatikan: di satu
ayat menyebutkan, tidak seorangpun melihat Tuhan, melainkan Yesus. Di ayat yang
lain menyebutkan bahwa Ibrahim melihat Tuhan. Di ayat yang lain lagi ada
menyebutkan Yakub melihat Tuhan malah bertemu muka dengan muka. Yang manakah
yang benar diantara tiga ayat tersebut? Mustahillah benar semuanya, karena
jelas sekali susunan ayatnya yang nyata-nyata mengandung ayat yang berselisih
antara yang baru dengan yang lain. Kalau dikatakan salah satu dari pada
ayat-ayat itu yang benar, maka yang dua ayat tentunya salah semuanya. Pantaskah
suatu kitab suci mengandung ayat yang salah? Dan kalau dikatakan salah
semuanya, maka apakah kitab itu dapat dipertahankan kesuciannya, kalau
ayat-ayatnya terdapat berlawanan.
AW: Ya, saya mengakui
ayat-ayat tersebut tidak cocok antara yang satu dengan yang lain.
BM: Pengakuan saudara itu
memang penting, tetapi lebih utama kalau diikuti dengan kesadaran.
AW: Saya harap tunjukkan
lagi ayat-ayat di kitab Injil yang berselisih.
BM: Baiklah, silahkan
periksa di kitab Samuel yang ke-II pasal 8 ayat 9, 10.
AW: Di pasal dan ayat ini
menyebutkan: “Bermula, maka setelah kedengaranlah kabar kepada TOI, raja Hamat,
mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan
TOI akan YORAM anaknya menghadap raja Daud akan bertanyakan selamat baginda dan
menyampaikan berkat selamat kepada baginda …”
BM: Cukup dibaca sampai
disitu, bagaimana menurut pendapat saudara maksud ayat itu, siapakah nama raja
Hamat?
AW: Menurut ayat ini, raja
Hamat bernama “Toi”
BM: Sekarang silahkan
periksa Kitab Tawarikh yang pertama, pasal 18 ayat 9.
AW: Di sini menyebutkan:
“Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat, mengatakan Daud
sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu.”
BM: Di ayat ini siapakah
nama raja Hamat.
AW: Menurut ayat ini, nama
raja Hamat ialah “Tohu.”
BM: Nah, perhatikanlah:
disuatu ayat menyebutkan nama Raja Hamat ialah “Toi” sedangkan di ayat lain
menyebutkan “Tohu.” Yang manakah namanya benar Tohukah atau Toi.
AW: Ya, namanya memang
berselisih. Akan tetapi hanya selisih tentang nama saja. Jadi hanya perselisihan
yang kecil saja.
BM: Kalau kesalahan dari
manusia biasa, tentu kita tidak keberatan, akan tetapi ini adalah kesalahan
“Wahyu” atau “Ilham.”
AW: Betul juga pendapat
bapak, Ini adalah kesalahan wahyu atau ilham. Mustahil wahyu atau ilham dari
Tuhan terdapat kesalahan walaupun kesalahan yang sedikit dan sekecil-kecilnya.
(pada halaman ini terdapat footnote: Al Kitab edisi 1994, kata Tohu diganti
Tou. Mungkin pada tahun berikutnya kata Tou akan diganti dengan Toi)
BM: Bukan itu saja,
Silahkan periksa lagi kitab Samuel yang kedua pasal 8 ayat 9 dan 10.
AW: Di sini menyebutkan:
“Bermula, maka setelah kedengaranlah kabar kepada TOI, raja Hamat, mengatakan
Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar, disuruhkan TOI akan
YORAM anaknya menghadap raja Daud …”
BM: Cukup dibaca sampai
disitu dulu, di ayat itu ada tersebut seseorang bernama Yoram, siapakah Yoram
menurut ayat tersebut?
AW: Menurut ayat tersebut
Yoram itu anaknya Toi, raja Hamat.
BM: Betul, sekarang
lanjutkan periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 18 ayat 9 dan 10.
AW: Di sini ada
menyebutkan: “Hatta apabila kedengaranlah kabar kepada TOHU, raja Hamat,
mengatakan Daud sudah mengalahkan segenap balatentara Hadar Ezar raja Zoba itu.
Disuruhnyalah Hadoram puteranya pergi menghadap baginda raja Daud …”
BM: Cukup dibaca sampai
disitu. Di ayat itu ada disebutkan seorang bernama Hadoram, Siapakah Hadoram
itu menurut susunan ayat tersebut?.
AW: Menurut susunan ayat
tersebut orang yang bernama Hadoram itu adalah anak Tohu, raja Hamat.
BM: Buktikan, di satu ayat
menyebutkan bahwa Yoram itu anaknya Toi, sedangkan di ayat lain menyebutkan
anaknya Toi itu bukan Yoram, melainkan Hadoram.
AW: Saya tidak tahu
BM: Saya bertanya bukan
tentang tahu atau tidaknya, melainkan tentang kebenaran di dua ayat itu.
AW: Saya tidak tahu yang
mana yang benar.
BM: Bukan saudara saja
yang tidak mengetahui kebenarannya, malah yang menulis ayat itupun tidak bisa
menunjukkan yang tepat tentang kebenarannya nama anaknya Toi itu; padahal yang
dinamakan kitab suci pasti benar isinya, bersih dari segala macam kesalahan,
sampai kepada kesalahan yang sekecil-kecilnya, sesuai dengan pengakuan saudara
tadi.
AW: Mestinya begitu.
BM: Tetapi kenyataannya
tidak begitu. Buktinya, silahkan saudara periksa lagi di Kitab Samuel ke II
pasal 8 ayat 8.
AW: Baik, di pasal dan
ayat ini menyebutkan: “Maka dari dalam Betach dan dari dalam Berotai, dua buah
negeri Hadar Ezar, diambil raja Daud akan banyak Tembaga.”
BM: Bagaimana maksud ayat
ini menurut tafsiran saudara?
AW: Maksudnya ialah raja
Daud mengambil banyak tembaga dari dua tempat bernama Betach dan Berotai.
BM: Silahkan periksa di
Kitab Tawarich yang pertama pasal 18 ayat 8.
AW: Baik disini ada
menyebutkan: “Maka dari dalam Tibchat dan dari dalam Chun, negeri Hadar Ezar
itu diambil Daud amat banyak tembaga.”
BM: Buktikan di satu ayat
menyebutkan dua tempat yang diambil tembaganya oleh Daud ialah Betach dan
Berotai, sedangkan di ayat lain menyebutkan dua tempat itu ialah Tibchat dan
Chun. Di dua ayat itu tempat manakah yang sebenarnya diambil tembaganya oleh
Daud. Kalau betul kitab Injil itu mestinya suci dari pada kesalahan dan
perselisihan atau berlawanan tentang ayat-ayatnya.
AW: Betul, dua ayat ini
memang tidak cocok, yang satu dengan yang lain bertentangan.
BM: Apakah saudara masih
memerlukan lagi ayat-ayat yang berlawanan didalam Bibel.
AW: Saya merasa beruntung
kalau bapak masih bersedia menunjukkan demi untuk meningkatkan kesadaran saya.
BM: Baiklah saya ikuti
kehendak saudara. Silahkan periksa lagi di Kitab Raja-raja kedua pasal 8 ayat
26.
AW: Baik, dipasal dan ayat
ini menyebutkan: “Adapun umur raja Ahazia pada masa ia naik raja itu dua puluh
dua tahun, maka kerajaanlah ia Jerusalem setahun lamanya, adapun nama
bunda-bunda baginda itu Atalia anak Omri raja orang Israil.”
BM: Menurut susunan ayat
ini, berapakah umur raja Ahazia pada waktu ia menjadi raja.
AW: Berdasarkan ayat ini
diwaktu umur 22 tahun.
BM: Silahkan saudara
periksa lagi di Kitab Tawarikh ke II pasal 22 ayat 2.
AW: Di pasal dan ayat ini
menyebutkan: “Adapun pada masa ia naik raja itu empat puluh dua tahun, dan
kerajaanlah ia di Jerusalem setahun lamanya, maka nama bunda baginda itu Atalia
anak Omri.”
BM: Di ayat ini
menyebutkan berapakah umur Ahazia diwaktu menjadi raja?
AW: Di ayat ini
menyebutkan diwaktu berumur 42 tahun.
BM: Nah Di dua ayat ini
yang manakah yang benar, diwaktu berumur 22 tahunkah atau berumur 42 tahun. Di
satu ayat menyebutkan Ahazia menjadi raja di waktu berumur 22 tahun, dan di
ayat yang lain menyebutkan pada waktu berumur 42 tahun. Bukankah ini menunjukkan
perselisihan yang menyolok sekali di kitab Injil yang dikatakan suci itu.
AW: Ya, perselisihan di
dua ayat ini tak dapat dipungkiri lagi.
BM: Supaya makin bertambah
tak dapat dipungkiri lagi oleh saudara tentang ayat-ayat yang berlawanan di
kitab Bibel itu. Silahkan saudara periksa lagi di kitab Raja-raja II pasal 24
ayat 8.
AW: Baik, disini ada
menyebutkan: “Jojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka
kerajaanlah ia di Jerusalem tiga tahun lamanya dan nama bunda baginda itu
Nehusta anak Elmatan dari Jerusalem.”
BM: Siapakah nama raja di
ayat ini?
AW: Namanya Jojachin.
BM: Silahkan saudara
periksa di Kitab Tawarikh yang kedua pasal 36 ayat 9.
AW: Di sini ada
menyebutkan: “Adapun umur Jehojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas
tahun, maka kerajaanlah ia di Jerusalem tiga bulan dan sepuluh hari lamanya,
maka diperbuatnya barang yang jahat kepada pemandangan Tuhan.”
BM: Buktikan perselisihan
yang menyolok pada dua ayat ini; di satu ayat menyebutkan Jojachin dan di ayat
yang lain menyebutkan Jehojachin. Selanjutnya di satu ayat menyebutkan kerajaan
Jojachin di Jerusalem tiga tahun lamanya dan di ayat yang lain menyebutkan 3
bulan 10 hari. Yang manakah yang benar di dua ayat ini, Jojachinkah atau
Jehojachin, dan kerajaan Jerusalem selama 3 tahunkah atau 3 bulan 10 hari?
Harap saudara periksa lagi dengan teliti susunan dua ayat yang saudara baca
tadi.
AW: Betul, memang tidak
cocok antara dua ayat ini. (Catatan kaki: Al Kitab yang diterbitkan tahun 1994,
Kata “Yehoyakhin” diganti dengan “Yoyakhin” dan di Alkitab edisi tahun 1994,
kata “tiga tahun” diganti “tiga bulan.”)
BM: Aneh, lagi-lagi tidak
cocok dan memang tidak cocok.
AW: Memang mustahil di
kitab suci mengandung ayat-ayat yang berlawanan antara yang satu dengan yang
lain.
BM: Supaya lebih nyata
kemustahilannya, teruskan saudara periksa di kitab Saul yang kedua pasal 23
ayat 8.
AW: Di ayat ini tersusun
sebagai berikut: “Bermula, maka inikah nama segala pahlawan yang mengiringi
Daud, Josech Basjebet bin Tachkemoni, kepala segala penghulu iapun bergelar
penyucuk dan penikam lembing, sebab ditikamnya akan kedelapan ratus orang dalam
sekali saja berperang.”
BM: Berdasarkan ayat ini
saya ingin bertanya pada saudara siapakah nama pahlawan yang mengiringi Daud
menurut ayat ini?
AW: Namanya Josech
Basjebet bin Tachkemoni.
BM: Menjabat apakah ia?
AW: Kepala segala penghulu
BM: Berapa orangkah yang
ditikamnya dalam sekali berperang?
AW: Delapan ratus orang.
BM: Kalau begitu, silahkan
saudara periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 11 ayat 11.
AW: Di ayat ini susunan
kalimatnya seperti berikut: “Maka inilah bilangan segala pahlawan yang
mengiringi Daud, Yasobam bin Hachmoni, kepala orang tiga puluh, yang
melayangkan lembingnya kepada orang tiga ratus, ditikamnya akan mereka itu
sekalian dalam sekali berperang.”
BM: Berdasarkan ayat ini
saya ingin bertanya pada saudara siapakah nama pahlawan yang mengiringi Daud
menurut ayat ini?
AW: Namanya Yasobam bin
Hachmoni.
BM: Menjabat apakah ia?
AW: Kepala dari orang tiga
puluh.
BM: Berapa orangkah yang
ditikamnya dalam sekali berperang?
AW: Sebanyak Tiga ratus
orang.
BM: Cocokkan dua ayat ini
antara yang satu dengan yang lain?
AW: Terlalu tidak cocok
malah dalam dua ayat ini terdapat 3 macam selisih yang jelas sekali.
BM: Memang. Di satu ayat
menyebutkan pahlawan yang mengiringi Daud bernama Josech Basjebet bin
Tachkemoni dan di ayat yang lain bernama Yasobam bin Hachmoni. Di ayat inipun
menyebutkan Kepala orang tiga puluh. Di ayat itupun ada menyebutkan lagi
Menikam 800 (delapan ratus) orang dalam sekali berperang dan di ayat yang lain
menyebutkan menikam 300 (tiga ratus) orang dalam sekali berperang.
AW: Intermezzo sedikit pak
Kyai.
BM: Ya, boleh intermezzo
jenis apa?
AW: Saya merasa sungguh
kagum, karena Bapak Kyai hapal diluar kepala tentang ayat-ayat Bibel. Padahal
kalau tidak salah ayat-ayat dikitab Bibel itu ada ribuan. Dengan cara bagaimana
Bapak menghafalnya.
BM: Lain waktu saya bisa
terangkan pada saudara.
AW: Menghafalkannya saja
tentu amat berat, Yang betul-betul mengherankan saya, dapat bapak menunjukkan
dengan tepat letaknya ayat-ayat di Bibel dan tambah mengherankan lagi hafalnya
ayat-ayat Bibel yang berlawanan antara satu dengan yang lain. Baik tentang
nama-nama suratnya, pasalnya, maupun ayat-ayatnya, kesemuanya dengan tepat
sekali bapak menunjukkannya. Betul saya bertanya; malah diantara
saudara-saudara yang hadir kemarin malam ada yang membisikkan pada telinga
saya, memberikan dorongan supaya menanyakan kepada bapak.
BM: Supaya tidak banyak
makan waktu, saya jawab dengan singkat saja, saya kalau menghafalkan sesuatu
tidak hanya menggunakan alat pancaindera lahir (sensus exterior) semata-mata,
akan tetapi juga alat-alat pancaindera bathin (sensus interior). Keterangan
mengenai soal ini cukup panjang, membutuhkan antara dan waktu tersendiri. Kalau
saudara ada hasrat, lain waktu akan saya jelaskan.
AW: Baiklah kalu begitu,
sekarang kita lanjutkan.
BM: Sebagai bukti, bahwa
alat pancaindera bathin itu dapat menembus, maka saya tembuskan pandangan
bathin saya ke dalam kitab Bibel, untuk saya tunjukkan lagi pada saudara
ayat-ayat di Bibel yang berlawanan.
AW: Terima kasih.
BM: Silahkan saudara
periksa lagi di kitab Samuel yang kedua pasal 24 ayat 1.
AW: Di pasal dan ayat ini
ada menyebutkan: “Bermula maka kembali pula bangkitlah murka Tuhan akan orang
Israil, diajaknya Daud akan lawan mereka itu katanya: ‘Bilangkanlah olehmu akan
orang Israil dan akan orang Jehuda.’”
BM: Menurut ayat ini,
siapakah yang mengajak Daud membilang dan melawan orang Israil?
AW: Menurut susunan ayat
ini yang mengajak Daud ialah Tuhan.
BM: Betul, sekarang
silahkan saudara periksa di kitab Tawarikh yang pertama pasal 21 ayat 1.
AW: Baik, dipasal dan ayat
ini ada menyebutkan: “Sebermula, maka pada masa itu, berbangkitlah syetan akan
celaka orang Israil, diajaknya Daud supaya dia membilang banyak orang Israil.”
BM: Menurut ayat ini
siapakah yang mengajak Daud membilang orang Israil.
AW: Berdasarkan ayat ini
yang mengajak Daud, ialah Syetan.
BM: Nah, perhatikan; di
satu ayat menyebutkan yang mengajak Daud adalah Tuhan. Kemudian di satu ayat
yang lain menyebutkan, yang mengajak Daud adalah Syetan. Yang manakah yang
benar diantara dua ayat ini, Tuhankah atau syetan.
AW: Ya, betul; ini adalah
suatu perselisihan yang menyolok sekali.
BM: Kalau demikian
tentunya saudara dapat membayangkan, apakah Bibel yang sekarang ini masih tetap
dikatakan sucikah atau sudah dicampuri oleh tangan manusia.
AW: Kalau sudah
terang-terangan begini, tentunya sulit untuk dipertahankan kesuciannya.
BM: Apakah saudara masih
belum merasa puas bukti-bukti yang saya tunjukkan tentang ayat-ayat Bibel yang
berlawanan antara yang satu dengan yang lain itu?
AW: Sudah cukup jelas.
BM: Jangankan di kitab
suci itu sampai terdapat beberapa ayat yang berlawanan malah satu ayat saja
terdapat ayat yang berselisih dengan ayat lain, sudah cukup alasan untuk tidak
dapatnya dipertahankan dan diyakinkan tentang kesuciannya.
AW: Kalau begitu kitab
Bibel yang dianggap suci oleh penganutnya itu lantas bagaimana?
BM: Sebetulnya pertanyaan
saudara itu harus dijawab oleh saudara sendiri karena saudara saudara sendiri
masih mempunyai kitab itu. Tetapi saya tolong menjawabnya. Setiap agama
mempunyai kitab suci. Akan tetapi kalau di kitab sucinya itu ternyata terdapat
beberapa ayatnya yang berselisih atau berlawanan dan tidak cocok antara yang
satu dengan yang lain, apakah penganut-penganut agama itu masih berkeyakinan
bahwa kitab sucinya itu tetap suci. Padahal yang dinamai kitab suci adalah
wahyu, ilham dari Tuhan. Mustahil sekali kalau wahyu Tuhan itu tidak cocok. Di
satu ayat Tuhan berkata YA lalu di ayat yang lain lagi menyatakan TIDAK. Di
satu ayat Tuhan berkata “A” lalu di ayat lain Tuhan berkata lagi bukan “A”
tetapi “B.” Kalau sampai terjadi demikian, tidak mustahil bahwa tangan manusia
sudah ikut campur di dalamnya.
AW: Betul begitu, Tetapi
maaf. Kalau Bapak tidak berkeberatan, saya minta lagi.
BM: Minta yang mana lagi
yang dimaksudkan oleh saudara?
AW: Minta satu ayat lagi
yang berselisih di Bibel.
BM: Agaknya saudara akan
menguji saya tentang Bibel.
AW: Tidak, betul-betul
tidak. Hanya minta satu saja. Betul-betul saya hanya minta satu ayat saja lagi.
BM: Saudara minta satu
ayat lagi atau lebih, saya bisa tunjukkan. Tetapi waktunya sudah jauh malah.
Kecuali kalau saudara suka menerima sampai pagi.
AW: Tidak, betul-betul
hanya minta satu ayat lagi. Setelah itu kita lanjutkan pasal-pasal yang lain.
YANG HADIR: Teruskan sampai waktu subuh, kita setuju dan akan tetap tenang.
BM: Baiklah saya penuhi
pengharapan saudara Antonius. Silahkan saudara periksa di kitab Samuel yang
kedua pasal 10 ayat 18.
AW: Baik, di pasal dan
ayat ini ada menyebutkan: “Tetapi kemudian, larilah segala orang syam itu dari
hadapan orang Israil, maka daripada orang Syam itu dibinasakan Daud tujuh ratus
ekor kuda kereta dan empat puluh ribu orang berkuda, tambahan pula
dikalahkannya Sobach, panglima perang mereka itu, sehingga matilah ia di sana
…”
BM: Cukup dibaca sampai
disitu dulu, saya akan bertanya pada saudara, di ayat ini ada berapakah
jumlahnya kuda kereta yang dibinasakan oleh Daud.
AW: Di ayat ini menyebutkan
700 (tujuh ratus) banyaknya yang dibinasakan oleh Daud.
BM: Di ayat itu juga ada
berapakah jumlahnya orang berkuda yang dibinasakan oleh Daud?
AW: Menurut ayat ini ada
40.000 (empat puluh ribu) orang berkuda yang dibinasakan oleh Daud.
BM: Dan di ayat itu juga,
siapakah namanya panglima perang yang dibunuh?
AW: Menurut ayat ini
panglima perang yang dibunuh bernama Sobach.
BM: Betulkah semuanya itu,
silahkan periksa lagi.
AW: Betul demikian
jawaban-jawaban saya berdasarkan ayat ini.
BM: Kalau begitu silahkan
saudara periksa di Kitab Tawarikh yang pertama pasal 19 ayat 18.
AW: Di sini ada
menyebutkan: “Maka larilah segala orang Syam dari hadapan orang Israil, maka
dibinasakan Daud daripada orang Syam itu tujuh ribu ekor kuda kereta, dan empat
puluh ribu orang yang berjalan kaki, tambahan pula dibunuhnya Sofach panglima
perang itu…”
BM: Saya akan bertanya;
Ada berapakah jumlah kuda kereta yang dibinasakan oleh Daud menurut ayat ini?
AW: Menurut ayat ini,
menyebutkan ada 7000 (tujuh ribu).
BM: Di ayat ini juga yang
dibinasakan oleh Daud apakah 40.000 orang yang berkuda atau 40.000 orang yang
berjalan kaki.
AW: Di ayat ini yang
dibinasakan oleh Daud ada menyebutkan 40.000 yang berjalan kaki, bukan orang
berkuda.
BM: Pun di ayat ini juga,
disebutkan siapakah namanya panglima perang, apakah bernama Sobach-kah atau
Sofach?
AW: Di ayat ini disebutkan
bernama Sofach.
BM: Coba saudara
perhatikan dengan seksama perselisihan di dua ayat ini. Satu ayat saja sudah
terdapat 3 macam selisih. Di kitab Samuel yang kedua pasal 10 ayat 18
menyebutkan; yang dibinasakan oleh Daud sebanyak 700 (tujuh ratus) kuda kereta,
sedangkan di kitab Tawarikh yang pertama pasal 19 ayat 18 menyebutkan 7.000
(tujuh ribu) kuda kereta. Yang manakah yang benar di dua ayat itu. Di kitab
Samuel yang kedua itu juga ada menyebutkan 40.000 (empat puluh ribu) orang
berkuda, sedangkan di kitab Tawarikh I, 40.000 orang berjalan kaki. Yang
manakah yang benar, 40.000 orang berkudakah yang dibinasakan oleh Daud atau
40.000 orang berjalan kaki. Di kitab Samuel yang kedua itu juga ada menyebutkan
panglima perangnya bernama Sobach sedangkan dikitab Tawarikh yang pertama
menyebutkan panglimanya bernama Sofach. Yang manakah yang benar, Sobach-kah
atau bernama Sofach?
AW: Sudah cukup puas; saya
sudah menyadari dan saya sudah mulai insyaf.
BM: Mulai sadar dan insyaf
yang bagaimana yang saudara maksudkan?
AW: Jiwa dan kesadaran
saya mulai terbuka. Besok malam saya akan lukiskan kandungan hati saya, setelah
saya menerima jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan saya yang lain pada Bapak.
BM: Baiklah saya
persilahkan.
AW: Apakah sebabnya
orang-orang pandai (sarjana) di negeri Barat banyak yang memeluk agama Kristen?
Kalau agama Islam suatu agama yang benar dan ajran-ajarannya sesuai dengan Ilmu
pengetahuan dan modern, tentunya mereka masuk Islam.
BM: Sebelumnya saya
memberikan jawaban, saya akan bertanya, saudara sendiri termasuk sarjana.
Mengapa saudara memeluk (tertarik pada, red) agama Islam?
AW: Ya, karena hasil
diskusi ini yang membawa saya lebih menyelami dan memilih ajaran-ajaran agama
Islam.
BM: Sekiranya tanpa
diskusi yang menghasilkan tambahnya meneliti ajaran-ajaran Islam, apakah
mungkin saudara menjadi pemeluk agama Islam yang sadar?
AW: Menurut pikiran saya
tidak mungkin.
BM: Orang-orang di negeri
barat yang saudara sebut itu sekiranya seperti saudara pula dalam menganut
suatu agama.
AW: Ya, betul.
BM: Memang betul, Karena
di zaman ini dari mereka ada banyak yang sudah memeluk agama Islam atas hasil
penyelidikan dan penelitian yang mendalam.
AW: Akan tetapi ada orang-orang
Islam yang berpindah agama menjadi pemeluk agama Kristen.
BM: Dari manakah saudara
ketahui.
AW: Di negeri kita
sendiri. Buktinya dengan bertambahnya pembangunan Gereja, sekolah Kristen
nampaknya sementara senantiasa bertambah jumlahnya.
BM: Apakah orang-orang
Islam yang masuk agama Kristen itu terdiri dari sarjana-sarjana Islam.
AW: Saya tidak
mengetahuinya, hanya dari kata-kata saja. Akan tetapi saya sendiri sampai saat
ini belum menemukan malah belum mendengar sarjana-sarjana Islam masuk Kristen.
BM: Kalau begitu
orang-orang Islam di Indonesia yang berpindah agama bukan dari hasil
penelitian; jadi masuknya bukan karena keyakinannya.
AW: Mengapa bapak
berpendapat demikian.
BM: Saudara membuktikan
sendiri bahwa orang-orang Islam di Indonesia ada banyak sekali, yang miskin,
melarat dan menderita dalam hidupnya. Mereka butuh uang, makan, pakaian dan
obat-obatan, Kesempatan ini dipergunakan oleh beberapa orang penganut Kristen
untuk mempengaruhi mereka dengan jalan membagi-bagikan makanan, pakaian, obat-obatan
dan lainnya kalau tidak keliru.
AW: Ya, saya pernah baca
di majalah Kiblat.
BM: Di zaman ini ada
beberapa orang di negeri barat yang mulanya beragama Kristen setelah
menyelidiki dan meneliti ajaran-ajaran Islam, yang menunjukkan kebenaran ajaran
Islam mereka berterusterang berpindah menjadi penganut Islam; mereka itu
golongan sarjana, malah diantaranya terdapat pendeta Kristen yang menjadi
pemeluk agama Islam.
AW: Betul, saya sendiri
pernah membaca di Majalah Kiblat.
BM: Jadi sudah jelas,
bahwa orang-orang di negeri yang beragama Kristen lalu berpindah menjadi
pemeluk Islam disebabkan dari hasil penelitiannya tentang kebenaran
ajaran-ajaran Islam, umumnya orang-orang yang di negeri barat kalau melakukan
sesuatu penelitian dan penyelidikan menggunakan kecerdasan otaknya secara
ilmiah. Mereka menjadi penganut Islam dengan kesadaran dan keyakinannya.
AW: saya menerima
keterangan bapak.
BM: Sedangkan orang-orang
Islam di Indonesia yang berpindah agama menjadi pemeluk agama Kristen umumnya
bukan dari hasil penyelidikan dan penelitiannya yang tentunya bukan di atas
dasar kesadaran dan keyakinannya, melainkan karena perut lapar, karena hidupnya
yang Senin Kamis, butuh makan, uang, pakaian, maupun obat-obatan. Dengan
keterangan saya ini Saudara bisa bandingkan sendiri sebab musababnya
orang-orang Kristen di negeri Barat yang masuk Islam dan orang-orang Islam di
Indonesia yang masuk agama Kristen.
AW: Tetapi tentu ada juga
orang-orang Indonesia yang tidak miskin masuk agama Kristen
BM: Tetapi tentu itu
umumnya bukan berasal dari penganut agama Islam, mungkin dari agama yang lain
lagi. Jadi masih ada yang akan ditanyakan lagi.
AW: Ya, sedikit, besok
malam saja. Sekarang sudah jauh malam.
BM: Baiklah, besok malam,
agar lebih sempurna.
Malam Kesembilan
‘MASUK ISLAM’
BM: Pertemuan kita sudah berlangsung beberapa kali dan berjalan lancar. Pada pertemuan yang sekarang ini, apakah masih ada pertanyaan-pertanyaan saudara yang akan diajukan.
AW: Sejak siang tadi, saya telah pikirkan dan pertimbangkan
secara mendalam tentang hasil-hasil pertemuan kita yang menimbulkan kesadaran
saya untuk menentukan pendirian saya agar memilih agama yang mana yang harus
saya ikuti.
BM: Alhamdulillah, kalau saudara sudah dapat menentukan
sendiri. Jadi bagaimana kepercayaan saudara sekarang ini terhadap Trinitas
(Tuhan Bapak, tuhan Anak dan Ruhul Kudus).
AW: Memang soal inilah yang sedang saya renungkan sejak tadi
siang, oleh karena saya masih merasa terikat oleh satu “Patokan” yang hingga
saat ini belum dapat saya pecahkan. Padahal keterangan bapak sangat memuaskan
sejak semula kita bertemu.
BM: Sekiranya saudara tidak berkeberatan, cobalah saudara
terangkan. Mungkin saya dapat membantu saudara.
AW: Ialah soal Trinitas. Soal ini masih berbekas dalam jiwa
saya.
BM: Baiklah, saudara terangkan saja.
AW: Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Rohul Kudus itu walaupun
tersusun dari tiga oknum, tetapi tetap pada hakekatnya Tunggal juga. Karena
yang satu tidak dapat terpisah dengan yang lain. Persoalan inilah yang masih
berbekas dalam keyakinan saya. Sedangkan soal-soal lain, mengenai ayat-ayat di
Bibel, dosa waris, kebenaran Al-Qur’an, Kebenaran Nabi Muhammad selaku utusan
tuhan, teristimewa perselisihan ayat-ayat di Bibel dan keterangan-keterangan
serta penjelasan-penjelasan bapak yang berdasarkan fakta objektif dan
interesant itu bagi saya sudah beres dan saya menyerah.
BM: Baiklah, lanjutkan.
AW: Tetapi soal Trinitas itu masih terlukis saja dalam
keyakinan saya. Sehingga belum dapat secara bulat (ikhlas) bagi saya untuk
mengorbankan keyakinan saya begitu saja tanpa penjelasan-penjelasan yang cukup
luas yang sungguh mengatasi keyakinan saya.
BM: Jadi yang tiga oknum itu, saudara masih mempercayai bahwa
ketiga-tiganya itu adalah Tuhan semuanya.
AW: Ya, begitulah, tetapi sudah mulai tipis.
BM: Jadi Tuhan Bapak itu Tuhan?
AW: Ya.
BM: Tuhan Anak, Yesus, apakah Tuhan?
AW: Ya.
BM: Apakah Rohul Kudus juga Tuhan?
AW: YA, semuanya tiga tetapi tetap satu (tunggal), seperti
telah saya terangkan tadi. Supaya lebih jelas, saya buatkan misal.
BM: Baiklah, silahkan saudara buatkan misal.
AW: Bapak sekarang sedang menghisap rokok
BM: Ya sekarang sedang merokok. Saudara-saudara yang hadir
melihat juga. Saya sekarang sedang merokok.
AW: Rokok yang bapak isap itu, terdiri dari tiga susunan
ialah: Batang Rokoknya, Apinya, Merah api pada rokok
BM: Ya betul, teruskan.
AW: Batang rokok, apinya dan merahnya itu menjadi satu juga
walaupun terdiri dari pada 3 susunan, akan tetapi pada hakekatnya satu juga,
ialah rokok, ketiganya tidak dapat terpisah, melainkan berpadu menjadi satu
(tunggal). Demikian juga halnya dengan Trinitas itu.
BM: Misal atau perumpamaan yang saudara berikan walaupun
dianggap benar, tetapi tidak tepat.
AW: Jadi bagaimana, saya minta dibantah kalau tidak tepat.
BM: Saya tidak akan membantah, malah saya hargai pendapat
saudara itu. Saya hanya ingin bertanya mengenai perumpamaan yang saudara
kemukakan tadi. Tetapi pertanyaan saya ini, minta diberi jawaban yang tepat.
AW: Baik, semoga saya bisa menjawabnya.
BM: Tadi saudara memberikan perumpamaan tentang rokok dalam
hal persamaan dengan Trinitas.
AW: ya, betul begitu.
BM: Saya ingin bertanya, dan saya sekarang sedang merokok.
Apakah batang rokok ini, rokok-kah atau bukan.?
AW: Ya. Betul batang rokok
BM: Apakah apinya rokok ini, rokok-kah atau bukan?
AW: Bukan.
BM: Apakah merahnya api pada rokok ini rokok-kah atau bukan?
AW: Bukan.
BM: Nah, sekarang saya tanyakan lagi: Apakah Tuhan Bapak itu
Tuhan atau Bukan?
AW: Ya, betul Tuhan.
BM: Apakah Anak Tuhan (Yesus) itu Tuhankah (Tuhan bapak) atau
bukan?
AW: Bukan
BM: Apakah Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan?
AW: Mestinya bukan juga.
BM: Kalau saudara mengatapan apinya rokok itu bukannya Rokok
dan merahnya rokok ini bukan rokoknya, maka jelaslah bahwa Yesus itu bukan
Tuhan dan Rohul Kuduspun bukan Tuhan.
AW: Ya,
BM: Kecuali sekiranya saudara ada menyebutkan: Apinya rokok
ini adalah rokok, maka adalah saudara berkata: Yesus itu adalah Tuhan dan Rohul
Kudus itu pun Tuhan juga.
AW: Ya, betul tepat sekali jawaban bapak.
BM: Sekarang bagaimana kepercayaan saudara, apakah Yesus itu
Tuhan atau bukan.
AW: Bukan!
BM: Apakah Rohul Kudus itu Tuhankah atau bukan.
AW: Terang bukan Tuhan!
BM: Kalau begitu masihkah saudara berkeyakinan terhadap
Trinitas.
AW: Sudah Lenyap!
BM: Kalau sudah lenyap, lantas bagaimana?
AW: Ya, keyakinan saya sekarang, hanya ada SATU TUHAN.
BM: Jadi saudara mempercayai bahwa TUHAN TUNGGAL?
AW: Seharusnya demikian; saya percaya bahwa Tuhan itu Tunggal,
Tidak ada Tuhan yang lain lagi.
BM: Yang dimaksudkan Tuhan oleh saudara, apakah Tuhan Allah
atau bagaimana?
AW: Tentu saja Tuhan ALLAH
BM: Pada pertemuan yang lalu, saudara telah mengaku kebenaran
Nabi Muhammad SAW selaku utusan Allah.
AW: Ya, saya tidak berdusta
BM: kalau begitu saudara telah mengakui bahwa: “Tidak ada
Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah Utusan Allah.”
AW: Betul, saya mulai saat ini masuk Islam, menjadi penganut
Agama Islam, dan termasuk ummatnya Nabi muhammad SAW.
HADIRIN
DENGAN SUARA SERENTAK: Alhamdulillah, Alhamdulillah, saudara Antonius sekarang
menjadi saudara kita.
BM: Saudara yang hadir ikut menyaksikan sendiri, bahwa pada
malam ini tangal 18 Maret 1970 jam 10.15 menit malam, saudara Antonius telah
masuk Islam.
HADIRIN:
Kami telah menyaksikan.
BM: Saya minta saudara Antonius membacakan “Kalimah Syahadah,”
saya bacakan dulu lalu saudara diharap mengikutinya menyebutkan pengakuan.
“Asyhadu
Anlaa ilaa ha Illallah Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.”
Tahukah
saudara artinya?
AW: Ya, tetapi sebaiknya saya minta dituntun membacanya,
pertama-tama bapak, supaya tidak keliru. “Saya menyaksikan bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan melainkan Allah dan saya mengaku sesungguhnya Nabi Muhammad
adalah Pesuruh Allah.”
BM: Betulkah saudara-saudara yang hadir?
HADIRIN:
Betul. Cukup, sudah sah Islamnya.
BM: Marilah kita bersama-sama berdo’a dan memanjatkan syukur
kehadirat Allah SWT dan diharap saudara Antonius dan saudara-saudara yang hadir
semuanya mengucapkan Amien. Setelah doa dibacakan, saya harap saudara-saudara
yang hadir berjabatan tangan dengan saudara Antonius selaku saudara kita yang
baru. Apakah nama saudara Antonius masih ada lanjutannya.?
AW: Nama saya yang sebenarnya “Antonius Widuri.”
BM: Bolehkah saya tambah tanpa mengubah nama yang asal
(aslinya)?
AW: Ya, saya setuju.
BM: Saya tetapkan nama saudara sekarang “Antonius Muslim
Widuri.” Jadi ditambah dengan kata Muslim.
AW: Saya terima namanya menjadi namanya dan cocok buat saya.
BM: Saudara-saudara yang hadir tentu sudah mendengar juga
tambahan nama ini.
HADIRIN:
Nama itu wajar dan cocok, bagus.
BM: Bersediakah saudara melakukan Shalat, Puasa, Zakat dan
ajaran-ajaran Islam lainnya?
AW: Selaku seorang Islam, saya wajib mentaati ajaran-ajaran
Islam menurut kemampuan (kemampuan saya).
BM: Terima kasih. Apakah saudara ingin memberikan sekedar
sambutan atau menyampaikan beberapa buah kata besok malam, karena ada kawan
yang akan mengadakan sekedar selamatan?
AW: Baiklah, saya penuhi besok malam.
Catatan :
Alkitab adalah “kitab Suci” yang
paling banyak memiliki versi, Alkitab Versi Protestan, diterbitkan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia, yang menerbitkan Alkitab lebih dari 135 bahasa
daerah dan bahasa Indonesia seperti : Terjemahan Lama, Terjemahan Baru, Bahasa
Indonesia Sehari Hari, ada juga alkitab versi Katolik, Kristen Advent, Saksi
Yehovah dsb.
Sebagian besar umat kristiani
beranggapan masinng masing versi tersebut isinya sama, Cuma bahasanya saja yang
berbeda, berikut ini akan saya bawakan contoh kecil penyelewengan
penyelewengan Alkitab dari 3 versi yang basa dipakai di Indnesia
Terjemahan
Baru
|
Bahasa Indonesia Sehari Hari
|
English
[Amplified]
|
Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan,
Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau
memperoleh air hidup itu? (Yohanes 4 : 11)
|
Kata wanita itu, “Tuan
tidak punya timba, dan sumur ini dalam sekali. Dari mana Tuan mendapat air
hidup? (Yohanes 4 : 11)
|
She said to Him, Sir,
You have nothing to draw with [no drawing bucket] and the well is deep; how
then can You provide living water? [Where do You get Your living water?]
(Yohanes 4 : 11)
|
Perhatikan kata yang ditebali, dari
kata SIR yang memiliki arti Tuan berubah menjadi Tuhan ,
Lembaga Alkitab Indonesia bukan tidak tahu tentang hal ini.
Terjemahan
Baru
|
Bahasa Indonesia Sehari Hari
|
English(KJV)
|
Dia yang bertakhta di atas bulatan
bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit
seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman!
(Yesaya 40:22)
|
Yang menciptakannya
bertakhta di atas bulatan bumi, penduduknya tampak kecil seperti
belalang. Ia membentangkan langit seperti kain, dan memasangnya seperti kemah
untuk didiami.
(Yesaya 40:22)
|
It is he that sitteth upon the circle
of the earth, and the inhabitants thereof are as grasshoppers;
that stretcheth out the heavens as a curtain, and spreadeth them out as a
tent to dwell in: (Yesaya 40:22)
|
Ayat ini sering dignakan dalam
perdebatan untuk membuktikan bahwa menurut Al Kitab, bumi adalah bulat, padahal
kata circle of the earth berarti Lingkaran Bumi bukan
Bulatan Bumi
Terjemahan
Baru
|
Bahasa Indonesia Sehari Hari
|
English
[Amplified]
|
Demikian juga babi hutan,
karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak
memamah biak; haram itu bagimu.
(Imamat 11:7)
|
Jangan makan babi.
Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak.
(Imamat 11:7)
|
And the swine,
because it divides the hoof and is cloven-footed but does not chew the cud;
it is unclean to you..
(Imamat 11:7)
|
Ada lebih dari 10 spesies atau jenis
babi, dan babi hutan adalah salah satunya, jadi saat kata Babi haram di rubah
menjadi Babi Hutan haram, artinya spesies selain dari babi hutan
hukumnya halal tau boleh dimakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar